Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jadi Pemicu Perang Surabaya, Siapa yang Tewaskan Jenderal Mallaby?

Kompas.com - 10/11/2018, 06:26 WIB
Aswab Nanda Pratama,
Bayu Galih

Tim Redaksi


KOMPAS.com — Setelah Soekarno dan Hatta memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, Indonesia belum sepenuhnya berdaulat dan bebas dari ancaman negara asing.

Secara de facto, Belanda masih menyimpan ambisi untuk menancapkan lagi kekuasaannya di Indonesia. Apalagi, kemenangan pihak Sekutu dalam Perang Dunia II semakin memantapkan niat Belanda terhadap Indonesia.

Tentara Sekutu yang diboncengi NICA (Netherlands Indies Civil Administration) mulai diberangkatkan menuju ke Indonesia. Mereka diturunkan di tempat-tempat strategis di Pulau Jawa, Sumatera, dan Kalimantan untuk memulai langkahnya.

Selain kembali berkuasa, pihak Sekutu dan Belanda juga mempunyai tujuan lain, yaitu untuk melucuti persenjataan Jepang. Mereka mengambil alih kendali dan menghukum tentara Jepang yang tersisa.

Dilansir dari buku Indonesia dalam Arus Sejarah edisi 6 (2012), pihak Sekutu yang dulu melihat orang Indonesia sebagai "het zachtste volk ter wereld" (bangsa terhalus di dunia), kini menjadi bangsa yang lebih liar, ganas, dan garang.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Insiden Hotel Yamato, Pemicu Aksi 10 November 1945

Jenderal Mallaby tewas

Kedatangan Tentara Sekutu juga sampai ke Surabaya pada Oktober 1945. Mereka mulai melakukan aksi seremonial berjalan ke berbagai sudut kota untuk melihat situasi dan kondisi.

Jenderal Aubertin Walter Sothern Mallaby, seorang perwira Inggris, memimpin sejumlah inspeksi dan persiapan menjelang pelucutan senjata tentara Jepang. Mallaby juga berupaya meredam amarah penduduk Surabaya. Konsolidasi dilakukan agar pelaksanaan cepat selesai.

Namun, semangat penduduk Surabaya adalah mempertahankan kemerdekaan. Mereka tak memedulikan janji pihak Sekutu, namun hanya fokus pada upaya mempertahankan kemerdekaan.

AWS MallabyDok. Kompas AWS Mallaby
Pada 30 Oktober 1945, perwira Kerajaan Inggris itu tewas. Mobil yang ditumpanginya hangus terbakar akibat perlawanan rakyat Surabaya.

Kejadian bermula karena perlawanan rakyat Surabaya yang menginginkan Gedung Internatio terbebas dari militer Inggris.

Akibatnya, muncul percecokan yang membuat Mallaby tewas.

Baca juga: 9 November 1945, Ultimatum Sekutu Picu Pertempuran Dahsyat di Surabaya

Lantas muncul pertanyaan, siapakah yang membunuh Jenderal AWS Mallaby ?

Berbagai sumber mengemukakan berbagai cerita mengenai awal kedatangan Sekutu ke Indonesia hingga pertempuran 10 November selesai. Namun, belum ada catatan mengenai sosok orang yang membunuh perwira muda tersebut.

Buku Indonesia dalam Arus Sejarah edisi 6 (2012) hanya menjelaskan bagaimana Mallaby terbunuh ketika ada aksi tembak-menembak terhadap penduduk Surabaya.

Sumber lain menyebutkan bahwa Jenderal AWS Mallaby terkena granat dari anak buahnya yang berusaha melindungi. Namun, granat itu meleset dan terkena mobilnya, hingga kemudian terbakar.

Sementara itu, secara terpisah, sejarawan Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Rojil Nugroho Bayu Aji menambahkan dan memperjelas peristiwa tersebut.

"Ini tak ada kesimpulan siapa yang menembak atau yang menggranat. Orang Inggris sendiri mengkritisi laporan bahwa orang Surabaya bengis dalam peristiwa itu," ujar Rojil.

Masih menjadi misteri memang siapakah yang membunuh Mallaby. Namun, setelah peristiwa itu pihak Inggris mengultimatum rakyat Surabaya untuk menyerahkan berbagai senjata sebelum pukul 06.00 pagi pada 10 November 1945.

Ultimatum itu tak diperhatikan. Rakyat Surabaya melawan, hingga terjadilah pertempuran dahsyat. Sampai sekarang, pertempuran yang itu dikenal dengan Peristiwa 10 November dan diperingati sebagai Hari Pahlawan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bicara Posisi Politik PDI-P, Komarudin Watubun: Tak Harus dalam Satu Gerbong, Harus Ada Teman yang Mengingatkan

Bicara Posisi Politik PDI-P, Komarudin Watubun: Tak Harus dalam Satu Gerbong, Harus Ada Teman yang Mengingatkan

Nasional
Anggota Komisi II DPR Nilai Perlu Ada Revisi UU Pemilu Terkait Aturan Cuti Kampanye Pejabat Negara

Anggota Komisi II DPR Nilai Perlu Ada Revisi UU Pemilu Terkait Aturan Cuti Kampanye Pejabat Negara

Nasional
Proses di PTUN Masih Berjalan, PDI-P Minta KPU Tunda Penetapan Prabowo-Gibran

Proses di PTUN Masih Berjalan, PDI-P Minta KPU Tunda Penetapan Prabowo-Gibran

Nasional
DKPP Verifikasi Aduan Dugaan Ketua KPU Goda Anggota PPLN

DKPP Verifikasi Aduan Dugaan Ketua KPU Goda Anggota PPLN

Nasional
Kasus Eddy Hiariej Dinilai Mandek, ICW Minta Pimpinan KPK Panggil Jajaran Kedeputian Penindakan

Kasus Eddy Hiariej Dinilai Mandek, ICW Minta Pimpinan KPK Panggil Jajaran Kedeputian Penindakan

Nasional
KPU Undang Jokowi Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran Besok

KPU Undang Jokowi Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran Besok

Nasional
Cak Imin Mengaku Belum Dapat Undangan KPU untuk Penetapan Prabowo-Gibran

Cak Imin Mengaku Belum Dapat Undangan KPU untuk Penetapan Prabowo-Gibran

Nasional
Tentara AS Meninggal Saat Tinjau Tempat Latihan Super Garuda Shield di Hutan Karawang

Tentara AS Meninggal Saat Tinjau Tempat Latihan Super Garuda Shield di Hutan Karawang

Nasional
DKPP Terima 200 Aduan Pelanggaran Etik Penyelenggara Pemilu Selama 4 Bulan Terakhir

DKPP Terima 200 Aduan Pelanggaran Etik Penyelenggara Pemilu Selama 4 Bulan Terakhir

Nasional
Nasdem-PKB Sepakat Tutup Buku Lama, Buka Lembaran Baru

Nasdem-PKB Sepakat Tutup Buku Lama, Buka Lembaran Baru

Nasional
Tentara AS Hilang di Hutan Karawang, Ditemukan Meninggal Dunia

Tentara AS Hilang di Hutan Karawang, Ditemukan Meninggal Dunia

Nasional
Lihat Sikap Megawati, Ketua DPP Prediksi PDI-P Bakal di Luar Pemerintahan Prabowo

Lihat Sikap Megawati, Ketua DPP Prediksi PDI-P Bakal di Luar Pemerintahan Prabowo

Nasional
PDI-P Harap Pilkada 2024 Adil, Tanpa 'Abuse of Power'

PDI-P Harap Pilkada 2024 Adil, Tanpa "Abuse of Power"

Nasional
PKS Belum Tentukan Langkah Politik, Jadi Koalisi atau Oposisi Pemerintahan Prabowo-Gibran

PKS Belum Tentukan Langkah Politik, Jadi Koalisi atau Oposisi Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
KPK Duga Biaya Distribusi APD Saat Covid-19 Terlalu Mahal

KPK Duga Biaya Distribusi APD Saat Covid-19 Terlalu Mahal

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com