Namun, istilah tersebut justru menjadi bumerang bagi Prabowo. Sebagian masyarakat melihatnya sebagai bentuk penghinaan.
"Ini intensinya attacking ketimpangan sosial tapi bisa backfire ketika orang lebih membincangkan istilah tampang Boyolali sebagai peyoratif, sehingga makna menjadi polisemik (memiliki makna berbeda) bukan homogen," kata Gun Gun.
Meski demikian, Gun Gun mengkritik gaya komunikasi politik yang digunakan Jokowi dan Prabowo yang masuk kategori verbal agresif.
Kategori verbal agresif, kata Gun Gun, biasanya merupakan narasi untuk mendelegitimasi lawan politik tanpa disertai dengan data maupun fakta.
Cara berkomunikasi seperti ini pernah digunakan Presiden Donald Trump untuk memenangkan Pemilu Amerika Serikat.
"Kalau verbal agresif tak peduli dengan data, yang penting mempermalukan. Politik genderuwo itu verbal agresif, termasuk Indonesia akan bubar 2030," kata Gun Gun.