JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden RI Joko Widodo menilai bahwa saat ini tren bisnis sudah berubah. Bukan lagi mengedepankan besarnya aset, melainkan lebih kepada kekuatan brand value.
Hal itu diungkapkan Presiden di depan seribuan anak muda dari penjuru Indonesia yang hadir dalam acara Young on Top National Conference 2018 di Balai Kartini, Jakarta Selatan, Sabtu (25/8/2018).
"Kalau saya dulu, yang namanya bisnis saya itu punya sembilan pabrik, wah sudah gagah sekali," ujar Jokowi.
"Tapi sekarang sudah tidak perlu lagi yang namanya bisnis besar itu dengan pabrik yang gede-gede. Karena yang dijual adalah brand value. Aset besar tidak perlu lagi, yang perlu light asset," lanjut Jokowi.
Baca juga: Jokowi: Saya Sering Dibilang, Bapak Ndeso Banget Sih...
Jokowi memberikan contoh platform penyedia penginapan, Airbnb. Perusahaan itu tidak mempunyai aset fisik yang besar tidak memiliki bangunan hotel atau penginapan.
Namun, platformnya menyediakan hotel dan penginapan yang berada di penjuru dunia. Airbnb bisa meraup keuntungan besar dari jasa penyediaan akses layanan ke hotel dan penginapan tersebut.
"Dia itu tidak memiliki hotel, tapi hotelnya melebihi 1.000 lebih, seperti Airbnb. Itulah yang namanya bisnis sekarang," lanjut dia.
Menurut Presiden, zaman memang sudah berubah. Dunia dihadapkan pada perubahan yang bernama revolusi industri 4.0 yang ditandai dengan perkembangan teknologi modern.
Bahkan, perkembangan teknologi baru itu bisa menciptakan model bisnis yang benar-benar baru dan tidak pernah terbayangkan sebelumnya.
Baca juga: Cerita Jokowi Penasaran kepada Gamers Mobile Legends, Jess No Limit
Oleh sebab itu, Presiden Jokowi berpesan anak muda terus bekerja keras dan mampu memanfaatkan peluang yang ada.
"Ada dua hal. Pertama, ada tantangan yang harus kita hadapi. Kedua, ada peluang yang harus juga kita ketahui, di mana peluangnya. Inilah yang akan membawa sebuah negara menjadi maju atau tidak maju ke depannya," ujar Jokowi.
Hadir pula di dalam acara tersebut, Kepala Kantor Staf Presiden Moeldoko, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Thomas Lembong dan Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf.