Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kerugian Prabowo-Sandiaga akibat Kasus Hoaks Ratna Sarumpaet

Kompas.com - 24/10/2018, 08:43 WIB
Yoga Sukmana,
Dian Maharani

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com — Kasus berita bohong atau hoaks penganiayaan aktivis Ratna Sarumpaet dinilai berdampak negatif kepada pasangan capres-cawapres nomor urut 2 Prabowo-Sandiaga Uno.

Seperti diketahui, saat kasus itu mencuat, Ratna Sarumpaet adalah salah satu juru bicara kampanye Prabowo-Sandiaga Uno. Ratna pula yang mengaku dianiaya ke kubu Prabowo-Sandiaga.

Atas informasi Ratna, Prabowo dan sejumlah elite politisi bahkan menggelar konferensi pers khusus terkait penganiayaan Ratna Sarumpaet.

Namun, sehari setelah itu, Ratna musti mengaku ke publik bahwa penganiayaan dirinya hanya kebohongan. Lebam di mukanya bukan karena dianiaya, tetapi lantaran operasi plastik.

Publik pun menyorot tajam kubu Prabowo-Sandiaga yang dinilai ikut menyebarkan hoaks.

Baca juga: Survei LSI: Mayoritas Publik Jengkel terhadap Hoaks Ratna Sarumpaet

Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA merilis hasil survei persepsi publik terhadap kasus hoaks Ratna Sarumpaet pada Selasa (23/10/2018).

Dari survei yang dilakukan pada 10-19 Oktober 2018, sebanyak 57,2 persen responden menyatakan bahwa mereka mengetahui atau mendengar kasus hoaks penganiayaan Ratna Sarumpaet.

"Dari mereka yang mengetahui, 89,5 persen responden tidak suka hoaks Ratna Sarumpaet," ujar Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Ikrama Masloman, di Jakarta.

Survei LSI Denny JA dilakukan pada 10-19 Oktober 2018 dengan jumlah 1.200 responden di seluruh Indonesia.

Metode yang digunakan yakni multistage random sampling dan pengambilan data dilakukan dengan wawancara tetap muka menggunakan kuesioner.

Adapun margin of error plus minus 2,8 persen. Survei juga dilengkapi dengan FGD, analisis media dan indepth interview.

Baca juga: Survei LSI: Pasca Kasus Hoaks Ratna Elektabilitas Prabowo-Sandiaga Turun 1 Persen

Gerus Elektabilitas

Survei LSI Denny JA juga menunjukkan bahwa kasus hoaks Ratna Sarumpaet berdampak negatif kepada pasangan calon nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

Saat ditanya apakah kasus hoaks Ratna Sarumpaet membuat responden mendukung, sama saja atau lebih tidak mendukung capres, jawabkan yang diberikan beragam.

Sebanyak 25 persen menyatakan lebih mendukung Jokowi, 48,8 persen sama saja, 6,6 persen lebih tidak mendukung, dan 19,6 persen tidak menjawab.

Sementara untuk Prabowo, 11,6 persen responden menyatakan lebih mendukung, 49,8 persen sama saja, 17,9 persen lebih tidak mendukung dan 20,7 persen tidak menjawab.

"Jadi ada 17,9 persen publik yang menjadi lebih tidak mendukung Prabowo," kata Ikrama.

Dari sisi elektabilitas pada September 2018, sebelum ada kasus hoaks Ratna Sarumpaet, Jokowi-Ma'ruf Amin 53,2 persen, Prabowo-Sandiaga Uno 29,2 persen dan 17,6 persen belum memutuskan.

Sementara pascakasus hoaks Ratna Sarumpaet, elektabilitas Jokowi-Ma'ruf Amin naik jadi 57,7 persen pada Oktober 2018. Adapun Prabowo-Sandiaga Uno turun menjadi 28,6 persen.

Sementara itu, persentase yang belum memutuskan menyusut tinggal 13,7 persen.

Dari data itu, LSI Denny JA menarik kesimpulan bahwa aksi hoaks Ratna Sarumpaet membuat pemilih yang masih mengambang lebih terdorong memilih Jokowi.

Baca juga: Survei LSI: Pasca-hoaks Ratna, Dukungan Pemilih Berpendidikan Tinggi ke Prabowo Turun

Ditinggal Kaum Terpelajar

Bila ditelaah lebih dalam lagi, survei LSI Denny JA juga mengungkapan adanya penurunan dukungan pemilih kalangan terpelajar terhadap pasangan calon Prabowo Subianto-Sandiaga Uno pascakasus hoaks penganiayaan Ratna Sarumpaet.

Sebanyak 6,6 persen responden survei ini berpendidikan di atas SMA. Sisanya, atau 93,4 persen berpendidikan akhir SD, SMP, dan SMA.

Dari total jumlah responden yang berpendidikan tinggi, hanya 37,4 persen yang memilih Prabowo-Sandiaga Uno pada Oktober 2018.

Padahal, pada survei September 2018, sebanyak 46,8 persen responden berpendidikan tinggi memilih Prabowo-Sandiaga Uno.

Di sisi lain, dukungan kalangan berpendidikan tinggi kepada Jokowi-Ma'ruf Amin justru naik. Pada September 2018, angkanya 40,5 persen, sedangkan pada Oktober 2018 menjadi 44 persen.

Selain kalangan terpelajar, elektabilitas Prabowo-Sandiaga Uno juga turun di segmen responden penghasilan menengah ke atas. September 2018 angkanya 43,8 persen, namun menjadi 34,5 persen saja pada Oktober 2018.

Menurut kesimpulan LSI Denny JA, kedua kalangan responden itu merupakan kalangan yang lebih banyak mengakses informasi sehingga tahu persis kasus hoaks Ratna Sarumpaet.

Cawapres Sandiaga Uno saat kampanye akbar di Surabaya, Senin (22/10/2018)KOMPAS.com/ACHMAD FAIZAL Cawapres Sandiaga Uno saat kampanye akbar di Surabaya, Senin (22/10/2018)

Sandiaga Tak Sepakat

Calon wakil presiden nomor urut 02 Sandiaga Uno tak sepakat dengan hasil survei LSI Denny JA. Ia mengatakan, hasil survei internal menunjukkan hasil sebaliknya.

Elektabilitas Prabowo-Sandiaga justru dinilai semakin mengejar pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin. Masyarakat pun disebut semakin simpatik terhadap Prabowo-Sandiaga pasca-terungkapnya hoaks Ratma Sarumpaet.

Sebab, menurut dia, masyarakat melihat dirinya dan Prabowo sebagai pihak yang terkecoh oleh kabar hoaks tersebut.


Selain itu, sebelum kabar hoaks terungkap, masyarakat bersimpati dengan sikap Prabowo yang menunjukkan kepedulian terhadap perempuan.

Sementara itu, juru kampanye nasional Badan Pemenangan Nasional (BPN) pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Sudirman Said, enggan menanggapi serius hasil survei LSI Denny JA.

Sudirman justru mengungkapan pengalamannya saat disurvei oleh LSI Denny JA.

"Saya cuma kasih catatan pada LSI, saya pernah disurvei, bulan November (elektabilitas) saya 10,6 persen, bulan Mei 10,6 juga. Jadi kadang-kadang kalau saya baca surveinya LSI cuma ketawa saja," ujar Sudirman saat ditemui di media center Prabowo-Sandiaga.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

Nasional
Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Nasional
Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Nasional
Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Nasional
Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited  Capai Rp 17,43 Miliar

Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited Capai Rp 17,43 Miliar

Nasional
KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

Nasional
Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

Nasional
Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

Nasional
Pemerintahan Baru Indonesia dan Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

Pemerintahan Baru Indonesia dan Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

Nasional
Prabowo Terima Kunjungan Eks PM Inggris Tony Blair di Kemenhan, Ini yang Dibahas

Prabowo Terima Kunjungan Eks PM Inggris Tony Blair di Kemenhan, Ini yang Dibahas

Nasional
KPK Sebut Surat Sakit Gus Muhdlor Ganjil: Agak Lain Suratnya, Sembuhnya Kapan Kita Enggak Tahu

KPK Sebut Surat Sakit Gus Muhdlor Ganjil: Agak Lain Suratnya, Sembuhnya Kapan Kita Enggak Tahu

Nasional
Panglima AL Malaysia Datang ke Indonesia, Akan Ikut Memperingati 3 Tahun KRI Nanggala

Panglima AL Malaysia Datang ke Indonesia, Akan Ikut Memperingati 3 Tahun KRI Nanggala

Nasional
Beralasan Sakit, Gus Muhdlor Tak Penuhi Panggilan KPK

Beralasan Sakit, Gus Muhdlor Tak Penuhi Panggilan KPK

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com