Padahal, hal itu merupakan tradisi dalam setiap penyelenggaraan acara multinasional seperti Asian Games, Olimpiade, Piala Dunia, dan sebagainya.
Dikibarkannya bendera dan lagu kebangsaan dari negara China dimaksudkan sebagai simbol bahwa negara tersebut lah yang akan menjamu negara-negara Asia selanjutnya dalam perhelatan Asian Games 2022.
Hal itu juga sudah diatur dalam Constitution and Rules Olympic Council of Asia (OCA).
Pada poin Closing Ceremony, disebutkan bendera negara tuan rumah selanjutnya akan dikibarkan di tiang sebelah kiri dibarengi dengan dikumandangkannya lagu kebangsaan dari negara yang bersangkutan.
Sementara tiang bagian tengah diisi oleh bendera OCA, dan tiang sebelah kanan digunakan untuk mengibarkan bendera negara penyelenggara saat itu.
Apa yang menyebabkan masih adanya masyarakat yang "sumbu pendek"?
Koordinator Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) Novi Kurnia mengatakan, hal ini terjadi karena lemahnya penerapan literasi digital di Indonesia.
Literasi digital membutuhkan kemampuan di bidang teknis dan non teknis.
Bidang teknis meliputi kemampuan akses atau penggunaan media digital, sementara bidang non teknis terdiri dari kemampuan interaksi dengan orang lain (konteks sosial dan budaya) dan kemampuan menguasai pengetahuan terkait konteks media digital terkait.
“Nah problemnya tidak semua masyarakat Indonesia menguasai dua kemampuan non teknis tersebut,” ujar Novi Kepada Kompas.com, Selasa (3/9/2018) siang.
Baca juga: Tingkatkan Literasi Digital Masyarakat, Pemerintah Bikin Progam Ini
Rendahnya literasi digital juga berkaitan dengan rendahnya minat baca masyarakat Indonesia.
“Namun yang paling berpengaruh adalah kemampuan pengguna media digital untuk melakukan mitigasi risiko sebelum share informasi ke pengguna lain, yang terkait dengan problem etika bermedia digital dan mengelola pengetahuan yang ada,” papar Novi.
Novi menilai, banyak yang dengan mudahnya membagi dan menyebarkan konten tanpa mempertimbangkan efek yang timbul setelahnya. Selain itu, tidak memerhatikan etika saat membagi ulang sebuah konten.
Menurut data statistik United Nation Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO), Indonesia menempati posisi ke-60 dari 61 negara yang literasinya rendah.
Sementara, berdasarkan survei World Economic Forum, Indonesia berada di posisi ke-77 dari 144 negara dalam bidang kesiapan teknologi.
Permasalahan rendahnya literasi digital ini, menurut Novi, menjadi tanggung jawab semua pihak dan tidak dapat dibebankan kepada salah satu atau sebagian pihak saja.
“Semua pihak dalam masyarakat bertanggung jawab untuk meningkatkan literasi digital dari individu (warga negara), keluarga, sekolah, perguruan tinggi, masyarakat umum, pemerintah, NGO, perusahaan, media, dan lain-lain. Yang paling utama ya masing-masing pihak ini harus berkolaborasi,” kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.