JAKARTA, KOMPAS.com - Deputi Pemberantasan Badan Narkotika Nasional (BNN) Irjen Arman Depari menuturkan pihaknya telah membuat sampel air rebusan pembalut untuk diteliti. Air rebusan tersebut dikatakan dapat menyebabkan mabuk atau fly seperti memakai narkoba.
Arman menegaskan, air rebusan yang merebak di kalangan remaja Jawa Tengah itu tidak mengandung zat adiktif.
"Setelah kita lakukan pemeriksaan di laboratorium BNN RI terhadap beberapa jenis dan beberapa merek dari pembalut wanita, hasil pemeriksaannya tidak ditemukan zat terlarang terutama yang mengandung narkotika, psikotropika maupun zat psikoaktif lainnya, baik secara tunggal maupun senyawa," terangnya di Kantor BNN, Jakarta Timur, Rabu (14/11/2018).
Baca juga: Ironi Pembalut Wanita di Kudus, Direbus untuk Mabuk hingga Pelaku Masih Remaja
Ia tak menampik bahwa pembalut tersebut mengandung bahan-bahan kimia yang berbahaya bagi manusia, seperti antiseptik.
Meski berbahaya, Arman menuturkan hal itu tidak menimbulkan efek kecanduan kepada mereka yang meminum air tersebut. Ia mengumpamakannya seperti meminum air comberan.
"Sama dengan kita kalau meminum air comberan, tentu itu akan mempengaruhi kesehatan, tetapi yang jelas itu tidak menimbulkan adiktif dan juga tidak menjadi bahan pemacu atau menimbulkan akibat yang sama dengan psikotropika atau narkotika," ucapnya.
Oleh sebab itu, Arman menuturkan para pelaku tidak bisa dijerat dengan menggunakan pasal dalam Undang-Undang Narkotika. BNN akan mengerahkan psikolog untuk melakukan konsultasi terhadap mereka yang tertangkap melakukan tindakan tersebut.
Baca juga: Air Rebusan Pembalut, Apanya yang Bikin Mabuk?
Sebelumnya, sejumlah remaja di Jawa Tengah dilaporkan mengkonsumsi air rebusan pembalut.
Kepala Bidang Pemberantasan Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Jawa Tengah, AKBP Suprinarto mengatakan, minum air pembalut menjadi salah satu alternatif remaja untuk mendapat efek seperti konsumsi narkotika. Konsumsi air rebusan dinilai lebih murah ketimbang membeli narkotika yang dinilai mahal.
"Jadi, pembalut bekas pakai itu direndam. Air rebusannya diminum," kata Suprinarto.
BNN, kata dia, telah menemukan kejadian itu di berbagai daerah di Grobogan, Kudus, Pati, Rembang dan Kota Semarang bagian Timur. Mayoritas pengguna adalah anak remaja usia 13-16 tahun.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.