Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pelukan Jokowi-Prabowo, Berharap Kesejukan Menjalar hingga Akar Rumput

Kompas.com - 31/08/2018, 10:15 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com — Momen dua bakal calon presiden, Joko Widodo dan Prabowo Subianto, berpelukan bersama pesilat peraih medali emas, Hanifan Yudani Kusumah, Rabu (29/8/2018), menjadi perhatian publik.

Aksi Hanifan merangkul dua elite politik ini dianggap mampu menyejukkan suhu politik yang mulai memanas jelang Pemilu 2019.

Sesaat setelah memenangi pertandingan, atlet pencak silat asal Indonesia, Hanifan Yudani Kusumah, naik ke bangku penonton VVIP kemudian menyalami dan memeluk Presiden Joko Widodo, juga Ketua Ikatan Pencak Silat Indonesia Prabowo Subianto.

Ketiganya terlihat berpelukan hangat dengan berbalut bendera merah putih yang sebelumnya digunakan Hanifan untuk selebrasi kemenangan.

Tepuk tangan dan sorak sorai terdengar di Padepokan Pencak Silat, TMII, Jakarta, sore itu.

Foto-foto bahkan karikatur langsung menyebar luas di jagad maya hanya dalam hitungan jam.

Momen ini menjadi penyejuk karena seharusnya tahun politik tak memecah belah dan tetap menyatukan semua elemen apa pun pilihannya.

Harapannya, kesejukan di level elite juga akan menjalar hingga ke akar rumput.

Kehangatan yang ditunjukkan oleh Jokowi dan Prabowo bukan hanya terjadi di Asian Games 2018.

Pada 2017, Jokowi sempat bertamu ke kediaman Prabowo di Hambalang, Bogor. Keduanya membicarakan isu kebangsaan dan diakhiri dengan berkuda bersama.

Presiden Joko Widodo dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto menunggangi kuda bersama di kediaman Prabowo di Hambalang, Bogor, Jawa Barat, Senin (31/10/2016).Ihsanuddin Presiden Joko Widodo dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto menunggangi kuda bersama di kediaman Prabowo di Hambalang, Bogor, Jawa Barat, Senin (31/10/2016).
Saat pelantikan Jokowi sebagai Presiden pada 2014, Prabowo beserta jajaran Koalisi Merah Putih (KMP) juga hadir.

Masih banyak peristiwa lainnya yang menunjukkan kedekatan Joko Widodo dengan Prabowo.

Akan tetapi, yang terjadi pada kelompok pendukung keduanya justru sebaliknya.

Kedua kubu yang berseberangan ini kerap saling serang, terutama di media sosial, dan punya sebutan untuk masing-masing kelompok.

Kepala Pusat Kajian Politik Universitas Indonesia (Puskapol UI) Aditya Perdana menilai, dinamika seperti ini lumrah terjadi di politik.

Kalangan elite

Citra baik yang ditunjukkan para politisi di hadapan publik bisa berarti dua hal. Pertama, kedua tokoh sebenarnya memang memiliki hubungan baik.

Kedua, ingin menciptakan citra positif di masyarakat.

Gimana caranya membangun persepsi positif di publik dengan perilaku, pernyataan, atau pun gesture tubuh. Biasanya akan menjadi perhatian para politisi. Tapi saya yakin sosok Pak Jokowi sama Pak Prabowo dalam konteks itu (Asian Games) sih sebenarnya biasa aja,” ujar Adit.

Namun, di balik para elite ini, ada tim konsultan yang memberikan masukan dan saran. Demikian pula dalam setiap kegiatan politiknya.

Hal itu membuka kemungkinan terjadinya disinterpretasi atau pembiasan makna pesan yang disampaikan oleh elite kepada masyarakat.

“Di belakang layar itu ada orang-orang yang diminta oleh si para kandidat atau para calon-calon politisi, yang sedang bermain juga. Bermain untuk membuat sebuah skenario tertentu terhadap pencitraan si A, si B, si C, dan sebagainya. Itu bagian dari usaha pemenangan," kata Adit.

Realitas di akar rumput

Adit menilai, skenario yang disusun oleh "pemain" di level mediator itu menyebabkan kekacauan di kelas masyarakat akar bawah.

“Ketika sudah sampai di level grass root atau media sosial banyak orang, banyak kepentingan, yang belum tentu mereka paham apa yang ditampilkan dan disampaikan oleh para sosok atau kandidat itu. Apakah mereka tahu yang sesungguhnya terjadi, belum tentu juga,” kata Adit.

Sebagian kelompok yang kerap ribut di media sosial adalah mereka yang mudah terpancing dan ikut menyebarluaskan informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan atau hoaks.

Hal inilah yang menjadi pemicu masyarakat menjadi terpecah-belah.

“Masyarakat juga kan enggak tahu dan ikut terpancing, ikut menjadi panas, dan sebagainya. Setelah itu ikut mengamini kelompok si ini, kelompok si itu,” ujar Adit.

Oleh karena itu, lanjut dia, masyarakat perlu diedukasi agar selektif dalam menyaring informasi.

Dengan apa yang ditunjukkan Jokowi dan Prabowo, ada harapan akan ditiru oleh para pendukungnya. Tak terpecah belah hanya karena pilihan yang berbeda.

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Daftar Kekayaan Capres-Cawapres 2019

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sejarah Hari Bhakti Pemasyarakatan 27 April

Sejarah Hari Bhakti Pemasyarakatan 27 April

Nasional
Tanggal 26 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 26 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Golkar Ungkap Faktor Keadilan Jadi Rumusan Prabowo Bentuk Komposisi Kabinet

Golkar Ungkap Faktor Keadilan Jadi Rumusan Prabowo Bentuk Komposisi Kabinet

Nasional
Soal Gugatan PDI-P ke PTUN, Pakar Angkat Contoh Kasus Mulan Jameela

Soal Gugatan PDI-P ke PTUN, Pakar Angkat Contoh Kasus Mulan Jameela

Nasional
Prabowo: Kami Akan Komunikasi dengan Semua Unsur untuk Bangun Koalisi Kuat

Prabowo: Kami Akan Komunikasi dengan Semua Unsur untuk Bangun Koalisi Kuat

Nasional
PDI-P Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda, KPU: Pasca-MK Tak Ada Pengadilan Lagi

PDI-P Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda, KPU: Pasca-MK Tak Ada Pengadilan Lagi

Nasional
Sedang di Yogyakarta, Ganjar Belum Terima Undangan Penetapan Prabowo-Gibran dari KPU

Sedang di Yogyakarta, Ganjar Belum Terima Undangan Penetapan Prabowo-Gibran dari KPU

Nasional
Pakar Nilai Gugatan PDI-P ke PTUN Sulit Dikabulkan, Ini Alasannya

Pakar Nilai Gugatan PDI-P ke PTUN Sulit Dikabulkan, Ini Alasannya

Nasional
Airlangga Klaim Pasar Respons Positif Putusan MK, Investor Dapat Kepastian

Airlangga Klaim Pasar Respons Positif Putusan MK, Investor Dapat Kepastian

Nasional
PDI-P Sebut Proses di PTUN Berjalan, Airlangga Ingatkan Putusan MK Final dan Mengikat

PDI-P Sebut Proses di PTUN Berjalan, Airlangga Ingatkan Putusan MK Final dan Mengikat

Nasional
Golkar Belum Mau Bahas Jatah Menteri, Airlangga: Tunggu Penetapan KPU

Golkar Belum Mau Bahas Jatah Menteri, Airlangga: Tunggu Penetapan KPU

Nasional
Prabowo: Kami Berhasil di MK, Sekarang Saatnya Kita Bersatu Kembali

Prabowo: Kami Berhasil di MK, Sekarang Saatnya Kita Bersatu Kembali

Nasional
Kepala BNPT: Waspada Perkembangan Ideologi di Bawah Permukaan

Kepala BNPT: Waspada Perkembangan Ideologi di Bawah Permukaan

Nasional
KPK Dalami 2 LHKPN yang Laporkan Kepemilikan Aset Kripto, Nilainya Miliaran Rupiah

KPK Dalami 2 LHKPN yang Laporkan Kepemilikan Aset Kripto, Nilainya Miliaran Rupiah

Nasional
Pertamina dan Polri Jalin Kerja Sama dalam Publikasi untuk Edukasi Masyarakat

Pertamina dan Polri Jalin Kerja Sama dalam Publikasi untuk Edukasi Masyarakat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com