DEPOK, KOMPAS.com - Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar atau Cak Imin mengkritik pernyataan calon presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto, yang menyebut Indonesia menjalankan ekonomi kebodohan.
Cak Imin menilai, Prabowo tak memahami persoalan ekonomi yang terjadi saat ini secara utuh.
"Ya persepsi itu karena tidak paham persoalan," kata dia, di sela-sela pertemuannya dengan kader dan simpatisan PKB, di Graha Insan Cita, Depok, Jawa Barat, Minggu (14/10/2018).
Muhaimin mengakui bahwa realitas perekonomian secara global cenderung sulit.
Baca juga: Argumentasi Tim Prabowo soal Indonesia Jalankan Ekonomi Kebodohan
Meski demikian, ia menilai strategi pemerintahan Presiden Joko Widodo menjaga stabilitas ekonomi harus disesuaikan dengan dinamika global.
"Konsep Nawacita harus berhadapan dengan realitas ekonomi global yang sulit, harus beradaptasi dengan dinamika dolar. Yang terpengaruh global, tidak hanya Indonesia," ujar dia.
Muhaimin menganggap, langkah pemerintah menyikapi tantangan ekonomi global cukup baik.
Ia menilai, di tengah perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok, hingga tantangan nilai tukar terhadap dolar, perekonomian nasional dinilainya masih baik.
"Kondisi ekonomi global lagi sakit. Itu tentu berpengaruh. Tapi, alhamdulillah kondisi yang susah ini Indonesia masih punya fundamental ekonomi yang bagus, pertumbuhan terjaga, inflasi tidak mengkhawatirkan," kata dia.
Muhaimin juga menilai, cadangan devisa negara masih cukup kuat. Selain itu, iklim usaha dan investasi dinilainya masih kondusif.
Terkait ekonomi dikuasai asing, Muhaimin menilai pernyataan itu harus dibuktikan lebih jauh.
Baca juga: Kritik Prabowo, dari Pengkhinatan Elite hingga Ekonomi Kebodohan
Sebelumnya, Prabowo menilai, sistem ekonomi di Indonesia saat ini tidak berjalan dengan benar.
Ia menilai, sistem ekonomi yang berjalan sudah lebih parah dari paham neoliberalisme yang dianut oleh Amerika Serikat.
Sebab, kata dia, angka kesenjangan sosial masyarakat Indonesia semakin tinggi. Bahkan, ia menyebut, Indonesia tengah mempraktikkan sistem ekonomi kebodohan.
"Ini lebih parah dari neolib. Harus ada istilah, ini menurut saya ekonomi kebodohan. The economics of stupidity. Ini yang terjadi," ujar Prabowo, saat berpidato pada Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) di Pondok Pesantren Minhajurrosyidin Pondok Gede, Jakarta Timur, Kamis (11/10/2018).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.