JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menegaskan percepatan rehabilitasi dan rekonstruksi di Lombok pasca gempa terus dilakukan meski terjadi bencana yang lebih besar di Sulawesi Tengah.
"Untuk Lombok jadi sekarang terus dilakukan (rehabilitasi dan rekonstruksi), tidak ada pengurangan perhatian," ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho di Kantor Kementerian Komunikasi dan Informatika, Jakarta, Selasa (2/10/2018) malam.
"Dan tidak ada pengurangan intensitas kita untuk mempercepat rehabilitasi dan rekonstruksi di Lombok," sambung dia.
Saat ini, kata Sutopo, sebagian pejabat BNPB masih berada di Lombok untuk percepatan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca gempa.
Baca juga: Gempa Lombok, Sudah 124.423 Unit Rumah Terverifikasi untuk Dibangun Kembali
Bahkan beberapa hari lalu, ucapnya, sudah dilakukan groundbreaking pembangunan rumah stimulus. Ia tak menyebut jumlahnya, namun mengatakan cukup banyak.
Dalan waktu dekat pula, BNPB akan menerima kucuran dana dari Kementerian Keuangan untuk Lombok. Dana tersebut akan langsung disalurkan kepada masyarakat yang telah teridentifikasi dan telah terverifikasi.
"Total kebutuhan untuk rehabilitasi dan rekonstruksi membutuhkan sekitar Rp 16,6 triliun untuk Lombok. Jadi sekarang terus dilakukan rehabilitasi dan rekonstruksi itu," kata Sutopo.
Baca juga: Melihat Kembali Gempa Lombok 2018 dan Sejarah Kegempaannya
Berdasarkan data BNPB, korban meninggal dunia akibat rangkaian gempa yang mengguncang Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), pada Agustus 2018, bertambah menjadi 564 orang.
BNPB juga menyebutkan ada 1.584 korban luka-luka yang tersebar di beberapa tempat. Daerah dengan korban luka-luka terbanyak berada di Lombok Utara dengan jumlah 829 orang.
Sementara itu, Lombok Barat sebanyak 399 orang dan Lombok Timur sebanyak 122 orang. Kemudian, korban luka-luka di Sumbawa Barat berjumlah 115 orang.