JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) berupaya menggiatkan Sekolah Lapang Gempa. Kegiatan ini, bertujuan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terkait gempa bumi dan tsunami.
"Tahun ini ada 30 kegiatan SLG (Sekolah Lapang Gempa) di beberapa provinsi yang bertujuan untuk membuka wawasan kegempaan," kata Kabid Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Tiar Prasetya di Jakarta, Jumat (4/1/2019).
Dia menjelaskan, SLG bertujuan menguatkan peran Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan pemangku kepentingan di daerah agar memahami informasi gempa bumi dan peringatan dini tsunami, sehingga dapat memberikan arahan yang tepat kepada masyarakat.
"Jadi saat terjadi gempa bumi dan berpotensi tsunami maka pemangku kepentingan sudah mengerti apa yang harus dilakukan dan masing-masing paham tugasnya," kata dia.
SLG menyasar BPBD, masyarakat, sekolah, aparat, dan media di wilayah rawan gempa bumi dan tsunami. SLG diharapkan bisa membuat mereka yang disasar paham potensi gempa bumi dan tsunami di wilayahnya.
Selain itu, untuk meningkatkan kesiapsiagaan terhadap gempa bumi dan tsunami, serta memahami pesan BMKG terkait dengan peringatan dini.
Tiar mencontohkan, salah satu kegiatan SLG yaitu melakukan permainan untuk membuka wawasan kegempaan anak-anak.
SLG telah dilakukan sejak 2015 di 10 kabupaten dan kota, meningkat menjadi 23 kabupaten/kota pada 2016, satu kota pada 2017, dan di dua kota pada 2018.
Wilayah Indonesia rawan bencana, termasuk gempa bumi dan tsunami, yang termasuk dalam bencana geologi.
Tahun lalu, bencana geologi yang merusak lebih sedikit dibandingkan bencana hidrometeorologi, namun menyebabkan jumlah korban jiwa yang relatif banyak.
Baca juga: Gempa Bumi Dalam Berkekuatan 4,7 Magnitudo Terdeteksi di Laut Sulawesi
BNPB mencatat terjadi 20 kali gempa bumi yang merusak selama 2018 yang telah menyebabkan 572 orang meninggal, 2.012 orang luka-luka, 483.364 orang mengungsi dan terdampak, dan 16.520 rumah rusak.
Pada 2018, terdapat gempa bumi dahsyat yang disusul tsunami dan likuefaksi di Sulawesi Tengah. Pada bencana itu tercatat 4.231 orang meninggal dunia dan hilang.
Selain itu, ada bencana tsunami di Selat Sunda pada 22 Desember 2018 yang diakibatkan longsoran Gunung Anak Krakatau. Bencana ini menyebabkan lebih dari 400 orang meninggal dunia.