Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menilik Gaya Komunikasi Politik "Sontoloyo" ala Jokowi dan "Tampang Boyolali" ala Prabowo

Kompas.com - 16/11/2018, 05:18 WIB
Kristian Erdianto,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Calon presiden nomor urut 01 Joko Widodo dan nomor urut 02 Prabowo Subianto memiliki gaya komunikasi politik yang berbeda.

Hal itu terlihat dari istilah atau jargon politik yang kerap mereka lontarkan selama dua bulan masa kamapanye Pilpres 2019.

Pakar komunikasi politik Gun Gun Heryanto menilai, Jokowi memiliki gaya komunikasi politik equalitarian atau kesetaraan.

Menurut Gun Gun, politisi yang memiliki gaya komunikasi equalitarian cenderung menggunakan bahasa politik yang mudah dicerna.

Presiden Joko Widodo saat membeli sepatu Exodos 57 seri Kearifan Lokal 2 di Bandung, Minggu (11/12/2018).Dok Exodos57 Presiden Joko Widodo saat membeli sepatu Exodos 57 seri Kearifan Lokal 2 di Bandung, Minggu (11/12/2018).
Ia mencontohkan, istilah politisi sontoloyo yang digunakan Jokowi untuk memprotes para politisi tak beretika dalam politik.

Baca juga: Kode dari Jokowi di Balik Istilah Sontoloyo dan Genderuwo

Jokowi juga menggunakan istilah politik genderuwo untuk mengkritik lawan politiknya yang menyebar pesimisme dan ketakutan di tengah masayarakat.

"Gaya Jokowi itu kesetaraan, jarang memakai diksi yang susah, yang tinggi. Dia bukan orator yang baik tapi komunikator yang baik," ujar Gun Gun dalam sebuah diskusi di Kantor Populi Center, Jakarta Barat, Kamis (15/11/2018).

Gaya komunikasi politik equalitarian juga terlihat dari cara Jokowi menyapa masyarakat secara langsung.

Dalam setiap agenda blusukan, kata Gun Gun, Jokowi berusaha untuk menciptakan kesan bahwa tidak ada jarak antara pemimpin dengan masyarakat yang dipimpinnya.

Baca juga: Jokowi: Karena Sudah Jengkel, Keluarlah Itu Sontoloyo...

"Equalitarian itu turun ke bawah, merangkul, membingkai pesan untuk mencoba harmoni," ujar Gun Gun.

Sementara, lanjut Gun Gun, Prabowo memiliki gaya komunikasi politik dynamic.

Hal ini terlihat dari cara berbicara Prabowo yang lugas, eksplisit dan to the point. Meski demikian, gaya seperti ini dapat dimaknai secara berbeda oleh sebagian masyarakat.

"Prabowo itu dynamic style, biasanya eksplisit, to the point, lebih menggunakan bahasa yang lugas dan bisa dibaca oleh sebagian orang. Kalau ngomong apa adanya, bisa punya risiko dimaknai secara beda," kata Gun Gun.

Calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto saat berpidato pada acara peresmian Kantor Badan Pemenangan Prabowo-Sandi di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Selasa (30/10/2018). Videonya viral karena menyebutkan tampang Boyolali. dok. YouTube Calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto saat berpidato pada acara peresmian Kantor Badan Pemenangan Prabowo-Sandi di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Selasa (30/10/2018). Videonya viral karena menyebutkan tampang Boyolali.
Gun Gun menjelaskan, jika dilihat secara utuh dalam konteks istilah tampang Boyolali, Prabowo hendak mengritik ketimpangan sosial yang terjadi di tengah masayarakat saat ini.

Prabowo secara lugas mengatakan tampang Boyolali.

Baca juga: Prabowo Minta Maaf jika Ada yang Tersinggung dengan Tampang Boyolali

Namun, istilah tersebut justru menjadi bumerang bagi Prabowo. Sebagian masyarakat melihatnya sebagai bentuk penghinaan.

"Ini intensinya attacking ketimpangan sosial tapi bisa backfire ketika orang lebih membincangkan istilah tampang Boyolali sebagai peyoratif, sehingga makna menjadi polisemik (memiliki makna berbeda) bukan homogen," kata Gun Gun.

Verbal agresif

Meski demikian, Gun Gun mengkritik gaya komunikasi politik yang digunakan Jokowi dan Prabowo yang masuk kategori verbal agresif.

Kategori verbal agresif, kata Gun Gun, biasanya merupakan narasi untuk mendelegitimasi lawan politik tanpa disertai dengan data maupun fakta.

Cara berkomunikasi seperti ini pernah digunakan Presiden Donald Trump untuk memenangkan Pemilu Amerika Serikat.

"Kalau verbal agresif tak peduli dengan data, yang penting mempermalukan. Politik genderuwo itu verbal agresif, termasuk Indonesia akan bubar 2030," kata Gun Gun.

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Menuju Istana 2019

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 31 Maret Memperingati Hari Apa?

Tanggal 31 Maret Memperingati Hari Apa?

Nasional
Bawaslu Akui Tak Proses Laporan Pelanggaran Jokowi Bagikan Bansos dan Umpatan Prabowo

Bawaslu Akui Tak Proses Laporan Pelanggaran Jokowi Bagikan Bansos dan Umpatan Prabowo

Nasional
Soal Usulan 4 Menteri Dihadirkan di Sidang MK, Kubu Prabowo-Gibran: Kami 'Fine-fine' saja, tapi...

Soal Usulan 4 Menteri Dihadirkan di Sidang MK, Kubu Prabowo-Gibran: Kami "Fine-fine" saja, tapi...

Nasional
e-Katalog Disempurnakan LKPP, Menpan-RB Sebut Belanja Produk Dalam Negeri Jadi Indikator RB

e-Katalog Disempurnakan LKPP, Menpan-RB Sebut Belanja Produk Dalam Negeri Jadi Indikator RB

Nasional
Menteri PDI-P dan Nasdem Tak Hadiri Buka Puasa Bersama Jokowi, Menkominfo: Lagi Ada Tugas di Daerah

Menteri PDI-P dan Nasdem Tak Hadiri Buka Puasa Bersama Jokowi, Menkominfo: Lagi Ada Tugas di Daerah

Nasional
MK Buka Kans 4 Menteri Jokowi Dihadirkan dalam Sidang Sengketa Pilpres

MK Buka Kans 4 Menteri Jokowi Dihadirkan dalam Sidang Sengketa Pilpres

Nasional
Kubu Ganjar-Mahfud Minta MK Hadirkan Sri Mulyani dan Risma di Sidang Sengketa Pilpres

Kubu Ganjar-Mahfud Minta MK Hadirkan Sri Mulyani dan Risma di Sidang Sengketa Pilpres

Nasional
4 Jenderal Bagikan Takjil di Jalan, Polri: Wujud Mendekatkan Diri ke Masyarakat

4 Jenderal Bagikan Takjil di Jalan, Polri: Wujud Mendekatkan Diri ke Masyarakat

Nasional
Berkelakar, Gus Miftah: Saya Curiga Bahlil Jadi Menteri Bukan karena Prestasi, tetapi Lucu

Berkelakar, Gus Miftah: Saya Curiga Bahlil Jadi Menteri Bukan karena Prestasi, tetapi Lucu

Nasional
Dua Menteri PDI-P Tak Hadiri Bukber Bareng Jokowi, Azwar Anas Sebut Tak Terkait Politik

Dua Menteri PDI-P Tak Hadiri Bukber Bareng Jokowi, Azwar Anas Sebut Tak Terkait Politik

Nasional
Tak Cuma Demokrat, Airlangga Ungkap Banyak Kader Golkar Siap Tempati Posisi Menteri

Tak Cuma Demokrat, Airlangga Ungkap Banyak Kader Golkar Siap Tempati Posisi Menteri

Nasional
Menko Polhukam Pastikan Pengamanan Rangkaian Perayaan Paskah di Indonesia

Menko Polhukam Pastikan Pengamanan Rangkaian Perayaan Paskah di Indonesia

Nasional
Enam Menteri Jokowi, Ketua DPR, Ketua MPR, dan Kapolri Belum Lapor LHKPN

Enam Menteri Jokowi, Ketua DPR, Ketua MPR, dan Kapolri Belum Lapor LHKPN

Nasional
Soal Pengembalian Uang Rp 40 Juta ke KPK, Nasdem: Nanti Kami Cek

Soal Pengembalian Uang Rp 40 Juta ke KPK, Nasdem: Nanti Kami Cek

Nasional
Kubu Anies-Muhaimin Minta 4 Menteri Dihadirkan Dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK

Kubu Anies-Muhaimin Minta 4 Menteri Dihadirkan Dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com