Tsunami yang menerjang Aceh dan beberapa negara dekat Samudra Hindia banyak menimbulkan korban jiwa.
Setidaknya tercatat dari Sumatra sampai Kepulauan Andaman, Thailand, India Selatan, Sri Lanka dan sebagian Afrika, ada sekitar 230.000 orang yang tewas di 14 negara.
Kerusakan parah terjadi di wilayah Aceh dengan kurang leih sekitar 170.000 orang tewas. Semua bangunan hancur yang berada di sekitar pantai dan ratusan orang kehilangan tempat tinggalnya.
Banyaknya korban tewas yang masih berserakan ketika itu menjadi ancaman. Wabah penyakit seperti kolera, diare, malaria, hepatitis, dan tipus dikhawatirkan akan segera menyebar. Pasalnya, kondisi kebersihan lingkungan sangat rendah di semua lokasi musibah.
Risiko akan berbeda-beda di tiap negara bergantung pada kondisi kebersihan lingkungannya saat ini. Cuaca yang panas, tidak adanya fasilitas saluran pembuangan kotoran, dan makanan yang terkontaminasi akan menjadi tempat pembiakan kuman penyakit.
Untuk mengenang memori kolektif bencana, maka dibangunlah Museum Tsunami yang terletak di Jalan Iskandar Muda, Kota Banda Aceh.
Museum ini merupakan hasil karya Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil yang diresmikan pada 2008. Museum ini memiliki luas sekitar 2.500 meter persegi. Arsitektur bangunan berbentuk melengkung ditutupi relief berupa geometris. Jika dilihat dari atas, bangunan ini menyerupai bak kapal.
Museum Tsunami Aceh terdiri dari empat lantai. Bagian atap menjadi lokasi penyelamatan dan perlindungan jika musibah gelombang tsunami melanda.
Museum ini juga menyuguhkan gambaran dan suasana mencekam saat detik-detik gemuruh gelombang air laut menghantam Aceh. Pada setiap lantainya juga terpajang foto-foto keadaan Banda Aceh pasca-tsunami, artefak dan puing-puing tsunami.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.