JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat sebanyak 2.564 bencana terjadi di Indonesia selama 2018.
Dari jumlah tersebut, 96,8 persen atau 2.481 kejadian merupakan bencana hidrometerologi atau yang disebabkan cuaca, seperti banjir, longsor, kekeringan, hingga cuaca ekstrim.
Sedangkan 3,2 persen atau 83 kejadian merupakan bencana geofusi. Bencana geofusi misalnya, gempa, erupsi gunung berapi, hingga tsunami.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Hubungan Masyarakat BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, meskipun bencana geofusi hanya sebesar 3,2 persen, tetapi dampak yang ditimbulkan luar biasa. Bencana tersebut merusak rumah warga, infrastruktur, hingga ekonomi.
"Dari 83 bencana geofusi yang menimpa, tahun ini gempanya lebih dari 11.500 kejadian," kata Sutopo di kantor BNPB, Utan Kayu, Jakarta Timur, Senin (31/12/2018).
Menurut catatan BNPB, jumlah gempa yang terjadi selama 2018 meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan 2017 yang berjumlah 6.500 kejadian. Kenaikan ini dikarenakan adanya gempa beaar yang mengakibatkan gempa susulan.
Baca juga: BNPB: Siapapun Presidennya, Indonesia Pasti Berhadapan dengan Bencana
BNPB mendata sebanyak 10,2 juta masyarakat Indonesia terdampak bencana. Tercatat, 3.349 orang meninggal dunia, 1.432 orang hilang, 21.064 luka-luka. BNPB juga mencatat, sebanyak 319.520 rumah rusak.
Hingga saat ini, kerugian yang ditimbulkan akibat bencana masih belum dapat dihitung.
"Tapi kalau melihat becana perkiraan kita lebih dari 100 triliun. Kerugian ekonomi, baik oleh kerusakan becana maupun ekonomi," ujar Sutopo.