Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BNPT Minta Masyarakat Proaktif Tangkal Pesan Mengandung Radikalisme

Kompas.com - 29/11/2018, 21:08 WIB
Devina Halim,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Analis pada Deputi Bidang Pencegahan, Perlindungan dan Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Teuku Fauzansyah meminta masyarakat peka terhadap pesan-pesan mengandung radikalisme maupun intoleransi yang beredar di dunia maya.

Fauzansyah mengatakan, masyarakat harus ikut serta dalam melawan penyebaran pesan radikalisme. Pesan-pesan yang ia maksud seringkali beredar di grup pada aplikasi pesan instan.

"Jadi kita harapkan kalau ada satu grup yang isinya ujaran kebencian, jangan kemudian langsung keluar hanya untuk mencari ketenangan diri," kata Fauzansyah di Universitas Atma Jaya, Jakarta Pusat, Kamis (29/11/2018).

"Tetap di situ dan melakukan counter supaya yang sering copas 'dari grup sebelah' ini, paling tidak dia merasa ada tantangan (menghadapi penentang) di grup itu," sambung dia.

Menurut Fauzansyah, pesan bernada radikalisme dan intoleransi dapat memecah belah persatuan. Padahal, kebenaran informasi itu masih dipertanyakan.

Fauzansyah berpendapat, ungkapan "yang waras itu ngalah" sudah tidak dapat dipraktekkan lagi dalam menghadapi pesan-pesan radikalisme.

Menurut Fauzansyah, jika publik yang masih "waras" tidak bertindak, mereka yang kerap menyebarkan informasi tersebut akan semakin merajalela, hingga akhirnya membentuk opini publik.

Baca juga: Menag Dalami Temuan 41 Masjid Lingkungan Pemerintah Terpapar Radikalisme

Lama-kelamaan, radikalisme maupun ujaran kebencian yang terkandung dalam pesan-pesan itu akan tertanam dalam benak para anggota di grup tersebut.

"Kalau kita yang waras keluar dari grup itu, yang gila-gila itu semakin bebas di grup. Padahal di grup itu banyak yang silent reader," terang dia.

"Mungkin sekali, dua kali, dikasih ujaran kebencian dia tidak ngefek, tapi ketika itu dilakukan sehari tiga kali, seperti minum obat, selama satu tahun itu akan terpendam dalam pikirannya," lanjutnya.

Ia pun mengajak masyarakat untuk semakin proaktif dalam proses pencegahan radikalisme, intoleransi maupun terorisme.

Kompas TV Mantan narapidana kasus terorisme Ali Fauzi menyebut penyerangan anggota polisi di Lamongan sebagai serangan terror. Ali Fauzi juga meyakini pelaku terpapar radikalisme dari jaringan Jamaah Ansarut Daulah saat menjalani hukuman di lembaga pemasyarakatan.

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

CSIS: Pemilu 2024 Hasilkan Anggota DPR Muda Paling Minim Sepanjang Sejarah Sejak 1999

CSIS: Pemilu 2024 Hasilkan Anggota DPR Muda Paling Minim Sepanjang Sejarah Sejak 1999

Nasional
PPATK Koordinasi ke Kejagung Terkait Aliran Dana Harvey Moeis di Kasus Korupsi Timah

PPATK Koordinasi ke Kejagung Terkait Aliran Dana Harvey Moeis di Kasus Korupsi Timah

Nasional
Prabowo-Titiek Soeharto Hadiri Acara Ulang Tahun Istri Wismoyo Arismunandar, Ada Wiranto-Hendropriyono

Prabowo-Titiek Soeharto Hadiri Acara Ulang Tahun Istri Wismoyo Arismunandar, Ada Wiranto-Hendropriyono

Nasional
Banyak Catatan, DPR Dorong Revisi UU Pemilu Awal Periode 2024-2029

Banyak Catatan, DPR Dorong Revisi UU Pemilu Awal Periode 2024-2029

Nasional
Pakar Ragu UU Lembaga Kepresidenan Terwujud jika Tak Ada Oposisi

Pakar Ragu UU Lembaga Kepresidenan Terwujud jika Tak Ada Oposisi

Nasional
Istana Sebut Pertemuan Jokowi dan Prabowo-Gibran Semalam Atas Inisiatif Prabowo

Istana Sebut Pertemuan Jokowi dan Prabowo-Gibran Semalam Atas Inisiatif Prabowo

Nasional
Presiden Jokowi Ucapkan Selamat Saat Bertemu Prabowo Semalam

Presiden Jokowi Ucapkan Selamat Saat Bertemu Prabowo Semalam

Nasional
Jokowi Siapkan Program Unggulan Prabowo-Gibran Masuk RAPBN 2025

Jokowi Siapkan Program Unggulan Prabowo-Gibran Masuk RAPBN 2025

Nasional
CSIS: Mayoritas Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik

CSIS: Mayoritas Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik

Nasional
Korlantas Kaji Pengamanan Lalu Lintas Jelang World Water Forum Ke-10 di Bali

Korlantas Kaji Pengamanan Lalu Lintas Jelang World Water Forum Ke-10 di Bali

Nasional
Jokowi Dukung Prabowo-Gibran Rangkul Semua Pihak Pasca-Pilpres

Jokowi Dukung Prabowo-Gibran Rangkul Semua Pihak Pasca-Pilpres

Nasional
Pakar Sebut Semua Lembaga Tinggi Negara Sudah Punya Undang-Undang, Hanya Presiden yang Belum

Pakar Sebut Semua Lembaga Tinggi Negara Sudah Punya Undang-Undang, Hanya Presiden yang Belum

Nasional
Saksi Ungkap SYL Minta Kementan Bayarkan Kartu Kreditnya Rp 215 Juta

Saksi Ungkap SYL Minta Kementan Bayarkan Kartu Kreditnya Rp 215 Juta

Nasional
Saksi Sebut Bulanan untuk Istri SYL dari Kementan Rp 25 Juta-Rp 30 Juta

Saksi Sebut Bulanan untuk Istri SYL dari Kementan Rp 25 Juta-Rp 30 Juta

Nasional
Tata Kelola Dana Pensiun Bukit Asam Terus Diperkuat

Tata Kelola Dana Pensiun Bukit Asam Terus Diperkuat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com