JAKARTA, KOMPAS.com - Sebanyak empat kecamatan di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah (Sulteng), masih terisolir akibat gempa dan tsunami yang terjadi pada 28 September 2018.
Empat kecamatan tersebut yaitu, Kecamatan Lindu, Kolawi, Kolawi Selatan, dan Titikor.
Menurut Kepala Pusat Data, Informasi dan Hubungan Masyarakat BNPB Sutopo Purwo Nugroho, terisolirnya empat kecamatan itu karena sulitnya akses menuju lokasi, lantaran timbunan longsor.
Meski demikian, bantuan logistik dan tim SAR tetap dikerahkan untuk upaya pencarian dan pertolongan korban.
"Terioslir karena jalan yang menuju ke sana tertutup longsor. Makanya kami kirim tim SAR gabungan untuk mencari korban, tapi juga smbil membawa logistik, dropping," kata Sutopo di Kantor BNPB, Utan Kayu, Jakarta Timur, Kamis (4/10/2018).
Baca juga: Solidaritas Pemuda dari Mamuju untuk Palu, Sigi, dan Donggala
Menurut Sutopo, distribusi logistik dan penerjunan tim SAR dilakukan menggunakan helikopter.
"Distribusi logitsik menggunakan helikopter, baik milik Basarnas, TNI, BNPB, termasuk dropping tim Basarnas di empat kecamatan tersebut," ujar Sutopo.
Sementara itu, hingga H+6 gempa dan tsunami, tercatat 70.821 orang mengungsi di 141 titik di sekitar Palu, Donggala, Sigi, dan Parigi Moutong.
Dilaporkan, penanganan pengungsi di titik-titik pengungsian berangsur membaik, meskipun belum seluruh korban mendapatkan bantuan logistik secara maksimal.
Sutopo mengatakan, bertambahnya jumlah personel dan alat berat dalam proses evakuasi, pencarian, dan penyelamatan korban, kian mempercepat proses penanganan.
Gempa bermagnitudo 7,4 dan tsunami melanda Sulawesi Tengah, Jumat (28/9/2018).
Akibat bencana tersebut, BNPB mencatat 1.424 orang meninggal dunia.
Selain itu, terdapat 2.549 korban luka berat sampai saat ini masih dirawat di rumah sakit, baik di Palu maupun di luar Palu. Adapun korban hilang mencapai 113 orang.
Hingga saat ini, proses evakuasi dan pencarian masih terus dilakukan.
.
.