“Mungkin saya tak pernah bercita-cita menjadi tentara. Prajurit Angkatan Udara. Tetapi ketika saya injakkan kaki di Yogyakarta, Akademi Angkatan Udara, saya lakukan semuanya dengan semangat pantang menyerah dan berusaha wujudkan mimpi saya menjadi pilot. Saya kemudian mencintai Angkatan Udara dengan sepenuh hati. Saya jejakkan langkah sampai ke puncak pengabdian mana yang saya sanggup. Lalu, ketika purnawira, saya terus suarakan berbagai bahasan tentang dirgantara Indonesia tercinta, lewat buku-buku dan tulisan. Itulah cara saya menunjukkan kecintaan saya yang tak putus kepada Ibu Pertiwi dan Bapak Angkasa,” demikian Chappy Hakim becermin tentang perjalanan hidup dalam sebuah perbincangan dengan saya di ruang kerjanya di kawasan Kuningan, Jakarta.
Perjalanan waktu, dan jejak langkahnya menjadi bukti: Ia seorang pecinta dirgantara sejati. Salah satunya diperlihatkan dengan ajeg lewat kariernya yang mulus, lancar dan berintegritas pada Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Udara. Lulus Akademi Angkatan Udara tahun 1971, ia menyelesaikan masa purnawiranya dengan bintang empat sebagai Kepala Staf Angkatan Udara ke-14, 25 April 2002-23 Februari 2005.
Masa kepemimpinannya menjadi khas dan selalu diingat sampai sekarang, karena di masa itulah TNI AU paling banyak menghasilkan buku yang dipublikasikan untuk kalangan luas. Jumlahnya 161 judul.
Bila kita mengunjungi Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala di Yogyakarta, khusus pada ruang koleksi utama yang berisi memorabilia para mantan KSAU, maka kita bisa saksikan dan membaca 161 buku sejarah berbagai kesatuan di lingkungan TNI AU itu.
Jumlah yang sangat banyak dan lengkap, sehingga kini tak sulit lagi menelisik sejarah kesatuan-kesatuan di jajaran TNI AU bahkan yang terpencil sekalipun.
Literasi, membaca dan menulis, memang selalu didorong oleh Chappy Hakim setiap masa dalam hidupnya sampai sekarang. Bukan hanya pada masanya sebagai KSAU, tetapi ketika ia menjadi “Kepala Sekolah”, Gubernur Akademi Angkatan Udara 1997-1999.
Ia bahkan sudah menerapkan disiplin membaca dan menulis ini pada karbol TNI AU yang dididiknya.
Seorang lulusan AAU Angkatan 1998 yang kini menjadi Komandan Pangkalan TNI AU (Danlanud) Pangeran M. Bun Yamin, Lampung, Letnan Kolonel (Pnb.) Ahmad Mulyono, SE, MM., mengingat masa karbolnya yang penuh nasihat Chappy.
Setiap hari selalu diingatkan, “Jangan malas baca buku, ada waktu kosong harus ada yang dibaca. Belajarlah menuangkan isi pikiran ke dalam kertas, membuat tulisan atau cerita pendek. Carilah ilmu sebanyak-banyaknya untuk masa depan dan karier!”
Atau satu lagi yang dikisahkan Komandan Skadron 31 Halim Perdanakusuma, Letnan Kolonel (Pnb.) Fata Patria, yang dulu sedikit kesal dengan beberapa kebijakan Kepala Sekolahnya ini yang berbeda dengan tradisi.
Tetapi sekarang, ketika ia juga sudah menjadi pimpinan, kebijakan Chappy Hakim itu justru banyak ditirunya. Sedikit banyak memengaruhi caranya memberi wejangan pada anak buah.
Kalau biasanya sulit mencari jejak seorang tentara lewat tulisannya, maka ketika melakukan riset mencari jejak pemikiran Chappy, saya tak khawatir kesulitan atau kekurangan bahan.
Ia menulis lebih dari 20 buku, di luar 161 judul buku yang disemangatinya untuk terbit di masa ia bertugas jadi KSAU. Belum lagi lebih dari 300 entri tulisan pendek di media online dan media cetak.
Di masa pensiunnya, Chappy Hakim lebih sering terlihat menekuni kesukaannya menulis dan bermain saxophone. Ia rutin menulis kolom di berbagai media massa cetak maupun on line, dan rutin pula bermusik paling sedikit seminggu sekali bersama kelompok musiknya.
Ia juga anggota yang aktif pada Komunitas Penulis Penerbit Buku Kompas, komunitas tempat para penulis berbagi ide, cerita dan saling mendukung lewat berbagai pertemuan bersama.
(Kutipan pengantar 70 Tuturan tentang Chappy Hakim, Penerbit Buku Kompas, 2017)
***
Begitulah Pak Chappy Hakim menulis dan terus menulis tiada henti. Bahkan menulisnya justru jauh lebih panjang dari pengabdiannya sebagai tentara profesional TNI Angkatan Udara.
Selamat Ulang Tahun ke 71, Pak Chappy Hakim! Terus berkarya dan pastilah akan menjadi contoh ketekunan bagi seluruh generasi muda Indonesia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.