JAKARTA, KOMPAS.com - Koordinator juru bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Dahnil Anzar Simanjuntak optimistis elektabilitas pasangan capres-cawapres nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno dapat menyaingi pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin.
Menurut Dahnil, jika merujuk pada hasil survei Litbang Kompas dan hasil lembaga-lembaga survei lainnya, elektabilitas Prabowo-Sandiaga mengalami kenaikan yang signifikan.
"Kami sangat optimis, bila dilihat dari survei Kompas tersebut, dibandingkan dengan survei-survei sebelumnya kan mengalami terus kenaikan yang signifikan," ujar Dahnil saat dihubungi, Jumat (26/10/2018).
Berdasarkan hasil survei terbaru Litbang Kompas yang digelar pada 24 September-5 Oktober 2018, elektabilitas pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin mencapai 52,6 persen dalam Pilpres 2019.
Sementara pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno mendapat 32,7 persen. Artinya, elektablitas kedua pasangan itu terpaut 20 persen.
Dahnil mengatakan, pasangan Prabowo-Sandiaga memiliki modal besar dalam menghadapi kontestasi di Pilpres 2019 mendatang, yakni para pendukung yang dinilai militan.
Para pendukung di berbagai daerah, kata Dahnil, terus menghimpun diri. Mereka memiliki keinginan dan keresahan yang sama atas perubahan kepemimpinan nasional.
"Bagi kami, relawan-relawan itu adalah kekuatan perubahan yang dimiliki oleh Pak Prabowo dan Sandi. Kami yakin akan semakin massif dan akhirnya bisa menghadirkan kemenangan bagi Prabowo Sandi," kata Dahnil.
Hasil survei Litbang Kompas juga menunjukkan adanya kemungkinan para pendukung kedua pasangan yang berpotensi menggeser arah dukungan.
Baca juga: Elektabilitas Prabowo-Sandiaga Turun Pasca Kasus Ratna Sarumpaet, Apa Kata Ketum PAN?
Sebanyak 30,7 persen pemilih Jokowi-Ma’ruf yang masih berpeluang mengubah dukungannya hingga pemilu nanti. Kemungkinan serupa pada pasangan Prabowo-Sandiaga sebesar 34,2 persen.
Dengan adanya pemilih ragu pada kedua belah pihak dan mereka yang hingga kini belum menentukan pilihan, total massa mengambang dapat mencapai 46,8 persen.
Ini yang membuat hasil akhir pertarungan ini masih sulit dipastikan.
Indikasi lain juga menunjukkan, masih cukup ruang bagi kedua kubu untuk memikat mereka yang kini berada di zona ambigu.
Terdapat 31,7 persen responden yang tidak memosisikan diri untuk menegasikan atau menolak salah satu pasangan calon.
Kelompok ini bisa menjadi peluang bagi kedua belah pihak untuk menarik simpati.