JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai, tsunami di Banten merupakan kasus bencana yang jarang terjadi. Sebab, tsunami pada Sabtu (22/12/2018) malam itu, tak diawali dengan gempa bumi seperti peristiwa tsunami yang pernah terjadi.
Hal itu disampaikan Kalla dalam konferensi pers di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Minggu (23/12/2018).
"Ini suatu kasus yang tidak biasa, bahwa tsunami tanpa gempa. Jadi gejalanya ada kemungkinan dari perubahan atau letusan di Gunung Krakatau," kata Kalla.
Ia mengatakan, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah memperingatkan bahwa cuaca di sekitar pesisir Serang dan Pandeglang akan memburuk hingga 26 Desember 2018.
Baca juga: BMKG Ingatkan Seluruh Pihak Tak Sebarkan Informasi Simpang Siur soal Tsunami Banten
Oleh karena itu, ia meminta Pemerintah Provinsi (Pemprov) Banten, Pemerintah Daerah (Pemda) Serang, dan Pandeglang berhati-hati atas kemungkinan munculnya tsunami susulan di sana.
Saat ini, kata Kalla, TNI, Polri, serta Palang Merah Indonesia (PMI) telah turun ke lokasi bencana untuk mengevakuasi korban dan membangun posko bantuan.
"Jadi, maka kita harus hati-hati dari Pemda, TNI, Polri. (semua) sudah bergerak dan juga PMI sudah bergerak semua ke sana untuk mengatasi ini," lanjut Kalla.
Baca juga: BMKG Tak Deteksi Gejala Tsunami Lanjutan di Selat Sunda
Pada Sabtu malam, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan bahwa gelombang yang menerjang sejumlah wilayah di kawasan sekitar Selat Sunda itu merupakan tsunami.
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono memaparkan ada dua peristiwa yang memicu gelombang tsunami di sekitar Selat Sunda.
Kedua peristiwa itu adalah, aktivitas erupsi anak gunung Krakatau dan gelombang tinggi akibat faktor cuaca di perairan Selat Sunda.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.