Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kata Ketua DPR, Parpol Bisa Jadi Celah Bisnis Baru jika Tak Dibiayai Negara

Kompas.com - 04/12/2018, 11:30 WIB
Jessi Carina,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Bambang Soesatyo setuju dengan semangat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang ingin menghilangkan korupsi di partai politik.

Bambang mengatakan, faktor utama untuk mewujudkan itu ada pada sisi pembiayaan partai.

Hal ini disampaikannya pada peringatan Hari Anti Korupsi Dunia di Hotel Bidakara, Selasa (4/12/2018).

KPK mengundang semua perwakilan partai politik untuk menandatangani pakta integritas anti korupsi.

"Ini akan diatur pakta integritas di mana semua kita dorong dana partai disiapkan oleh negara. Kalau tidak parpol akan jadi lahan bisnis baru," ujar Bambang.

Baca juga: Ketua Komisi II Sebut Dana Parpol Baik untuk Hapus Elitisme di Parpol

Ada beberapa hal yang melatarbelakangi kesimpulan Bambang itu.

Dalam banyak kasus, pengusaha atau orang yang memiliki modal besar begitu mudahnya masuk ke dalam partai politik.

Dengan uang yang dimiliki, mereka bisa menggeser kader yang sudah lama membesarkan partai dalam pemilihan legislatif.

Pada akhirnya, orang-orang bermodal besar bisa menguasai partai dan parlemen.

"Kuasai parpol dengan modal, kemudian kuasai parlemen, kuasai pasal-pasal, maka Anda akan kuasai ekonomi di Indonesia," kata Bambang.

Baca juga: Taufik: Kalau Dana Parpol di Pusat Bisa Naik 10 Kali Lipat, Masa Kami Enggak Bisa?

Bambang kemudian menceritakan praktik transaksional yang biasa terjadi dalam sebuah pemilihan kepala daerah. Calon kepala daerah membutuhkan rekomendasi partai agar bisa mencalonkan.

Dalam beberapa kasus, surat rekomendasi ini ada harganya. "Bupati, wali kota paling murah Rp 5 miliar. Gubernur bisa ratusan miliar," kata dia.

Bambang mengatakan praktik-praktik semacam ini harus dicegah. Jika partai politik sepenuhnya dibiayai negara, maka penggunaannya akan diaudit dengan cermat.

Praktik semacam ini tidak akan dilakukan.

"Kita harap parpol jangan jadi ladang bisnis baru dan ketua partai tidak diuasai pemilik modal. Harus kita hentikan kalau tidak negara kita arahnya berubah," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jokowi Teken Perpres, Wajibkan Pemda Bentuk Unit Perlindungan Perempuan dan Anak

Jokowi Teken Perpres, Wajibkan Pemda Bentuk Unit Perlindungan Perempuan dan Anak

Nasional
Politikus PPP Sebut Ada Kemungkinan Parpolnya Gabung Koalisi Prabowo-Gibran

Politikus PPP Sebut Ada Kemungkinan Parpolnya Gabung Koalisi Prabowo-Gibran

Nasional
Ini Status Perkawinan Prabowo dan Titiek Soeharto

Ini Status Perkawinan Prabowo dan Titiek Soeharto

Nasional
Bersikukuh Rampas Aset Rafael Alun, Jaksa KPK Ajukan Kasasi ke Mahkamah Agung

Bersikukuh Rampas Aset Rafael Alun, Jaksa KPK Ajukan Kasasi ke Mahkamah Agung

Nasional
Pengamat Sebut Kemungkinan Prabowo Gandeng PDI-P Masih Terbuka, Ganjalannya Hanya Jokowi

Pengamat Sebut Kemungkinan Prabowo Gandeng PDI-P Masih Terbuka, Ganjalannya Hanya Jokowi

Nasional
Obituari Tumbu Saraswati, Politikus Senior PDI-P Sekaligus Pendiri TPDI

Obituari Tumbu Saraswati, Politikus Senior PDI-P Sekaligus Pendiri TPDI

Nasional
Wakil Ketua KPK Bantah Serang Balik Dewas dengan Laporkan Albertina Ho

Wakil Ketua KPK Bantah Serang Balik Dewas dengan Laporkan Albertina Ho

Nasional
Nurul Ghufron Gugat Dewas KPK ke PTUN Jakarta

Nurul Ghufron Gugat Dewas KPK ke PTUN Jakarta

Nasional
JK Puji Prabowo Mau Rangkul Banyak Pihak, tapi Ingatkan Harus Ada Oposisi

JK Puji Prabowo Mau Rangkul Banyak Pihak, tapi Ingatkan Harus Ada Oposisi

Nasional
Mantan Anak Buah SYL Mengaku Dipecat Lantaran Tolak Bayar Kartu Kredit Pakai Dana Kementan

Mantan Anak Buah SYL Mengaku Dipecat Lantaran Tolak Bayar Kartu Kredit Pakai Dana Kementan

Nasional
Beri Selamat ke Prabowo-Gibran, JK: Kita Terima Kenyataan yang Ada

Beri Selamat ke Prabowo-Gibran, JK: Kita Terima Kenyataan yang Ada

Nasional
DPR Bakal Kaji Ulang Desain Pemilu Serentak karena Dianggap Tak Efisien

DPR Bakal Kaji Ulang Desain Pemilu Serentak karena Dianggap Tak Efisien

Nasional
Komisi II Sebut 'Presidential Threshold' Jadi Target Rencana Revisi UU Pemilu

Komisi II Sebut "Presidential Threshold" Jadi Target Rencana Revisi UU Pemilu

Nasional
Nyanyi 'Pertemuan' di Depan Titiek Soeharto, Prabowo: Sudah Presiden Terpilih, Harus Tepuk Tangan walau Suara Jelek

Nyanyi "Pertemuan" di Depan Titiek Soeharto, Prabowo: Sudah Presiden Terpilih, Harus Tepuk Tangan walau Suara Jelek

Nasional
Fraksi Golkar Bakal Dalami Usulan Hakim MK soal RUU Pemilu dan Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Fraksi Golkar Bakal Dalami Usulan Hakim MK soal RUU Pemilu dan Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com