Dalam bahasa Badi'uzzaman Said Nursi, jika engkau menginginkan permusuhan, musuhilah rasa permusuhan yang ada di dalam dirimu (hatimu). Itu dulu yang harus kita benahi.
Kita harus senantiasa belajar bahwa dunia punya sejarah hitam soal konflik internal di beberapa negara karena ujaran kebencian, antara lain di Rwanda dan Serbia.
Sejarah Rwanda dulu mencatat bahwa terjadi perburuan suku Tutsi oleh suku Hutu yang dikobarkan melalui radio. Negara itu bertikai antarsuku dan perpecahan terjadi. Begitu juga Serbia.
Contoh konflik dua negara tersebut setidaknya mengubah model konflik di negara-negara di dunia. Jika dahulu satu negara pecah atau melemah karena terlibat konflik dengan negara lain, sekarang yang terjadi adalah satu negara bisa lemah karena keamanan internalnya, antara lain karena ujaran kebencian antarkelompok.
Situasi ini sebenarnya menjadi lampu kuning bagi seluruh negara saat ini karena ujaran kebencian tak hanya melanda negara besar tetapi juga mengancam negara sedang berkembang dan kecil.
Kini pelemahan negara karena konflik internal yang diperparah dengan ujaran kebencian melanda benua Afrika dan Asia dengan contoh nyata yaitu konflik-konflik yang terjadi di Suriah, Irak, Mesir dan beberapa negara lainnya.
Ujaran kebencian yang kini menjadi ancaman serius akan semakin memupuk potensi yang akan melemahkan negara. Pelemahan negara tersebut terutama karena ujaran kebencian yang berbasis pada suku, agama, ras dan antargolongan (SARA).
Perbedaan karena SARA pada negara-negara tersebut padahal awalnya tidak tajam, tetapi kian hari kian tajam karena ujaran-ujaran kebencian tidak bisa dikendalikan lagi.
Jika ujaran kebencian di Rwanda melibatkan media radio, kini ujaran itu sangat mudah disampaikan karena kemudahan ruang aliran informasi (space of flow), yaitu melalui internet. Selanjutnya internet mendistribusikannya melalui berita-berita online dan sosial media.
Oleh karena itu potensi-potensi ujaran kebencian harus diredam agar tidak berujung rusaknnya kerukunan dan ketentraman yang sudah lama kita jaga bersama. Karena, pemilihan umum adalah arena demokrasi, bukan arena saling benci, maki, apalagi saling bunuh karakter antarsesama anak bangsa.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.