Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Projo Laporkan Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandiaga ke Bawaslu

Kompas.com - 04/10/2018, 18:47 WIB
Fabian Januarius Kuwado,
Sandro Gatra

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kelompok relawan DPP Projo, Kamis (4/10/2018) sore, melaporkan Badan Pemenangan Nasional Prabowo Subianto-Sandiaga Uno ke Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu).

Projo menilai, sejumlah tokoh pada Badan Pemenangan Nasional capres-cawapres nomor urut 2 itu menyebarkan informasi bohong sehingga merugikan pasangan capres-cawapres nomor urut 1 Joko Widodo-Ma'ruf Amin.

Informasi bohong tersebut terkait pengeroyokan Ratna Sarumpaet.

"Kamis tadi pukul 16.00 WIB, Projo telah melaporkan dugaan pelanggaran Pemilu yang dilakukan Badan Pemenangan Nasional Prabowo Subianto-Sandiaga Uno di Bawaslu," ujar Ketua Bidang Hukum DPP Projo Silas Dutu melalui siaran pers, Kamis malam.

Baca juga: Prabowo Subianto: Saya Minta Maaf

Pihaknya sekaligus menyerahkan beberapa dokumen yang bisa dijadikan barang bukti dugaan pelanggaran itu.

Antara lain hasil cetak ulang sejumlah media online dan empat file video format mp4.

Silas menambahkan, barang bukti itu berisi pernyataan Prabowo Subianto, Fadli Zon, Fahri Hamzah dan Hanum Rais yang mengandung kebohongan.

"Capres nomor urut 2 dan politikus-politikus yang tergabung pada Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandiaga telah menyebarkan dan menyampaikan berita bohong tentang penganiayaan Ratna Sarumpaet secara sistematis, terstruktur dan masif," lanjut Silas.

"Pernyataan- pernyataan itu sudah mendiskreditkan pemerintah Jokowi dan berusaha mengarahkan serta membentuk opini berdasarkan berita bohong untuk meyakinkan publik bahwa pemerintahan Jokowi represif, pelanggar HAM, tidak peduli perempuan, orang miskin, mengabaikan keadilan dan pemerintah yang merusak demokrasi," lanjut dia.

Baca juga: Prabowo Mengaku Grasah-grusuh Sikapi Pengakuan Ratna Sarumpaet

Polemik Ratna ini berawal dari beredarnya foto wajah Ratna Sarumpaet dalam kondisi lebam-lebam di media sosial.

Setelah itu, sejumlah pihak mengatakan bahwa kondisi Ratna itu disebabkan karena ia mengalami penganiayaan di bilangan Bandung, Jawa Barat pada 21 Oktober 2018.

Prabowo dan sejumlah politisi lain berkomentar.

"Kami sangat kaget, prihatin, sangat kecewa bahwa telah terjadi suatu aksi kekerasan, penganiayaan, suatu pukulan yang kejam terhadap salah satu pimpinan daripada badan pemenangan kampanye kami, yaitu Ibu Ratna Sarumpaet," ujar Prabowo saat memberikan keterangan pers di kediaman pribadinya, Selasa (2/10/2018) malam.

Baca juga: Kronologi Drama Kebohongan Ratna Sarumpaet

Namun belakangan, Ratna mengakui sendiri bahwa hal itu adalah karangan belaka. Ia sekaligus meminta maaf atas kebohongan yang ia lakukan tersebut.

Setelah pengakuan Ratna tersebut, Prabowo dan para politisi di kubunya kemudian meminta maaf. Mereka merasa menjadi korban kebohongan Ratna.

Kepolisian tengah menyelidiki kasus tersebut dengan sangkaan penyebaran informasi bohong.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 27 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 27 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Wakil Ketua KPK Dinilai Punya Motif Buruk Laporkan Anggota Dewas

Wakil Ketua KPK Dinilai Punya Motif Buruk Laporkan Anggota Dewas

Nasional
Jokowi Ungkap Kematian akibat Stroke, Jantung dan Kanker di RI Capai Ratusan Ribu Kasus Per Tahun

Jokowi Ungkap Kematian akibat Stroke, Jantung dan Kanker di RI Capai Ratusan Ribu Kasus Per Tahun

Nasional
Temui Jokowi, Prabowo dan Gibran Tinggalkan Istana Setelah 2 Jam

Temui Jokowi, Prabowo dan Gibran Tinggalkan Istana Setelah 2 Jam

Nasional
AJI Nilai Sejumlah Pasal dalam Draf Revisi UU Penyiaran Ancam Kebebasan Pers

AJI Nilai Sejumlah Pasal dalam Draf Revisi UU Penyiaran Ancam Kebebasan Pers

Nasional
Ketua KPK Sebut Langkah Nurul Ghufron Laporkan Anggota Dewas Sikap Pribadi

Ketua KPK Sebut Langkah Nurul Ghufron Laporkan Anggota Dewas Sikap Pribadi

Nasional
Daftar Hari Besar Nasional dan Internasional Mei 2024

Daftar Hari Besar Nasional dan Internasional Mei 2024

Nasional
AHY Wanti-wanti Pembentukan Koalisi Jangan Hanya Besar Namun Keropos

AHY Wanti-wanti Pembentukan Koalisi Jangan Hanya Besar Namun Keropos

Nasional
Prabowo Presiden Terpilih, AHY: Kami Imbau Semua Terima Hasil, Semangat Rekonsiliasi

Prabowo Presiden Terpilih, AHY: Kami Imbau Semua Terima Hasil, Semangat Rekonsiliasi

Nasional
Prabowo: Jangan Jadi Pemimpin kalau Tak Kuat Diserang, Duduk di Rumah Nonton TV Saja

Prabowo: Jangan Jadi Pemimpin kalau Tak Kuat Diserang, Duduk di Rumah Nonton TV Saja

Nasional
Dewas Akan Sidangkan Dugaan Pelanggaran Etik Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron 2 Mei

Dewas Akan Sidangkan Dugaan Pelanggaran Etik Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron 2 Mei

Nasional
Prabowo-Gibran Tiba di Istana untuk Bertemu Jokowi

Prabowo-Gibran Tiba di Istana untuk Bertemu Jokowi

Nasional
AHY Sebut Lahan 2.086 Hektare di IKN Belum 'Clear', Masih Dihuni Warga

AHY Sebut Lahan 2.086 Hektare di IKN Belum "Clear", Masih Dihuni Warga

Nasional
Tak Persoalkan PKB Ingin Kerja Sama dengan Prabowo, PKS: Kita Enggak Jauh-jauh

Tak Persoalkan PKB Ingin Kerja Sama dengan Prabowo, PKS: Kita Enggak Jauh-jauh

Nasional
Bapanas Prediksi Harga Bawang Merah Normal 30-40 Hari ke Depan

Bapanas Prediksi Harga Bawang Merah Normal 30-40 Hari ke Depan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com