Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Staf Khusus Presiden Minta Dubes Saudi Klarifikasi soal Twitnya

Kompas.com - 04/12/2018, 11:16 WIB
Fabian Januarius Kuwado,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Staf Khusus Presiden Bidang Hubungan Keagamaan Internasional Siti Ruhaini Dzuhayatin meminta Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia Osamah Muhammad Al-Suaib segera berkomunikasi dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).

Hal itu terkait twit Osamah melalui akun Twitter-nya, yang mengatakan, reuni 212 di Monas, Jakarta, Minggu (2/12/2018), merupakan reaksi atas pembakaran bendera di Garut sekitar sebulan lalu.

Ia juga menyebut ormas pembakar bendera tersebut sebagai ormas yang menyimpang.

"Saya mendorong Dubes Osamah mengklarifikasi langsung ke NU, bertandang ke PBNU untuk menjelaskan cuitannya tersebut sebagai sesama saudara Muslim, dalam suasana ukhuwah Islamiyah," ujar Ruhaini kepada Kompas.com, Selasa (4/12/2018).

Baca juga: Stafsus Presiden: Cuitan Dubes Saudi Tidak Pas

Jika diperlukan, menurut dia, Dubes Osamah seharusnya meminta maaf kepada NU karena penyebutan organisasi menyimpang.

Ruhaini berpendapat, twit Osamah itu bersifat personal, bukanlah resmi atas nama negara Arab Saudi.

Ia sebenarnya menyayangkan mengapa Osamah menyampaikan hal tersebut. Sebab, selain twit itu bersifat mencampuri dinamika sosial politik Indonesia, hal itu dinilai tidak pantas dilakukan oleh seorang duta besar.

Oleh karena itu, klarifikasi dan permintaan maaf sangat dibutuhkan saat ini.

"Kita berharap persoalan yang sifatnya personal ini tidak sampai berimbas pada hal-hal yang sudah bagus. Kami harap ini selesai secara ukhuwah Islamiyah. Apalagi ini tahun politik ya," ujar Ruhaini.

Menurut Ruhaini, Kementerian Luar Negeri RI sudah menempuh jalur diplomatik dengan berupaya memanggil Osamah. Ruhaini menghargai upaya Kemenlu.

Baca juga: GP Ansor dan PBNU Protes Kicauan Dubes Arab Saudi soal Reuni 212

Namun, ia juga mengingatkan bahwa penyelesaian secara diplomatik juga harus diikuti dengan penyelesaian secara personal.

"Saya mendukung upaya Kemenlu. Yang ditempuh Kemenlu adalah jalur diplomatik. Tentunya Ibu Menlu mewakili Presiden sudah menjadi tugasnya untuk memanggil. Tetapi saya melihat masalah ini masih bisa diselesaikan secara personal. Saya mendorong Dubes mengklarifikasi ke NU," ujar Ruhaini.

"Apabila memang karena ada ketidaktahuan Beliau dan sebagainya, tentunya dalam Islam ada kekhilafan, harus meminta maaf," lanjut dia.

Menanggapi twit Osamah, Ketua Umum Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor Yaqut Cholil Qoumas melayangkan protes terhadap kicauan Osamah. 

"Kami mengharapkan klarifikasi dari Yang Mulia Duta Besar Kerajaan Arab Saudi atas Unggahan tersebut. Organisasi kami telah disebutkan sebagai organisasi yang menyimpang secara aqidah dalam materi unggahan," ujar Yaqut seperti dikutip dari keterangan tertulisnya, Senin (3/12/2018).

Yaqut menjelaskan, bendera yang dibakar oleh salah satu anggota GP Ansor pada acara Peringatan Hari Santri di Limbangan Garut Jawa Barat, 22 Oktober 2018 lalu merupakan bendera organisasi Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).

Pemerintah juga telah menyatakan melalui beberapa pemberitaan di media massa bahwa bendera itu adalah bendera HTI.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pakar Hukum Duga Ada 'Orang Kuat' Lindungi Kasus Korupsi Timah yang Jerat Harvey Moeis

Pakar Hukum Duga Ada "Orang Kuat" Lindungi Kasus Korupsi Timah yang Jerat Harvey Moeis

Nasional
Gerindra: Prabowo Tidak Cuma Janji Kata-kata, Dia 'The New Soekarno'

Gerindra: Prabowo Tidak Cuma Janji Kata-kata, Dia "The New Soekarno"

Nasional
TNI Kirim 900 Payung Udara untuk Salurkan Bantuan ke Warga Palestina

TNI Kirim 900 Payung Udara untuk Salurkan Bantuan ke Warga Palestina

Nasional
Terseretnya Nama Jokowi dalam Pusaran Sengketa Pilpres 2024 di MK...

Terseretnya Nama Jokowi dalam Pusaran Sengketa Pilpres 2024 di MK...

Nasional
Serangan Balik KPU dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK...

Serangan Balik KPU dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK...

Nasional
Soal Flu Singapura, Menkes: Ada Varian Baru Tapi Tidak Mematikan Seperti Flu Burung

Soal Flu Singapura, Menkes: Ada Varian Baru Tapi Tidak Mematikan Seperti Flu Burung

Nasional
Kasus yang Jerat Suami Sandra Dewi Timbulkan Kerugian Rp 271 Triliun, Bagaimana Hitungannya?

Kasus yang Jerat Suami Sandra Dewi Timbulkan Kerugian Rp 271 Triliun, Bagaimana Hitungannya?

Nasional
Menkes Minta Warga Tak Panik DBD Meningkat, Kapasitas RS Masih Cukup

Menkes Minta Warga Tak Panik DBD Meningkat, Kapasitas RS Masih Cukup

Nasional
Kursi Demokrat di DPR Turun, AHY: Situasi di Pemilu 2024 Tidak Mudah

Kursi Demokrat di DPR Turun, AHY: Situasi di Pemilu 2024 Tidak Mudah

Nasional
Serba-serbi Pembelaan Kubu Prabowo-Gibran dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK

Serba-serbi Pembelaan Kubu Prabowo-Gibran dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK

Nasional
Kecerdasan Buatan Jadi Teman dan Musuh bagi Industri Media

Kecerdasan Buatan Jadi Teman dan Musuh bagi Industri Media

Nasional
Saat Sengketa Pilpres di MK Jadi Panggung bagi Anak Yusril, Otto, Maqdir, dan Henry Yoso...

Saat Sengketa Pilpres di MK Jadi Panggung bagi Anak Yusril, Otto, Maqdir, dan Henry Yoso...

Nasional
Pemerintah Kembali Banding di WTO, Jokowi: Saya Yakin Kita Mungkin Kalah Lagi, tapi...

Pemerintah Kembali Banding di WTO, Jokowi: Saya Yakin Kita Mungkin Kalah Lagi, tapi...

Nasional
Menteri ESDM Pastikan Divestasi Saham PT Freeport Akan Sepaket dengan Perpanjangan Kontrak Hingga 2061

Menteri ESDM Pastikan Divestasi Saham PT Freeport Akan Sepaket dengan Perpanjangan Kontrak Hingga 2061

Nasional
Kata Bahlil Usai Terseret dalam Sidang MK Imbas Dampingi Gibran Kampanye di Papua

Kata Bahlil Usai Terseret dalam Sidang MK Imbas Dampingi Gibran Kampanye di Papua

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com