JAKARTA, KOMPAS.com – Sejak akhir Agustus, sesekali hujan terlihat turun di beberapa titik di Indonesia, meskipun masih dalam intensitas yang rendah, misalnya di wilayah Jakarta, Jawa Tengah, dan Yogyakarta.
Hal ini sesuai dengan perkiraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) tentang musim hujan Indonesia pada 2018/2019 yang akan dimulai secara tidak serempak di berbagai daerah, mulai dari Agustus hingga Desember 2018.
Berdasarkan data BMKG, dari 342 zona musim yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, 147 di antaranya atau 43 persen zona musim mulai memasuki musim hujan pada November nanti.
Sementara, sebagian besar lainnya mulai pada Desember dan Oktober.
Baca juga: Musim Kemarau Meluas, BMKG Ingatkan Bahaya Karhutla
Perbedaan awal musim hujan ini dipengaruhi oleh berbagai fenomena, misalnya El Nino Southern Oscillation, Indian Ocean Dipole, Sirkulasi Monsun Asia-Australia, Inter Tropical Convergence Zone, dan suhu permukaan laut di wilayah perairan Indonesia.
Menurut Kepala Bagian Humas BMKG, Hary Tirto Djatmiko, secara umum wilayah Indonesia yang mulai terjadi hujan berada di sekitar dan di sebelah selatan khatulistiwa.
Hary menuturkan, jika dilihat dan ditinjau secara klimatologi, September merupakan salah satu bulan transisi atau pancaroba.
"Bulan-bulan transisi atau pancaroba itu September, Oktober, November, untuk itu secara bertahap pula sudah ada potensi hujan yang belum merata," ujar Hary.
Musim peralihan ini ditandai dengan adanya badai, hujan dengan intensitas sangat deras disertai guruh, serta angin bertiup kencang.
"Dapat dimungkinkan potensi hujan lebat disertai kilat atau petir dan angin kencang berdurasi singkat terutama antara siang dan menjelang malam hari," ucap Hary.
Sementara puncak musim hujan di Indonesia, mayoritas akan jatuh sekitar bulan Januari dan Februari tahun depan.