Sementara itu, calon wakil presiden nomor urut 2 Sandiaga Uno mengatakan, beberapa bulan terakhir ia sering mendapatkan pertanyaan tentang program ekonomi keumatan di pesantren.
Penunjukan Gus Irfan salah satunya untuk membantu menyampaikan serta mewujudkan program ekonomi keumatan di kalangan pesantren Nahdliyin atau warga NU.
"Gus Irfan akan membantu kinerja kami ke depan untuk mewujudkan program Indonesia adil makmur secara spesifik di lingkungan pesantren Nahdliyin dan kita juga ingin beliau mengisi tambahan topik yang bisa kita cover untuk memperkuat platform dari Prabowo-Sandi," ujar Sandiaga.
Munculnya orang kuat NU yang memperkuat Prabowo-Sandiaga mengundang tim Jokowi-Ma'ruf ikut angkat suara.
Menurut mereka, ada perbedaan mendasar dalam memosisikan tokoh NU di kubu Jokowi-Ma'ruf.
Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf Arsul Sani mengatakan, pihaknya tak sekadar menjadikan tokoh NU sebagai juru bicara, melainkan cawapres.
"Di kami ini orang NU-nya pimpinan tertinggi Rais Aam NU. Pemimpin tertinggi NU kami jadikan cawapres, bukan sekadar anggota juru bicara," ujar Arsul.
Baca juga: Cucu Pendiri NU Resmi Jadi Juru Bicara Pasangan Prabowo-Sandiaga
Arsul yakin tak banyak dukungan warga NU yang berhasil diraih Prabowo-Sandiaga.
"Yang tampil itu orang tertinggi NU, Rais Aam NU. Dari sisi psikologis politik warga NU, Pilpres 2019 itu pertaruhan gengsi politiknya orang NU," kata Arsul.
Arsul mengklaim, jika bicara soal darah biru NU, Jokowi-Ma'ruf punya Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa Muhaimin Iskandar dan Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan Romahurmuziy.
Arsul mengatakan, keduanya adalah cicit dari pendiri NU juga, yaitu KH Wahab Hasbullah.
Kemudian, ada Yenny Wahid dan Irfan Wahid yang juga cucu KH Hasyim Asy'ari.
"Kami tidak khawatir bahwa akan banyak warga NU yang tertarik memilih Prabowo-Sandiaga. Mungkin ada, tetapi tidak signifikan. Itu yang kami yakini," ujar Arsul.