Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KPU Merasa Sudah Perlakukan SBY Istimewa, Kenapa Memilih "Walk Out"?

Kompas.com - 25/09/2018, 23:36 WIB
Fitria Chusna Farisa,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com — Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengaku telah memperlakukan secara hormat Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) selama deklarasi kampanye pemilu damai, Minggu (23/9/2018).

Bahkan, KPU memperlakukan Presiden ke-6 RI itu secara istimewa.

Perlakuan istimewa yang dimaksud KPU adalah menempatkan mobil karnaval SBY pada urutan nomor 3, tepat di belakang mobil karnaval pasangan calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut 1 dan nomor urut 2.

Padahal, jika sesuai dengan aturan acara, mobil karnaval SBY seharusnya ditempatkan di urutan ke-14, sesuai dengan nomor urut Partai Demokrat di Pemilu 2019.

Baca juga: SBY “Walk Out” Saat Karnaval Kampanye Damai Pemilu 2019

"Kami menghormati secara istimewa. Kenapa? Kalau kita tidak menghormati beliau sebagai Presiden ke-6, partai beliau kan nomor 14 ya, berarti urutan karnaval dia mestinya beliau juga nomor 14," kata Komisioner KPU Wahyu Setiawan seusai menghadiri acara Peluncuran Indeks Kerawanan Pemilu di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Selasa (25/9/2018).

"Tapi karena beliau ketum parpol sekaligus Presiden ke-6, maka kami hormati, urutan beliau ini urutannya ketiga setelah capres (nomor urut) 01 dan capres (nomor urut) 02," sambungnya.

Oleh karena telah memperlakukan SBY secara istimewa, KPU merasa, tidak ada aturan yang dilanggar pihaknya yang kemudian menjadi penyebab SBY walk out dari deklarasi kampanye damai.

Baca juga: Sekjen PPP Bantah Relawan Jokowi Jadi Penyebab SBY Walk Out

KPU juga menyebut, keputusan SBY walk out bukan disebabkan ketidakseimbangan atribut pendukung kedua paslon, melainkan adanya ungkapan-ungkapan provokatif yang tidak bisa diterima oleh SBY.

"Kalau pernyataan Pak Ferdinand (Kadiv Advokasi dan Bantuan Hukum DPP Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean) seperti itu, maka yang dipersoalkan bukan atribut, tetapi ada ungkapan-ungkapan yang dirasa provokatif oleh Pak SBY," ujar Wahyu.

Namun demikian, Wahyu  tidak mengetahui ungkapan provokatif seperti apa yang dimaksudkan  SBY. Jika ungkapan yang dimaksud adalah, "Jokowi 2 periode", kata Wahyu, hal itu boleh saja dilakukan karena masa kampanye telah dimulai.

"Ya boleh (ungkapan "Jokowi 2 periode") wong boleh kok oleh undang-undang memperbolehkan kok. Makanya soal provokasi tanyalah Pak SBY. Sebab, kami dari KPU juga masih tidak paham ungkapan provokatif itu yang seperti apa," tutur Wahyu.

Meski demikian, KPU memastikan, acara deklarasi kampanye damai secara keseluruhan berjalan tertib dan sesuai rencana.

Protes SBY

Sebelumnya, Partai Demokrat melancarkan protes terhadap Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI saat deklarasi kampanye damai Pemilu 2019 yang berlangsung di kawasan Monas, Jakarta Pusat.

“Tadi teman-teman lihat Pak SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) hadir. Tadi malam saya telepon Ketua KPU (bahwa) Pak SBY akan hadir. Tapi baru kira-kira 5 menit tadi ikut defile, beliau (SBY) turun dan walk out meninggalkan barisan,” kata Sekjen Partai Demokrat Hinca Panjaitan saat ditemui usai acara deklarasi kampanye damai itu.

Menurut Hinca, SBY walk out karena melihat banyak sekali aturan main yang dilanggar, tak sesuai dengan apa yang disepakati dari awal.

Kompas TV Begini kira-kira alasan SBY untuk walk out.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

PKB-Nasdem Merapat, Koalisi Prabowo Diprediksi Makin 'Gemoy'

PKB-Nasdem Merapat, Koalisi Prabowo Diprediksi Makin "Gemoy"

Nasional
Golkar Sedang Jajaki Nama Baru untuk Gantikan Ridwan Kamil di Pilkada DKI Jakarta

Golkar Sedang Jajaki Nama Baru untuk Gantikan Ridwan Kamil di Pilkada DKI Jakarta

Nasional
DPR Segera Panggil KPU untuk Evaluasi Pemilu, Termasuk Bahas Kasus Dugaan Asusila Hasyim Asy'ari

DPR Segera Panggil KPU untuk Evaluasi Pemilu, Termasuk Bahas Kasus Dugaan Asusila Hasyim Asy'ari

Nasional
Sinyal 'CLBK' PKB dengan Gerindra Kian Menguat Usai Nasdem Dukung Prabowo-Gibran

Sinyal "CLBK" PKB dengan Gerindra Kian Menguat Usai Nasdem Dukung Prabowo-Gibran

Nasional
Jadi Presiden Terpilih, Prabowo Tidak Mundur dari Menteri Pertahanan

Jadi Presiden Terpilih, Prabowo Tidak Mundur dari Menteri Pertahanan

Nasional
Polri: Hingga April 2024, 1.158 Tersangka Judi Online Berhasil Ditangkap

Polri: Hingga April 2024, 1.158 Tersangka Judi Online Berhasil Ditangkap

Nasional
Ganjar Bilang PDI-P Bakal Oposisi, Gerindra Tetap Ajak Semua Kekuatan

Ganjar Bilang PDI-P Bakal Oposisi, Gerindra Tetap Ajak Semua Kekuatan

Nasional
Nasdem Resmi Dukung Prabowo-Gibran, Elite PKS dan PKB Bertemu

Nasdem Resmi Dukung Prabowo-Gibran, Elite PKS dan PKB Bertemu

Nasional
Ahmad Ali Akui Temui Prabowo untuk Cari Dukungan Maju Pilkada Sulteng

Ahmad Ali Akui Temui Prabowo untuk Cari Dukungan Maju Pilkada Sulteng

Nasional
PSI Daftarkan 10 Sengketa Pileg ke MK, Anwar Usman Dilarang Mengadili

PSI Daftarkan 10 Sengketa Pileg ke MK, Anwar Usman Dilarang Mengadili

Nasional
Golkar Lebih Ingin Ridwan Kamil Maju Pilkada Jabar

Golkar Lebih Ingin Ridwan Kamil Maju Pilkada Jabar

Nasional
Polri Lanjutkan Tugas Satgas Pengamanan untuk Prabowo

Polri Lanjutkan Tugas Satgas Pengamanan untuk Prabowo

Nasional
Menhan AS Telepon Prabowo Usai Penetapan KPU, Sampaikan Pesan Biden dan Apresiasi Bantuan Udara di Gaza

Menhan AS Telepon Prabowo Usai Penetapan KPU, Sampaikan Pesan Biden dan Apresiasi Bantuan Udara di Gaza

Nasional
Terima Nasdem, Prabowo: Surya Paloh Termasuk yang Paling Pertama Beri Selamat

Terima Nasdem, Prabowo: Surya Paloh Termasuk yang Paling Pertama Beri Selamat

Nasional
Partai Pendukung Prabowo-Gibran Syukuran Mei 2024, Nasdem dan PKB Diundang

Partai Pendukung Prabowo-Gibran Syukuran Mei 2024, Nasdem dan PKB Diundang

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com