KOMPAS.com - Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia mengimbau warganya untuk waspada terhadap penyakit Japanese Encephalitis (JE) saat akan berkunjung ke wilayah Indonesia, khususnya Bali.
JE merupakan suatu penyakit radang otak yang dapat ditularkan oleh nyamuk jenis Culex.
Informasi saran perjalanan atau travel advice ini disampaikan pemerintah Australia melalui situs resmi Department of Foreign Affairs and Trade (DFAT).
Menurut Pemerintah Australia, ada peningkatan jumlah kasus penyakit JE, terutama di Bali.
Baca juga: Japanese Encephalitis, Penyakit Radang Otak yang Ditularkan Nyamuk
DFAT mengimbau kepada warganya yang hendak berwisata ke Indonesia, khususnya wilayah Bali. untuk berkonsultasi dengan dokter terkait vaksinasi mereka. Selain itu, warga Australia juga diminta untuk menghindari gigitan nyamuk.
DFAT mengklaim, telah ada wisatawan Australia yang terdeteksi terkena penyakit JE setelah kembali dari wilayah Indonesia, termasuk mengunjungi Bali.
Saran perjalanan ini juga disampaikan DFAT melalui akun resmi Twitternya, @Smartraveller.
We are aware of media reports quoting Indonesian Ministry of Health officials about an increase number of cases of Japanese Encephalitis in #Bali. Stay safe when you travel by checking our travel advice before you go. https://t.co/T5iB8xk5jY @Smartraveller @DubesAustralia
— Smartraveller (@Smartraveller) 8 November 2018
Informasi seputar lonjakan kasus penyakit JE ini mendapatkan tanggapan dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kemenkes membantah hal tersebut karena sepanjang 2018 hanya ditemukan satu kasus JE, dan terjadi tanpa kematian. Di wilayah Bali juga telah dilakukan vaksinasi JE pada April 2018 lalu.
"Kampanye imunisasi JE khusus di Bali karena merupakan daerah endemis JE. Cakupan proyek tersebut mencapai 100 persen ," kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kemenkes Widyawati melalui keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Senin (12/11/2018).
Direktur Surveilan dan Karantina Kesehatan Kemenkes, Vensya Sitohang mengatakan, satu kasus JE itu ditemukan pada Januari 2018.
Menurut Vensya, hingga saat ini belum ditemukan obat untuk mengatasi infeksi JE. Pengobatan yang ada, lanjut dia, untuk mengurangi tingkat kematian akibat JE. Ia pun mengimbau masyarakat untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan.
"(Pembersihan lingkungan) dengan pemberantasan sarang nyamuk dan imunisasi adalah cara pencegahan paling efektif," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.