JAKARTA, KOMPAS.com - Pakar media sosial yang juga Pendiri PT Media Kernels Indonesia Ismail Fahmi melakukan analisis terhadap unggahan warganet di media sosial terkait beberapa isu yang hangat dibicarakan.
Dari analisis itu, Ismail menemukan, pro dan kontra serta ujaran kebencian atau hate speech dalam konteks politik ikut terseret dalam unggahan soal agama di media massa.
Selain itu, budaya saling serang atau apa yang ia sebut kontra narasi di media sosial masih terus dilakukan.
"Biasanya 'kami dan mereka', posisi narasi yang sering dibuat, itu artinya posisi yang kontra narasi, ada narasi A sehingga dilawan," katanya di Gedung Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Jakarta Pusat, Senin 26/11/2018).
Ismail menjelaskan bahwa narasi seperti itu tidak akan berkontribusi merajut persatuan Indonesia.
"Kontra narasi tidak menyatukan, artinya kita tersegregasi terus," ungkap dia.
Baca juga: Agar Tetap Waras, Batasi Media Sosial 30 Menit Sehari
Oleh sebab itu, ia pun berharap ada pihak yang menginisiasi pertemuan antara berbagai kelompok untuk menyatukan mereka yang berkonflik di media sosial.
"Yang belum ada adalah bagaimana antarkelompok bikin acara bersama, kelompok ini, kelompok itu. Effort ini yang saya lihat belum ada," jelas Ismail.
"Saya kira kita perlu semacam itu, kalau menunggu politik, enggak bisa, politik sudah kayak gitu, harus ada semacam effort bersama untuk menyatukan, paling enggak inisiasi di awal," lanjutnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.