JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Presiden Jusuf Kalla mengaku sudah menduga bahwa penganiayaan aktivis Ratna Sarumpaet merupakan suatu kebohongan. Dia sudah mengira itu lantaran tak ada laporan polisi.
"Sejak awal saya sudah duga," ujarnya di Istana Wakil Presiden, Jakarta, Kamis (4/10/2018).
"Karena tidak mungkin seorang Ratna Sarumpaet dianiaya tanpa berteriak," sambung Kalla.
Baca juga: Bawaslu Kaji Laporan dan Aduan soal Hoaks Ratna Sarumpaet
Menurut Kalla, dalam keadaaan terdesak seseorang pasti akan berteriak minta tolong. Jadi kata dia, kalau itu benar terjadi maka tak mungkin tak ada orang yang mendengar teriakan Ratna.
Pihak kepolisan dalam konferensi pers mengatakan bahwa tidak ada saksi yang mendengar atau melihat terjadi penganiayaan di Bandara Bandung seperti kabar yang berkembang.
"Keadaan aman saja berteriak, apalagi kalau keadaan susah. Tidak mungkin tidak didengar orang," kata Kalla.
Seperti diketahui, sebelumnya beredar foto Ranta Sarumapaet dengan kondisi wajah yang bengkak. Disebutkan, Ratna mengalami penganiayaan di Bandung pada 21 September 2018.
Informasi itu terus bergulir hingga sejumlah politisi mengunjungi Ratna dan menyatakan bahwa lebam di muka Ratna akibat dianiaya. Bahkan capres Prabowo Subianto sampai membuat konferensi pers setelah melihat kondisi Ratna.
Baca juga: RS Bina Estetika Tolak Berikan Data Medis Ratna Sarumpaet ke Polisi
Ia mengecam orang-orang yang disebut telah menganiaya Ratna dan menyebutnya sebagai tindakan pengecut. Prabowo menilai kasus Ratna merupakan ancaman bagi demokrasi.
Namun pada Rabu (3/10/2018), Ratna justru meminta maaf kepada Prabowo hingga Amien Rais. Ia mengaku telah berbohong terkait kondisi di wajahnya.
Ia mengatakan, lebam tersebut terjadi bukan karena dianiaya namun bangkak setelah menjalani operasi plastik. Pengajkuan Ratna itu membuat sejumlah politisi akhinya meminta maaf ke publik, termasuk Prabowo.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.