Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aksi Kamisan Bentangkan Spanduk Berisi Pernyataan Hendropriyono, SBY, hingga Jokowi

Kompas.com - 06/09/2018, 20:28 WIB
Fabian Januarius Kuwado,
Dian Maharani

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Aksi Kamisan ke-552, Kamis (6/9/2018), digelar cukup berbeda dari biasanya.

Sebab, aksi Kamisan kali ini sekaligus memperingati meninggalnya aktivis HAM Munir Said Thalib, 7 September 2004 silam, akibat dibunuh.

Tidak hanya orasi-orasi oleh para aktivis HAM dan keluarga korban pelanggaran HAM, aksi Kamisan ini juga dihiasi ornamen sarat kritik ke pemerintah.

Delapan spanduk memanjang ke bawah dibentangkan menghadap Istana Merdeka yang berada di seberang lokasi aksi. Di spanduk berlatar belakang hitam itu tertera tulisan berwarna putih.

Baca juga: Aksi Kamisan ke-552 dan 14 Tahun Meninggalnya Munir...

Menariknya, tulisan itu adalah kutipan sejumlah tokoh, mulai dari mantan Ketua Badan Intelijen Negara (BIN) AM Hendropriyono, istri almarhum Munir Suciwati, Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden Joko Widodo, penyair Joko Pinurbo hingga kutipan pernyataan Munir sendiri.

Berikut kutipan pernyataan sejumlah tokoh tersebut :

"Persoalan Munir ini benar-benar membuat saya stres berat. Saya enggak mau dipanggil- panggil kayak orang pesakitan. Orang saya enggak salah." (AM Hendropriyono, 2016)

"Munir, selamat malam. Sudah lenyap masih mencari. Sudah mati masih berani." (Joko Pinurbo, Surat Kopi)

"Kasus Munir adalah test of our history." (Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono, 2004)

"PR kita adalah pelanggaran HAM masa lalu. Termasuk kasus Mas Munir. Ini juga perlu diselesaikan." (Presiden Joko Widodo, 2016).

Baca juga: Komnas HAM Apresiasi Langkah Kapolri Akan Usut Kasus Munir, tetapi...


"Aku bisa tenggelam di lautan, aku bisa diracun di udara, aku bisa terbunuh di trotoar jalan. Tapi aku tak pernah mati dan takkan berhenti." (Efek Rumah Kaca, di Udara)

"Aku harus tenang walaupun takut. Ini untuk membuat semua orang, tidak takut." (Munir Said Thalib)

Kutipan pernyataan-pernyataan ini seolah menggambarkan perjalanan kasus Munir itu sendiri yang hingga saat ini dinilai para aktivis HAM dan keluarga korban, masih belum tuntas seluruhnya.

Suciwati sendiri yang ditemui di sela aksi mengatakan, hingga saat ini belum ada upaya serius dari pemerintah untuk menyelesaikan kasus pembunuhan Munir.

"Upaya-upaya itu nampaknya hanya sebatas seremonial belaka. Hanya sekadar untuk menunjukkan bahwa pemerintah peduli dan kemudian problem pelanggaran HAM itu bisa dikubur dalam-dalam kembali," ujar Suciwati.

"Bagi kami, cukup sudah janji-janji, segala pose-pose kenegaraan hingga promosi di sosial media mengenai betapa pedulinya pemerintah saat ini pada kasus-kasus HAM di Indonesia. Yang kami butuhkan adalah kerja nyata bahwa pemerintah memang serius menangani kasus pelanggaran HAM, termasuk Munir," lanjut dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 21 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 21 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Prabowo Minta Pendukung Batalkan Aksi di MK

Prabowo Minta Pendukung Batalkan Aksi di MK

Nasional
Gagal ke DPR, PPP Curigai Sirekap KPU yang Tiba-tiba Mati Saat Suara Capai 4 Persen

Gagal ke DPR, PPP Curigai Sirekap KPU yang Tiba-tiba Mati Saat Suara Capai 4 Persen

Nasional
Respons PDI-P soal Gibran Berharap Jokowi dan Megawati Bisa Bertemu

Respons PDI-P soal Gibran Berharap Jokowi dan Megawati Bisa Bertemu

Nasional
GASPOL! Hari Ini: Keyakinan Yusril, Tinta Merah Megawati Tak Pengaruhi MK

GASPOL! Hari Ini: Keyakinan Yusril, Tinta Merah Megawati Tak Pengaruhi MK

Nasional
Tak Banyak Terima Permintaan Wawancara Khusus, AHY: 100 Hari Pertama Fokus Kerja

Tak Banyak Terima Permintaan Wawancara Khusus, AHY: 100 Hari Pertama Fokus Kerja

Nasional
Jadi Saksi Kasus Gereja Kingmi Mile 32, Prngusaha Sirajudin Machmud Dicecar soal Transfer Uang

Jadi Saksi Kasus Gereja Kingmi Mile 32, Prngusaha Sirajudin Machmud Dicecar soal Transfer Uang

Nasional
Bareskrim Polri Ungkap Peran 5 Pelaku Penyelundupan Narkoba Jaringan Malaysia-Aceh

Bareskrim Polri Ungkap Peran 5 Pelaku Penyelundupan Narkoba Jaringan Malaysia-Aceh

Nasional
Usulan 18.017 Formasi ASN Kemenhub 2024 Disetujui, Menpan-RB: Perkuat Aksesibilitas Layanan Transportasi Nasional

Usulan 18.017 Formasi ASN Kemenhub 2024 Disetujui, Menpan-RB: Perkuat Aksesibilitas Layanan Transportasi Nasional

Nasional
Ketua KPU Dilaporkan ke DKPP, TPN Ganjar-Mahfud: Harus Ditangani Serius

Ketua KPU Dilaporkan ke DKPP, TPN Ganjar-Mahfud: Harus Ditangani Serius

Nasional
Jokowi Ingatkan Pentingnya RUU Perampasan Aset, Hasto Singgung Demokrasi dan Konstitusi Dirampas

Jokowi Ingatkan Pentingnya RUU Perampasan Aset, Hasto Singgung Demokrasi dan Konstitusi Dirampas

Nasional
Menko di Kabinet Prabowo Akan Diisi Orang Partai atau Profesional? Ini Kata Gerindra

Menko di Kabinet Prabowo Akan Diisi Orang Partai atau Profesional? Ini Kata Gerindra

Nasional
Selain 2 Oknum Lion Air,  Eks Pegawai Avsec Kualanamu Terlibat Penyelundupan Narkoba Medan-Jakarta

Selain 2 Oknum Lion Air, Eks Pegawai Avsec Kualanamu Terlibat Penyelundupan Narkoba Medan-Jakarta

Nasional
Dirut Jasa Raharja: Efektivitas Keselamatan dan Penanganan Kecelakaan Mudik 2024 Meningkat, Jumlah Santunan Laka Lantas Menurun

Dirut Jasa Raharja: Efektivitas Keselamatan dan Penanganan Kecelakaan Mudik 2024 Meningkat, Jumlah Santunan Laka Lantas Menurun

Nasional
Hasto Minta Yusril Konsisten karena Pernah Sebut Putusan MK Soal Syarat Usia Cawapres Picu Kontroversi

Hasto Minta Yusril Konsisten karena Pernah Sebut Putusan MK Soal Syarat Usia Cawapres Picu Kontroversi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com