Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Indonesia Dijajah Belanda Selama 350 Tahun?

Kompas.com - 28/08/2018, 15:54 WIB
Aswab Nanda Pratama,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

Kompas TV Cemilan perut punai sudah ada sejak zaman penjajahan.

Setelah VOC bubar, Pemerintah Belanda mulai mengambil alih kendali kepulauan Nusantara yang sejak 1800-an dikenal dengan nama Hindia Belanda.

Dengan pengambilalihan kendali dari VOC ke pemerintah Belanda pada 1800-an, masih sahihkah klaim bahwa Indonesia dijajah selama 350 tahun?

Sejarawan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Yerry Wirawan mengatakan, pernyataan Belanda menjajah Indonesia selama 350 tahun bagian dari cara para tokoh perjuangan untuk membakar semangat rakyat.

Baca juga: Ada Apa di Balik Niat Belanda Teliti Perang Kemerdekaan Indonesia?

"Oleh tokoh-tokoh nasionalis seperti Sukarno pernyataan 350 tahun penjajajahan ini dipakai utk membakar semangat perjuangan," ujar Yerry, saat dihubungi Kompas.com, beberapa waktu lalu.

Melihat catatan waktu, VOC mulai menancapkan kukunya di Nusantara pada 1602. Jika ditambah 350 tahun, hasilnya Indonesia baru merdeka pada 1952.

"Kesimpulan 350 tahun penjajahan ini telah dibantah oleh GJ Resink, seorang ahli hukum Belanda yg mengatakan bahwa tidak terlalu tepat menyebut penjajahan tersebut selama 350 tahun," tambah Yerry.

Sementara itu, secara terpisah, sejarawan Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Rojil Nugroho Bayu Aji mengatakan, hal itu bertujuan untuk menguatkan bangsa.

"Ada warisan sejarah untuk menguatkan pembentukan nasion. Warisan itu bisa kejayaan bisa juga kepedihan. Kepedihan bisa jadi lebih ampuh menguatkan perasaan senasib sepenanggungan untuk bersatu," ujar Rojil.

Penamaan "Indonesia"

Lalu, dari mana munculnya nama "Indonesia"? Rojil mengatakan, awal munculnya nama "Indonesia" terlacak dari Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia (JIAEA) yang terbit di Singapura pada 1850 volume IV.

Di jurnal itu, seorang penulis, Windsor Earl memunculkan istilah "Indunesia" dan "Melayunesia" untuk menyebut kepulauan di Hindia.

Sementara itu, seorang editor asal Skotlandia, James Richardson Logan menulis artikel The Ethnology of the Indian Archipelago (Etnologi Kepulauan Hindia).

Pada awal tulisannya, Logan menyebutkan perlunya nama khas bagi kepulauan yang sekarang dikenal sebagai Indonesia. Alasannya, istilah "Indian Archipelago" terlalu panjang.

"Logan kemudian memungut nama Indunesia yang dibuang Earl, dan huruf u digantinya dengan huruf o agar ucapannya lebih baik. Maka lahirlah istilah Indonesia," ujar Rojil.

Selain itu, Ki Hajar Dewantara pada masa pergerakan juga menggunakan istilah Indonesische.

Baca juga: Melihat Peran Australia dalam Kemerdekaan Indonesia...

Adapun, Hatta dan Sjahrir yang berada di Belanda mengubah Indonesische Vereniging, organisasi perhimpunan pelajar dan mahasiswa Hindia di Belanda, menjadi Perhimpunan Indonesia.

Akhirnya, istilah "Indonesia" menyebar ke berbagai wilayah Nusantara. Sejak saat itulah istilah Indonesia digunakan sebagai penamaan negara ini. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Terkini Lainnya

Halalbihalal Merawat Negeri

Halalbihalal Merawat Negeri

Nasional
Tak Ada Tim Transisi pada Pergantian Pemerintahan dari Jokowi ke Prabowo

Tak Ada Tim Transisi pada Pergantian Pemerintahan dari Jokowi ke Prabowo

Nasional
Kasasi KPK Dikabulkan, Eltinus Omaleng Dihukum 2 Tahun Penjara

Kasasi KPK Dikabulkan, Eltinus Omaleng Dihukum 2 Tahun Penjara

Nasional
Penetapan Presiden di KPU: Prabowo Mesra dengan Anies, Titiek Malu-malu Jadi Ibu Negara

Penetapan Presiden di KPU: Prabowo Mesra dengan Anies, Titiek Malu-malu Jadi Ibu Negara

Nasional
Gibran Bertemu Ma'ruf Amin, Saat Wapres Termuda Sowan ke yang Paling Tua

Gibran Bertemu Ma'ruf Amin, Saat Wapres Termuda Sowan ke yang Paling Tua

Nasional
Anies Dinilai Masih Berpeluang Maju Pilkada Jakarta, Mungkin Diusung Nasdem dan PKB

Anies Dinilai Masih Berpeluang Maju Pilkada Jakarta, Mungkin Diusung Nasdem dan PKB

Nasional
Petuah Jokowi-Ma'ruf ke Prabowo-Gibran, Minta Langsung Kerja Usai Dilantik

Petuah Jokowi-Ma'ruf ke Prabowo-Gibran, Minta Langsung Kerja Usai Dilantik

Nasional
Kejagung Periksa 3 Saksi Terkait Kasus Korupsi Timah, Salah Satunya Pihak ESDM

Kejagung Periksa 3 Saksi Terkait Kasus Korupsi Timah, Salah Satunya Pihak ESDM

Nasional
Tak Dukung Anies Maju Pilkada Jakarta, PKS Dinilai Ogah Jadi “Ban Serep” Lagi

Tak Dukung Anies Maju Pilkada Jakarta, PKS Dinilai Ogah Jadi “Ban Serep” Lagi

Nasional
2 Prajurit Tersambar Petir di Mabes TNI, 1 Meninggal Dunia

2 Prajurit Tersambar Petir di Mabes TNI, 1 Meninggal Dunia

Nasional
Usung Perubahan Saat Pilpres, PKB-Nasdem-PKS Kini Beri Sinyal Bakal Gabung Koalisi Prabowo

Usung Perubahan Saat Pilpres, PKB-Nasdem-PKS Kini Beri Sinyal Bakal Gabung Koalisi Prabowo

Nasional
[POPULER NASIONAL] Anies-Muhaimin Hadir Penetapan Presiden-Wapres Terpilih Prabowo-Gibran | Mooryati Soedibjo Tutup Usia

[POPULER NASIONAL] Anies-Muhaimin Hadir Penetapan Presiden-Wapres Terpilih Prabowo-Gibran | Mooryati Soedibjo Tutup Usia

Nasional
Sejarah Hari Posyandu Nasional 29 April

Sejarah Hari Posyandu Nasional 29 April

Nasional
Tanggal 27 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 27 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Wakil Ketua KPK Dinilai Punya Motif Buruk Laporkan Anggota Dewas

Wakil Ketua KPK Dinilai Punya Motif Buruk Laporkan Anggota Dewas

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com