Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Megawati Kenang Jatuh Bangun PDI-P di Era Orde Baru

Kompas.com - 10/01/2019, 14:34 WIB
Rakhmat Nur Hakim,
Sandro Gatra

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri mengenang masa-masa saat perolehan suara PDI-P jatuh di Pemilu 1997.

Hal itu disampaikan Megawati saat menyampaikan pidato politik di acara peringatan HUT ke-46 PDI-P di Jakarta International (JI) Expo, Kemayoran, Jakarta, Kamis (10/1/2019).

Kala itu, di Pemilu 1997, Megawati dirampas haknya untuk dipilih. Sebelum hari pemungutan suara tiba, ia mengaku didatangi beberapa orang dari rezim Orde Baru.

Mereka memberitahu Megawati bahwa Presiden kelima RI itu tak lagi memiliki hak untuk dipilih.

Baca juga: Tumpeng HUT Ke-46 PDI-P dari Megawati untuk Jokowi...

"Waktu itu 1997 juga ada pemilu dan saya tidak akan pernah lupa benerapa hari sebelum pencoblosan saya didatangi beberapa orang dari pemerintah yang mengatakan kepada saya bahwa hak saya untuk dipilih itu ditiadakan," kata Megawati.

Namun demikian, ia tetap memiliki hak untuk memilih. Meski tak bisa mencalonkan sebagai capres, ia membuat surat terbuka kepada seluruh kadernya untuk tetap memilih di Pemilu 1997.

Ia meyakini para kader PDI-P (dulu PDI), akan mematuhi instruksinya untuk tetap memilih.

Baca juga: Jokowi Puji Sosok Megawati sebagai Figur Berkeyakinan Kuat

Tiba-tiba salah satu keluarganya di Blitar, Jawa timur, meninggal dunia bertepatan dengan hari pencoblosan. Ia lantas bergegas pergi ke Blitar dan tak menggunakan hak pilihnya.

Ternyata Megawati ditunggu-tunggu oleh rezim Orde Baru untuk menggunakan hak pilihnya. Bahkan saat berada di Blitar ia juga masih diminta untuk menggunakan hak pilihnya.

Namun, ia kembali menolak karena harus mengantarkan jenazah keluarganya itu ke liang kubur.

Di sisi lain, mengetahui Megawati tak bisa mencalonkan diri, para kader PDI-P mayoritas juga menolak untuk menggunakan hak pilihnya.

"Saya sendiri sebetulnya menjadi sedih karena warga PDI waktu itu melakukan suatu drama tidak mau memilih," tutur Megawati.

"Jadi tempat kami, PDI di tempat coblosan turun drastis. Malah di satu tempat hanya dua dapat suaranya. Tapi malah justru warga PDI bukannya ya sedih malah bersorak sorai. Saya, setelah itu tentu saja PDI dapat dikatakan suaranya tidak bagus," lanjut Megawati.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Politeknik KP Sidoarjo Buka Pendaftaran, Kuota Masyarakat Umum 80 Persen

Politeknik KP Sidoarjo Buka Pendaftaran, Kuota Masyarakat Umum 80 Persen

Nasional
Surya Paloh: Nasdem Dukung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Surya Paloh: Nasdem Dukung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kenaikan Pangkat TNI: 8 Perwira Pecah Bintang, Kabais Resmi Berpangkat Letjen

Kenaikan Pangkat TNI: 8 Perwira Pecah Bintang, Kabais Resmi Berpangkat Letjen

Nasional
JK Nilai Konflik Papua terjadi karena Pemerintah Dianggap Ingin 'Merampok'

JK Nilai Konflik Papua terjadi karena Pemerintah Dianggap Ingin "Merampok"

Nasional
Biasa Koordinasi dengan PPATK, Dewas Nilai Laporan Wakil Ketua KPK Aneh

Biasa Koordinasi dengan PPATK, Dewas Nilai Laporan Wakil Ketua KPK Aneh

Nasional
Kementerian KP Luncurkan Pilot Project Budi Daya Udang Tradisional Plus di Sulsel

Kementerian KP Luncurkan Pilot Project Budi Daya Udang Tradisional Plus di Sulsel

Nasional
Soal PDI-P Tak Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran, Djarot Bilang Tidak Tahu

Soal PDI-P Tak Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran, Djarot Bilang Tidak Tahu

Nasional
Rencana Revisi, DPR Ingin Sirekap dan Digitalisasi Pemilu Diatur UU

Rencana Revisi, DPR Ingin Sirekap dan Digitalisasi Pemilu Diatur UU

Nasional
BKKBN Minta Bocah 7 Tahun Sudah Tunangan Tak Dianggap Biasa

BKKBN Minta Bocah 7 Tahun Sudah Tunangan Tak Dianggap Biasa

Nasional
Terungkap di Sidang, Biaya Ultah Cucu SYL Di-“reimburse” ke Kementan

Terungkap di Sidang, Biaya Ultah Cucu SYL Di-“reimburse” ke Kementan

Nasional
Tanggapi Jokowi, Djarot PDI-P: Konstitusi Dilanggar dan Direkayasa, Kekaderannya Patut Diragukan

Tanggapi Jokowi, Djarot PDI-P: Konstitusi Dilanggar dan Direkayasa, Kekaderannya Patut Diragukan

Nasional
Polri Akan Gelar Operasi Puri Agung 2024, Kawal World Water Forum Ke-10 di Bali

Polri Akan Gelar Operasi Puri Agung 2024, Kawal World Water Forum Ke-10 di Bali

Nasional
Prabowo Guncangkan Badan Surya Paloh, Sama seperti Anies Kemarin

Prabowo Guncangkan Badan Surya Paloh, Sama seperti Anies Kemarin

Nasional
Kasus Dana PEN, Eks Bupati Muna Divonis 3 Tahun Bui

Kasus Dana PEN, Eks Bupati Muna Divonis 3 Tahun Bui

Nasional
Surya Paloh Bakal Bertemu Prabowo Sore Ini, Nasdem Belum Ambil Keputusan

Surya Paloh Bakal Bertemu Prabowo Sore Ini, Nasdem Belum Ambil Keputusan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com