Ultimatum dilakukan oleh Sekutu, namun tak dihiraukan oleh warga Surabaya. Bung Tomo berada di garda terdepan memberikan semangat dengan pekik "Maju terus pantang mundur!"
Baca juga: 9 November 1945, Ultimatum Sekutu Picu Pertempuran Dahsyat di Surabaya
Pertempuran yang ganas dan kejam berlangsung lebih dari tiga minggu sejak 10 November 1945. Pemuda Indonesia dengan bambu runcing bergerak menyerang tank-tank Sherman milik Sekutu dan mencoba melawan.
Harian Kompas edisi 3 Juni 1995 menulis bahwa bobot Perang Surabaya memang lain. Penduduk Surabaya yang konon memiliki temperamen terbuka, menjadi lebih herois dengan ajakan yang didasarkan atas agama.
Akibatnya luar biasa dan mungkin tidak masuk akal. Orang-orang berbondong-bondong datang ke Surabaya. Ditambah dengan pemberian semangat oleh Bung Tomo lewat radio, banyak pejuang dari luar Surabaya pun datang. Mereka tak hanya dari Jawa tetapi juga dari luar Jawa, termasuk dari Sulawesi Utara.
Dalam buku Revolt in Paradise karya K'tut Tantri, peran Bung Tomo dalam Perang Surabaya dinilai sangat vital. Pada 14 November 1945 misalnya, saat Bung Tomo memberikan siaran di Jalan Mawar, tak lama kemudian dia sudah bergeser ke Malang.
Ketika pertempuran berlangsung, keberadaan Bung Tomo memang berpindah-pindah, sehingga tak diketahui keberadaannya oleh pihak Sekutu. Semangat yang diberikan itu membuat pejuang semakin berani dan mantap dalam berjuang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.