JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua Dewan Kehormatan Partai Amanat Nasional (PAN) sekaligus ahli ekonomi, Dradjad Wibowo, tak sependapat dengan anggapan bahwa faktor global menjadi penyebab utama melemahnya nilai tukar rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat saat ini.
Menurut Dradjad, ada faktor domestik yang menjadi penyebab dan seharusnya diakui pemerintah.
Faktor domestik tersebut, yakni defisit neraca perdagangan, defisit neraca transaksi berjalan dan defisit fiskal.
"Kalau kita mau selesaikan satu masalah kita harus jujur pada diri sendiri. Masalah global pasti iya, tapi kalau faktor domestik yang krusial saat ini itu ada tiga defisit. Defisit neraca perdagangan, defisit neraca transaksi berjalan, dan defisit fiskal," ujar Dradjad dalam acara Satu Meja di Kompas TV, Rabu (5/9/2018) malam.
Baca juga: Dradjad Wibowo: Pelemahan Rupiah Akan Berimbas Menurunnya Elektabilitas Jokowi
Dradjad menjelaskan, jika dibandingkan dengan negara-negara di Asia Tenggara (ASEAN), Indonesia mengalami pelemahan nilai tukar mata uang yang paling parah.
Ia memaparkan, melemahnya nilai tukar Dong Vietnam terhadap Dollar AS sebesar 2,64 persen sejak 1 Januari 2018 hingga hari ini.
Kemudian, Kip Laos melemah 4,97 persen, Peso Filipina 4,38 persen, Dollar Singapura 2,8 persen, Baht Thailand 1,56 persen dan Ringgit Malaysia 2,07 persen.
Baca juga: Rupiah Hampir Sentuh Rp 15.000 Per Dollar AS, Ini Komentar Jokowi
Sementara dari awal tahun hingga bulan Juli 2018, posisi Rupiah telah terdepresiai 7,04 persen.
Secara point to point, Rupiah melemah 3,94 persen pada kuartal II tahun 2018. Sedangkan pada bulan Juli 2018, rupiah telah melemah 0,62 persen.
"Performa Rupiah lebih buruk jika dibandingkan dengan negara-negara Asean lainnya. Artinya kalau memang faktor global yang betul-betul 100 persen berpengaruh, yang lain akan turun selevel dengan kita," kata Dradjad.
"Tapi, ya faktanya kita turun jauh lebih besar. Artinya, ada faktor domestik yang harus kita benahi," tuturnya.
Baca juga: Rupiah Diprediksi Menguat di Akhir Tahun, Ini Alasannya
Di sisi lain, lanjut Dradjad, sejak awal tahun, beberapa analis ekonomi telah memprediksi melemahnya nilai tukar Rupiah dalam jangka waktu 12 bulan.
Namun pada kenyatannya, hal tersebut terjadi lebih cepat dari yang telah diprediksi.
"Para analis itu sejak awal tahun memprediksi Rupiah akan melemah ke 15 ribu dalam jangka waktu 12 bulan. Sekarang belum 12 bulan, Rupiah sudah ke sana. Artinya pelemahan rupiah ini lebih cepat dari yang kami prediksi," ucap Dradjad.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.