JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi mengatakan, ia belum bisa memastikan kapan program untuk memulihkan psikis atau kejiwaan anak-anak yang menjadi korban bencana gempa bumi dan tsunami di Sulawesi Tengah segera diimplementasikan.
Menurut Seto, yang dibutuhkan saat ini adalah proses penanganan tanggap darurat bencana berupa evakuasi para korban.
“Saya kira masih menunggu sampai betul-betul suasana tenang. Sekarang masih banyak infrastruktur masih kacau. Jadi lebih pada bantuan fisik,” ujar Seto, yang biasa disapa Kak Seto, saat dihubungi Kompas.com, Senin (1/10/2018).
Baca juga: Keluarga Korban Diimbau Tak Berbondong-bondong Pergi ke Palu
“Sentuhan secara fisik dulu. Jadi menyelamatkan yang masih tertimbun, para pengungsi yang di kamp-kamp pengungsian dengan tenda-tenda dilengkapi dengan selimut pakaian-pakaian, makanan-makanan yang bergizi,” lanjut dia.
Seto mengatakan, pada saat yang tepat, LPAI akan mendirikan pondok ceria anak untuk menghibur anak-anak yang terkena dampak bencana gempa bumi dan tsunami di Sulawesi Tengah.
“Setiap tenda-tenda pengungsian ada semacam pondok ceria anak. Jadi membuat anak itu gembira kembali, kembali ke dunianya anak-anak, dunia bermain ceria nan gembira,” kata Kak Seto.
“Kami memberikan aneka permainan hiburan, aktivitas-aktivitas kreatif, seperti menggambar, bernyanyi, dan sebagainya,” ujar dia.
Baca juga: Gempa Palu Sebabkan 2,491 Rumah di 2 Perumahan Ambles
Di pondok ceria anak, anak-anak korban bencana akan dihibur. Selain itu, akan diadakan aktivitas-aktivitas edukasi.
“Semacam cerdas tangkas, jadi anak-anak dibangkitkan kembali semangatnya dan kemudian membawakan surat-surat dari anak-anak Jakarta kita tunjukkan ‘Ini lho dari temen-temen kalian dari Jakarta bahwa mereka peduli bahwa kita enggak sendirian ada temen-temen dari seluruh pelosok tanah air juga’,” Kak Seto.
LPAI juga akan memberikan pelatihan dan pengarahan kepada relawan, para guru, serta para orangtua dalam bersikap dan mendidik anak.
Sejak gempa berkekuatan magnitudo 7,4 mengguncang dan tsunami melanda Kota Palu dan Kabupaten Donggala, Jumat (28/9/2018) pukul 17.02, korban jiwa dan kerusakan terus bertambah.
Hingga Senin pukul 13.00, tercatat 844 orang meninggal dunia, 90 orang hilang, serta 632 luka berat dan dirawat di rumah sakit.
Selain itu, ada 48.025 jiwa mengungsi di 103 titik di Kota Palu.
.
.