Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Populer di Kompasiana: Dari Tips Mengatasi Kekhawatiran hingga Kardus untuk Kotak Suara

Kompas.com - 23/12/2018, 16:18 WIB
Harry Rhamdhani,
Ana Shofiana Syatiri

Tim Redaksi

Kekhawatiran itu berasal dari 3 hal: situasional, antisipasi, atau stres yang tersisa. Seperti dikutip dari buku 'How Not To Worry' yang ditulis oleh Paul McGee, kekhawatiran kita berfungsi membuat kita lebih memahami sumber stres kita.

Dr. Andri juga menambahkan, stres situasional berasal dari kekhawatiran yang berhubungan dengan apa yang terjadi di masa sekarang, terjadi di saat kita mengalaminya saat ini.

"Bisa berasal dari kesehatan kita, pasangan hidup atau rekan sekerja. Biasanya stres jenis ini yang sering dibicarakan menjadi sumber kekhawatiran sehari-hari," lanjut Dr. Andri pada tulisannya.

Selain itu kami juga menyaajikan artikel menarik lainnya yang populer di Kompasiana selama sepekan terakhir. Dari hebohnya pembuatan satgas mafia sepak bola Indonesia hingga polemik kardus yang dijadikan kotak suara oleh KPU untuk Pemilu 2019. Berikut adalah 5 artikel utama pilihan Kompasiana.

1. Tips Mengatasi Kecemasan, Kenali Sumbernya!

Mengategorikan kekhawatiran itu, menurut Dr. Andri, sebenarnya juga berfungsi untuk membuat kita lebih memahami sumber stres. Justru dalam keadaan seperti itu, lanjutnya, kita bisa bertanya sendiri ke dalam diri kita "Mengapa saya merasakan hal ini?"

Barulah kemudian ketika proses tersebut berjalan kita bisa mendapatkan kesadaran terhadap hal-hal apa saja yang memengaruhi kita menjadi khawatir dan berupaya untuk mengatasinya.

"Kesadaran akan diri terhadap rasa khawatir di dalam kita mengambil setengah jalan dari bagaimana kita dapat mengatasi sumber kekhawatiran," tulis Dr. Andri, Psikiater dengan kekhususan di bidang Psikosomatik Medis. (baca selengkapnya)

2. Siapa Orang-orang yang Layak Bekerja di Satgas Mafia Bola?

Ada langkah maju dalam pemberantasan mafia sepak bola Indonesia manakala Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengatakan dengan tegas bahwa pihak kepolisian akan segera membentuk satgas khusus.

Tetapi, tentu saja, yang kemudian menjadi pertanyaan adalah siapa orang-orang yang kiranya layak bekerja di satgas mafia bola ini?

Galih Prasetyo coba mengusulkan elemen atau aspek apa saja yang sekiranya pantas dan cocok untuk bisa cepat mengurus kemelut mafia sepak bola kita. Sebagai contoh, ia mengusulkan masyarakat sepak bola Indonesia.

"Basis suporter. Peran suporter utamanya para petinggi suporter akan sangat diperlukan untuk pihak kepolisian memantau secara langsung kerja-kerja kelompok ini," tulisnya.

Ini akan jadi salah satu pintu masuk untuk membongkar aktor intelektual di mafia bola Indonesia. (baca selengkapnya)

3. Di Salatiga, "Virus" Berbagi Nasi Gratis Terus Menular

Ada yang kini tengah berkembang di Salatiga, yaitu berbagi nasi bungkus gratis. Bambang Setyawan sendiri yang melakukan penelusurannya pada Kamis (20/12) untuk mengetahui langsung "virus" berbagi tersebut.

"Keberadaan etalase nasi gratis bagi para duafa yang dipelopori pasangan suami-istri, Paulus When dan Lany, warga Jalan Sukowati nomor 2 A Kota Salatiga dimulai pada pertengahan bulan November lalu," ungkap Bambang Setyawan dari hasil penelusurannya.

Dengan mengusung jargon 'siapa pun boleh ambil dan siapa pun boleh mengisi', Cik Lany, nama panggilannya, menjadi orang pertama yang mengisi nasi bungkus, makanan ringan serta air mineral.

"Kami buka mulai pukul 06.00 sampai pukul 22.00 WIB," lanjutnya. (baca selengkapnya)

4. Menguji Ketahanan Kotak Suara Berbahan Kardus Pilihan KPU

Telah menjadi polemik di tengah masyarakat ketika Komisi Pemilihan Umum (KPU) menetapkan bahan yang digunakan untuk kotak suara adalah kardus.

Asumsi yang muncul ke permukaan sudah pasti membayangkan apakah kardus yang digunakan laiknya kardus yang sama seperti kardus mi instan? Apakah benar kardus itu aman, sebab jika berkaca pada pemilu sebelumnya di mana kotak suara dibuat dari bahan aluminium saja masih bisa terjadi kecurangan. (baca selengkapnya)

5. Kamu Gamau Belajar Nulis Bener? Yaudah Gapapa

Gigip Andreas percaya bahwa siapa pun bebas menulis apapun. Namun, yang menjadi keresahannya ini adalah saking bebasnya, di internet bertebaran tulisan yang penulisannya dapat memancing emosi jiwa.

"Jika Anda lebih nyaman memakai ejaan sehari-hari atau ejaan yang Anda buat sendiri, ya, silakan. Toh, kata baku memang tidak harus selalu digunakan; boleh disesuaikan dengan konteks dan jenis tulisan," lanjutnya.

Namun, kata Gigip Andreas, minimal tengok kaidah dan menulis sesuai aturan sebagaimana tertera dalam KBBI. (baca selengkapnya)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BRIN Bahas Pengembangan Satelit untuk Waspadai Permasalahan Keamanan Antariksa

BRIN Bahas Pengembangan Satelit untuk Waspadai Permasalahan Keamanan Antariksa

Nasional
Nasdem dukung Prabowo-Gibran, Golkar Tak Khawatir Jatah Menteri Berkurang

Nasdem dukung Prabowo-Gibran, Golkar Tak Khawatir Jatah Menteri Berkurang

Nasional
GASPOL! Hari Ini: Hasto Kristiyanto dan Hadirnya Negara Kekuasaan

GASPOL! Hari Ini: Hasto Kristiyanto dan Hadirnya Negara Kekuasaan

Nasional
Kumpulkan 777 Komandan Satuan, KSAD: Jangan Hanya 'Copy Paste', Harus Bisa Berinovasi

Kumpulkan 777 Komandan Satuan, KSAD: Jangan Hanya "Copy Paste", Harus Bisa Berinovasi

Nasional
Bertemu Pratikno, Ketua Komisi II DPR Sempat Bahas Penyempurnaan Sistem Politik

Bertemu Pratikno, Ketua Komisi II DPR Sempat Bahas Penyempurnaan Sistem Politik

Nasional
Waketum Nasdem Mengaku Dapat Respons Positif Prabowo soal Rencana Maju Pilkada Sulteng

Waketum Nasdem Mengaku Dapat Respons Positif Prabowo soal Rencana Maju Pilkada Sulteng

Nasional
Bertemu Komandan Jenderal Angkatan Darat AS, Panglima TNI Ingin Hindari Ketegangan Kawasan

Bertemu Komandan Jenderal Angkatan Darat AS, Panglima TNI Ingin Hindari Ketegangan Kawasan

Nasional
5.791 Personel Polri Dikerahkan Amankan World Water Forum Ke-10 di Bali

5.791 Personel Polri Dikerahkan Amankan World Water Forum Ke-10 di Bali

Nasional
Golkar Buka Suara soal Atalia Praratya Mundur dari Bursa Calon Walkot Bandung

Golkar Buka Suara soal Atalia Praratya Mundur dari Bursa Calon Walkot Bandung

Nasional
Komisi II DPR Ungkap Kemungkinan Kaji Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Komisi II DPR Ungkap Kemungkinan Kaji Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Nasional
PKB-Nasdem Merapat, Koalisi Prabowo Diprediksi Makin 'Gemoy'

PKB-Nasdem Merapat, Koalisi Prabowo Diprediksi Makin "Gemoy"

Nasional
Golkar Sedang Jajaki Nama Baru untuk Gantikan Ridwan Kamil di Pilkada DKI Jakarta

Golkar Sedang Jajaki Nama Baru untuk Gantikan Ridwan Kamil di Pilkada DKI Jakarta

Nasional
DPR Segera Panggil KPU untuk Evaluasi Pemilu, Termasuk Bahas Kasus Dugaan Asusila Hasyim Asy'ari

DPR Segera Panggil KPU untuk Evaluasi Pemilu, Termasuk Bahas Kasus Dugaan Asusila Hasyim Asy'ari

Nasional
Sinyal 'CLBK' PKB dengan Gerindra Kian Menguat Usai Nasdem Dukung Prabowo-Gibran

Sinyal "CLBK" PKB dengan Gerindra Kian Menguat Usai Nasdem Dukung Prabowo-Gibran

Nasional
Jadi Presiden Terpilih, Prabowo Tidak Mundur dari Menteri Pertahanan

Jadi Presiden Terpilih, Prabowo Tidak Mundur dari Menteri Pertahanan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com