Dari bencana berkepanjangan itu, total 564 orang meninggal dunia, sebagian besar berasal dari wilayah Kabupaten Lombok Utara dan Barat.
Selain korban meninggal, 1.886 orang mengalami luka-luka, dan belasan ribu lainnya terpaksa menjadi pengungsi karena rumah mereka hancur atau rawan runtuh jika terjadi gempa susulan.
Baca juga: 4 Bulan Pasca-gempa Lombok, Ini Perkembangan Penanganannya
Kerusakan infrastruktur terjadi di banyak titik, mulai jalan raya, bangunan, listrik, sinyal komunikasi, dan sebagainya. Untuk jumlah hunian yang rusak mencapai 149.715 unit mulai dari rusak ringan hingga rusak total rata dengan tanah.
Meskipun terjadi dalam waktu panjang dan memakan korban yang tidak sedikit, gempa di Lombok ini tidak ditetapkan sebagai bencana nasional oleh Presiden, karena penanganannya masih dapat diselesaikan oleh pusat.
Setelah Lombok, bencana besar kembali terjadi di Indonesia, kali ini bergerak ke utara, tepatnya di Sulawesi Tengah.
Gempa besar, tsunami, dan likuefaksi memporakporandakan kota Palu, Donggala, dan beberapa wilayah lain di provinsi itu.
Rentetan bencana alam itu diawali dengan gempa berkekuatan magnitude 7,4 yang terjadi di kedalaman 10 kilometer di jalur Sesar Palu Koro pada 28 September 2018 pukul 17.02 sore.
Akibat guncangan besar itu, terdapat pergerakan tanah atau yang kemudian disebut dengan likuifaksi di wilayah Desa Petobo, Kecamatan Palu Selatan, Kota Palu. Kejadian ini menenggelamkan sejumlah orang yang ada di atasnya ke dalam luapan lumpur yang muncul dari dalam perut bumi.
Tak lama kemudian, peringatan tsunami dikeluarkan oleh BNPB meski akhirnya peringatan tersebut dicabut.
Akan tetapi, pada pukul 17.22 Wita gelombang tsunami setinggi 6 meter benar-benar terjadi dan melibas wilayah kota Palu, Sigi, dan Donggala dan beberapa wilayah di sekitarnya.
Dari tiga rangkaian bencana ini, total 2.201 jiwa kehilangan nyawa, 1.373 tidak ditemukan, 4.438 mengalami luka-luka, 221.450 jiwa mengungsi, dan 68.451 unit rumah rusak.
BNPB mengumumkan kerugian akibat bencana alam dahsyat itu diperkirakan sebesar Rp 13,82 triliun.
Baca juga: Korban Tewas akibat Bencana Sulteng Jadi 2.073, Palu Paling Banyak
Kemudian bencana kembali terjadi di bulan Oktober, tepatnya pada 12 Oktober 2018 berupa banjir bandang di sejumlah kecamatan di Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara.