Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Prabowo: Maaf, Elite Kita Gagal Mengelola Negara

Kompas.com - 05/10/2018, 10:42 WIB
Kristian Erdianto,
Sandro Gatra

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com — Calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto mengungkapkan alasannya tetap berkecimpung dalam dunia politik dan akhirnya memutuskan maju kembali pada pemilu presiden untuk keempat kalinya.

Selama 20 tahun aktif di politik, Prabowo menilai, saat ini bangsa Indonesia tengah menuju ke arah yang salah, khususnya terkait penerapan kebijakan di sektor ekonomi.

"Saya merasa terpanggil karena saya lihat negara saya, bangsa saya, berada di arah yang salah dan saya ingin kembalikan ke arah yang benar," ujar Prabowo saat menjadi narasumber acara ROSI yang ditayangkan Kompas TV, Kamis (4/10/2018) malam.

Menurut Prabowo, para elite pemimpin Indonesia saat ini telah gagal dalam mengelola negara.

Baca juga: Prabowo: Mungkin Ini yang Terakhir untuk Indonesia...

Hal itu ditunjukkan dengan banyaknya kekayaan nasional yang justru dinikmati oleh pihak asing.

Sementara, kata dia, rakyat Indonesia justru tidak dapat menikmati kekayaan yang dimiliki oleh bangsanya sendiri.

Ia memandang bahwa Indonesia menjadi satu-satunya negara yang membiarkan kekayaannya mengalir ke luar negeri.

Baca juga: Prabowo: China Penting bagi Indonesia, Hubungan Harus Ditingkatkan

"Maaf dengan segala hormat, elite kita telah gagal mengelola negara. Oleh karena itu, saya harus turun ke rakyat, menyadarkan rakyat kita, menggugah kesadaran bahwa sistem ekonomi kita keliru," tuturnya.

"Ini kesalahan kita semua. Kesalahan elite Indonesia, ya kelompok pemimpin, termasuk saya. Bedanya saya elite yang tercerahkan, saya elite yang paham apa yang terjadi. So this is why, saya masih maju di politik," kata Prabowo.

Kesalahan dalam menerapkan kebijakan di sektor ekonomi itu, lanjut Prabowo, membuat tingkat kesejahteraan masyarakat menjadi tidak merata.

Hanya sedikit kelompok masyarakat yang dapat menikmati manfaat dari pembangunan.

Baca juga: Kubu Jokowi-Maruf Sindir Prabowo yang Sebut China Penting bagi Indonesia

Ia mengatakan, saat ini sebagian besar masyarakat mengeluhkan harga-harga kebutuhan pokok yang tidak terjangkau.

Generasi muda semakin sulit mendapat pekerjaan. Upah para pekerja ia nilai tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

"Banyak rakyat kita yang tidak menikmati pembangunan. Yang kaya tambah kaya, segelintir saja, yang miskin tidak kebagian," kata mantan Danjen Kopassus itu.

"Saya merasa harus masuk ke dalam kekuasaan eksekutif kalau mau memperbaiki keadaan. Karena kalau di luar kekuasaan eksekutif itu sulit. Meski ada tuduhan saya haus kekuasaan dan ada tuduhan mau kudeta," ucapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jokowi Gelar Bukber di Istana, Wapres Singgung soal Kendalikan Nafsu Saat Berikan Tausiyah

Jokowi Gelar Bukber di Istana, Wapres Singgung soal Kendalikan Nafsu Saat Berikan Tausiyah

Nasional
Misi Kemanusiaan di Palestina, Fadli Zon Harap Kerja Sama Lembaga Zakat Indonesia-UNRWA Segera Dibentuk

Misi Kemanusiaan di Palestina, Fadli Zon Harap Kerja Sama Lembaga Zakat Indonesia-UNRWA Segera Dibentuk

Nasional
Soal Pemilu Ulang Bisa Timbulkan Krisis, Kubu Ganjar-Mahfud: Alasan Mengada-ada

Soal Pemilu Ulang Bisa Timbulkan Krisis, Kubu Ganjar-Mahfud: Alasan Mengada-ada

Nasional
DPR Setujui Perpanjangan Waktu Pembahasan RUU KIA, Puan Ungkap Alasannya

DPR Setujui Perpanjangan Waktu Pembahasan RUU KIA, Puan Ungkap Alasannya

Nasional
Arus Mudik Lebaran 2024 Diperkirakan Melonjak, Komisi V DPR Minta Kemenhub Serius Siapkan Kelaikan Angkutan Umum

Arus Mudik Lebaran 2024 Diperkirakan Melonjak, Komisi V DPR Minta Kemenhub Serius Siapkan Kelaikan Angkutan Umum

Nasional
Yakin MK Tolak Gugatan Anies dan Ganjar, TKN: Gugatannya Tidak Masuk Akal

Yakin MK Tolak Gugatan Anies dan Ganjar, TKN: Gugatannya Tidak Masuk Akal

Nasional
Kemenko Polhukam Identifikasi 1.900 Mahasiswa Jadi Korban TPPO Bermodus 'Ferienjob' di Jerman

Kemenko Polhukam Identifikasi 1.900 Mahasiswa Jadi Korban TPPO Bermodus "Ferienjob" di Jerman

Nasional
Lewat Telepon, Putra Mahkota Abu Dhabi Ucapkan Selamat ke Gibran

Lewat Telepon, Putra Mahkota Abu Dhabi Ucapkan Selamat ke Gibran

Nasional
Cerita soal Saham Freeport, Jokowi: Seperti Tak Ada yang Dukung, Malah Sebagian Mem-'bully'

Cerita soal Saham Freeport, Jokowi: Seperti Tak Ada yang Dukung, Malah Sebagian Mem-"bully"

Nasional
Akui Negosiasi Alot, Jokowi Yakin Indonesia Bisa Dapatkan 61 Persen Saham Freeport

Akui Negosiasi Alot, Jokowi Yakin Indonesia Bisa Dapatkan 61 Persen Saham Freeport

Nasional
Kubu Ganjar-Mahfud Tolak Gugatan ke MK Disebut Salah Alamat oleh KPU

Kubu Ganjar-Mahfud Tolak Gugatan ke MK Disebut Salah Alamat oleh KPU

Nasional
Jokowi Gelar Buka Puasa di Istana, 2 Menteri PDI-P Tak Tampak

Jokowi Gelar Buka Puasa di Istana, 2 Menteri PDI-P Tak Tampak

Nasional
Polisi Tangkap 5 Tersangka Pengoplos BBM Pertalite Jadi Pertamax

Polisi Tangkap 5 Tersangka Pengoplos BBM Pertalite Jadi Pertamax

Nasional
Jokowi Buka Puasa Bersama Para Menteri, Duduk Semeja dengan Prabowo-Airlangga

Jokowi Buka Puasa Bersama Para Menteri, Duduk Semeja dengan Prabowo-Airlangga

Nasional
Skandal Pungli di Rutan, Dewas KPK Minta Seleksi Pegawai Diperketat

Skandal Pungli di Rutan, Dewas KPK Minta Seleksi Pegawai Diperketat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com