Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Elektabilitas Jokowi-Ma'ruf Turun, Kata Timses karena Sibuk Lawan Fitnah dan Hoaks

Kompas.com - 16/12/2018, 12:19 WIB
Jessi Carina,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Sekretaris Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf, Raja Juli Antoni, tidak membantah hasil analisis PARA Syndicate tentang penyebab menurunnya tren elektabilitas Jokowi-Ma'ruf.

PARA Syndicate sebelumnya menyebut turunnya elektabilitas Jokowi-Ma'ruf karena pasangan capres-cawapres nomor urut 01 itu dan tim suksesnya sibuk bermain di genderang lawan.

"Kami sangat sibuk dalam mengklarifikasi berbagai macam gimmick yang biasa dilakukan tim lawan," ujar Raja ketika dihubungi, Minggu (16/12/2018).

"Mengklarifikasi fitnah dan hoaks tepatnya," tambah dia.

Baca juga: Menurut PARA Syndicate, Ini Penyebab Tren Elektabilitas Jokowi-Maruf Menurun

Menurut dia, pihak lawan dan timsesnya sering melontarkan isu-isu yang dianggapnya tidak benar. Contohnya, isu mengenai kenaikan harga-harga bahan pokok.

Sekretaris Jenderal Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Raja Juli Antoni ketika memberikan keterangan pers di Kantor DPP PSI, Jakarta, Jumat (1/6/2018).KOMPAS.com/ MOH NADLIR Sekretaris Jenderal Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Raja Juli Antoni ketika memberikan keterangan pers di Kantor DPP PSI, Jakarta, Jumat (1/6/2018).
Oleh karena itu, tim sukses Jokowi-Ma'ruf mengklarifikasinya agar masyarakat tidak termakan isu itu.

Raja mengatakan, hasil analisis PARA Syndicate akan menjadi masukan bagi TKN Jokowi-Ma'ruf dalam menyusun strategi ke depan.

Selain itu, koordinasi antara tim Jokowi dan tim Ma'ruf Amin juga akan ditingkatkan lagi.

"Pada intinya, ini adalah masukan baik yang akan dipergunakan untuk perbaikan ke depan," ujar Raja.

Baca juga: PARA Syndicate: Tren Elektabilitas Jokowi-Maruf Menurun, Prabowo-Sandiaga Naik

"Kami akan rumuskan cara-cara yang lebih efektif untuk meyakinkan pemilih bahwa Pak Jokowi masih menjadi pemimpin terbaik di negeri ini," tambah dia.

Sebelumnya, Direktur Eksekutif PARA Syndicate Ari Nurcahyo menilai, menurunnya tren elektabilitas Jokowi-Ma'ruf karena retorika kampanye yang diperlihatkan pasangan nomor urut 01 itu beserta tim suksesnya yang cenderung reaktif terhadap isu yang dilempar pesaingnya. 

"Dinamika kampanye cenderung reaktif dan responsif, dan nampak sekali bahwa timses, bahkan Pak Jokowi sendiri sempat hanyut pada genderang yang dimainkan lawan," ungkap Ari saat merilis hasil perhitungan tersebut di kantor PARA Syndicate, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (14/12/2018).

Baca juga: Strategi Menyerang Dinilai Bikin Tren Elektabilitas Prabowo-Sandi Naik

Menurut dia, hal itu tercermin dari istilah politisi "sontoloyo" dan politik "genderuwo", yang sempat dilontarkan Jokowi.

Ari berpendapat, kesibukan menangkal isu dari lawannya membuat topik mengenai rencana pembangunan Indonesia lima tahun ke depan terabaikan. Program Nawacita II dinilai Ari belum digemakan.

Faktor lain yang berpengaruh terhadap menurunnya tren elektabilitas adalah strategi kubu Jokowi-Ma'ruf yang disebutkan Ari bersifat monoton dan linear.

Kemudian, peran Ma'ruf sebagai cawapres belum signifikan untuk mendulang suara. Menurut Ari, pembagian peran untuk menarik suara belum terlihat.

Kesimpulan itu setelah PARA Syndicate menganalisis hasil survei 12 lembaga. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kasus Kredit Ekspor LPEI, KPK Buka Peluang Tetapkan Tersangka Korporasi

Kasus Kredit Ekspor LPEI, KPK Buka Peluang Tetapkan Tersangka Korporasi

Nasional
Pakar Hukum Dorong Percepatan 'Recovery Asset' dalam Kasus Korupsi Timah yang Libatkan Harvey Moeis

Pakar Hukum Dorong Percepatan "Recovery Asset" dalam Kasus Korupsi Timah yang Libatkan Harvey Moeis

Nasional
Sidak ke Kalteng, Satgas Pangan Polri Minta Pasar Murah Diintensifkan Jelang Lebaran

Sidak ke Kalteng, Satgas Pangan Polri Minta Pasar Murah Diintensifkan Jelang Lebaran

Nasional
Puspen TNI Sebut Denpom Jaya Dalami Dugaan Prajurit Aniaya Warga di Jakpus

Puspen TNI Sebut Denpom Jaya Dalami Dugaan Prajurit Aniaya Warga di Jakpus

Nasional
Bea Cukai dan Ditresnarkoba Polda Metro Jaya Gagalkan Peredaran Serbuk MDMA dan Kokain Cair

Bea Cukai dan Ditresnarkoba Polda Metro Jaya Gagalkan Peredaran Serbuk MDMA dan Kokain Cair

Nasional
TNI Kirim Payung Udara, Bisa Angkut 14 Ton Bantuan untuk Warga Gaza Via Udara

TNI Kirim Payung Udara, Bisa Angkut 14 Ton Bantuan untuk Warga Gaza Via Udara

Nasional
Tersangka Kasus Korupsi Timah Diyakini Bisa Bertambah 2-3 Kali Lipat jika Diusut Lewat TPPU

Tersangka Kasus Korupsi Timah Diyakini Bisa Bertambah 2-3 Kali Lipat jika Diusut Lewat TPPU

Nasional
Pakar Hukum Duga Ada 'Orang Kuat' Lindungi Kasus Korupsi Timah yang Jerat Harvey Moeis

Pakar Hukum Duga Ada "Orang Kuat" Lindungi Kasus Korupsi Timah yang Jerat Harvey Moeis

Nasional
Gerindra: Prabowo Tidak Cuma Janji Kata-kata, Dia 'The New Soekarno'

Gerindra: Prabowo Tidak Cuma Janji Kata-kata, Dia "The New Soekarno"

Nasional
TNI Kirim 900 Payung Udara untuk Salurkan Bantuan ke Warga Palestina

TNI Kirim 900 Payung Udara untuk Salurkan Bantuan ke Warga Palestina

Nasional
Terseretnya Nama Jokowi dalam Pusaran Sengketa Pilpres 2024 di MK...

Terseretnya Nama Jokowi dalam Pusaran Sengketa Pilpres 2024 di MK...

Nasional
Serangan Balik KPU dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK...

Serangan Balik KPU dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK...

Nasional
Soal Flu Singapura, Menkes: Ada Varian Baru Tapi Tidak Mematikan Seperti Flu Burung

Soal Flu Singapura, Menkes: Ada Varian Baru Tapi Tidak Mematikan Seperti Flu Burung

Nasional
Kasus yang Jerat Suami Sandra Dewi Timbulkan Kerugian Rp 271 Triliun, Bagaimana Hitungannya?

Kasus yang Jerat Suami Sandra Dewi Timbulkan Kerugian Rp 271 Triliun, Bagaimana Hitungannya?

Nasional
Menkes Minta Warga Tak Panik DBD Meningkat, Kapasitas RS Masih Cukup

Menkes Minta Warga Tak Panik DBD Meningkat, Kapasitas RS Masih Cukup

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com