Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Mahendra K Datu
Pekerja corporate research

Pekerja corporate research. Aktivitas penelitiannya mencakup Asia Tenggara. Sejak kembali ke tanah air pada 2003 setelah 10 tahun meninggalkan Indonesia, Mahendra mulai menekuni training korporat untuk bidang Sales, Marketing, Communication, Strategic Management, Competititve Inteligent, dan Negotiation, serta Personal Development.

Santiago, Kegigihan dan Bangsa yang Percaya Diri

Kompas.com - 14/12/2018, 15:45 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

LEPAS pantai Havana di suatu hari...

Santiago hanyalah seorang nelayan tua di Kuba. Pengalaman panjang tak menjamin dirinya selalu mendapatkan tangkapan bagus. Dalam satu kesempatan, selama 84 hari melaut, ia tak mendapatkan ikan satu pun.

Kesabaran Santiago habis. Di hari ke-85, ia memutuskan mengakhiri paceklik keberuntungannya dengan melaut lebih jauh ke utara di Selat Florida menuju Gulf Stream, perairan neraka bagi kebanyakan nelayan. Itu adalah satu-satunya strategi yang belum ia coba saat itu.

Siang harinya, seekor ikan marlin raksasa menangkap umpan pancingnya. Bukan Santiago yang berhasil menarik ikan itu ke dalam perahunya, justru ikan itu yang menarik Santiago dan perahunya ke keganasan perairan Gulf Stream.

Santiago tak mau menyerah. Selama dua hari dua malam keduanya bergumul baku tarik, hingga timbul rasa respek Santigo terhadap ikan marlin raksasa itu.

Santiago yang dalam kesendiriannya memperjuangkan hidupnya hanya bisa memikirkan, manusia tak diciptakan untuk kalah. Ia bisa dihancurkan, tetapi bukan dikalahkan.

Pergumulan belum mencapai klimaksnya. Saat ikan marlin tampaknya akan menyerah kelelahan, sekumpulan ikan hiu menyerang ikan marlin itu, mencabik-cabik badannya, dan hanya menyisakan bagian kepalanya saja. Ceceran darahnya mengundang makin banyak hiu ke situ. Santiago hanya bisa terperangah akan apa yang terjadi.

Kini musuh berganti. Si nelayan tua itu menghadapi sekawanan ikan hiu ganas yang sibuk menghabisi sisa badan ikan marlinnya.

Dengan bekal tombak harpun-nya, si tua itu membunuh lima hiu dan berhasil kembali ke pantai dengan kepala ikan marlin yang tersisa. Tangannya penuh luka dan tubuhnya kelelahan.

Hari itu Santiago pulang sebagai pahlawan, setidaknya bagi dirinya sendiri.

Cara Ernest Hemingway merangkai kisah perjuangan dari seorang manusia yang rapuh dan renta yang tampaknya tak punya alasan untuk bertahan lebih lama lagi sungguh ciamik.

Kisah Santiago di "The Old Man and The Sea" menjadi novel masterpiece-nya yang memenangkan penghargaan Pulitzer (1953) dan Nobel Sastra (1954). Belum ada penulis yang memiliki rekor segemilang Hemingway.

Bukankah kisah-kisah perjuangan, seberapa pun sederhananya kisah itu, selalu menggugah perasaan kita? Tidakkah kita ini adalah santiago-santiago yang lain?

Revolusi mental

Kisah Santiago itu terulang dalam obrolan sederhana di sebuah kafe di One Brattle Square - Harvard bersama dengan Bob Marsland, doktor bio-fisika yang masih sangat muda dari MIT.

Kampus Harvard dan MIT hanya berjarak tiga kilometer. Susah untuk membedakan mana mahasiswa Harvard dan mana mahasiswa MIT. Kelas-kelas mereka juga bertukaran, begitu juga dengan profesor-profesor mereka.

Kami menanyakan bagaimana orang-orang MIT (dan juga Harvard tentunya) memiliki ketangguhan dalam hal percaya diri, pantang menyerah dalam meneliti, dan ujung-ujungnya mereka menjadi kaya raya.

Bob menertawakan kami soal "menjadi kaya". Menurutnya, "menjadi kaya" hanyalah sebuah akibat dari rasa percaya diri tersebut, bukan tujuan utamanya.

Bob bercerita soal pergumulannya dalam penelitian untuk tesis doktoralnya. MIT memiliki tuntutan tinggi akan proyek riset, dan ujung-ujungnya hasil riset harus applicable, berdampak pada kehidupan yang lebih baik, dan bisa dihargai secara pantas oleh market. Ia hampir menyerah.

Tesisnya tentang penggunaan nano-teknologi untuk menghantarkan bakteri-bakteri yang dihasilkan di laboratorium menuju ke organ-orang tubuh manusia yang sakit nyatanya tak selalu berjalan mulus.

Ini adalah gabungan beberapa cabang ilmu yang rumit. Bob tak mungkin mempelajari semuanya. Satu-satunya jalan adalah berkolaborasi dengan mahasiswa doktoral lain yang sejalan dengan proyek risetnya.

Kolaborasi berjalan baik. Tak disangka, timnya berisi sekumpulan otak brilian yang rendah hati namun percaya diri.

Bagi Bob, kisah seperti Santiago dan ikan marlinnya menjadi sangat relevan. Ungkapan Santiago bahwa manusia tak diciptakan untuk kalah rupanya benar adanya. Dihancurkan bisa (itupun bila ia sendiri mengizinkannya), namun tidak untuk dikalahkan, apalagi bila ramai-ramai keroyokan.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prabowo Guncangkan Badan Surya Paloh, Sama Seperti Anies Kemarin

Prabowo Guncangkan Badan Surya Paloh, Sama Seperti Anies Kemarin

Nasional
Kasus Dana PEN, Eks Bupati Muna Divonis 3 Tahun Bui

Kasus Dana PEN, Eks Bupati Muna Divonis 3 Tahun Bui

Nasional
Surya Paloh Bakal Bertemu Prabowo Sore Ini, Nasdem Belum Ambil Keputusan

Surya Paloh Bakal Bertemu Prabowo Sore Ini, Nasdem Belum Ambil Keputusan

Nasional
Jalankan Amanah Donatur, Dompet Dhuafa Berbagi Parsel Ramadhan untuk Warga Palestina

Jalankan Amanah Donatur, Dompet Dhuafa Berbagi Parsel Ramadhan untuk Warga Palestina

Nasional
Wapres Sebut Target Penurunan 'Stunting' Akan Dievaluasi

Wapres Sebut Target Penurunan "Stunting" Akan Dievaluasi

Nasional
Persilakan Golkar Tampung Jokowi dan Gibran, PDI-P: Kami Bukan Partai Elektoral

Persilakan Golkar Tampung Jokowi dan Gibran, PDI-P: Kami Bukan Partai Elektoral

Nasional
Dana Pensiun Bukit Asam Targetkan 4 Langkah Penyehatan dan Penguatan pada 2024

Dana Pensiun Bukit Asam Targetkan 4 Langkah Penyehatan dan Penguatan pada 2024

Nasional
Di Depan Wiranto-Hendropriyono, Prabowo Minta Maaf Pernah Nakal: Bikin Repot Senior...

Di Depan Wiranto-Hendropriyono, Prabowo Minta Maaf Pernah Nakal: Bikin Repot Senior...

Nasional
Albertina Dilaporkan Wakil Ketua KPK, Ketua Dewas: Apa yang Salah? Ada Surat Tugas

Albertina Dilaporkan Wakil Ketua KPK, Ketua Dewas: Apa yang Salah? Ada Surat Tugas

Nasional
Polri Terbitkan Red Notice 2 Buron TPPO Bermodus Magang ke Jerman

Polri Terbitkan Red Notice 2 Buron TPPO Bermodus Magang ke Jerman

Nasional
Surya Paloh Bakal Temui Prabowo di Kertanegara, Nasdem: Menguatkan Sinyal Komunikasi

Surya Paloh Bakal Temui Prabowo di Kertanegara, Nasdem: Menguatkan Sinyal Komunikasi

Nasional
Temui Mensesneg Pratikno, Menpan-RB Anas Bahas Progres Skenario Pemindahan ASN ke IKN

Temui Mensesneg Pratikno, Menpan-RB Anas Bahas Progres Skenario Pemindahan ASN ke IKN

Nasional
Jokowi Teken Perpres, Wajibkan Pemda Bentuk Unit Perlindungan Perempuan dan Anak

Jokowi Teken Perpres, Wajibkan Pemda Bentuk Unit Perlindungan Perempuan dan Anak

Nasional
Politikus PPP Sebut Ada Kemungkinan Parpolnya Gabung Koalisi Prabowo-Gibran

Politikus PPP Sebut Ada Kemungkinan Parpolnya Gabung Koalisi Prabowo-Gibran

Nasional
Ini Status Perkawinan Prabowo dan Titiek Soeharto

Ini Status Perkawinan Prabowo dan Titiek Soeharto

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com