KOMPAS.com — Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memberikan tanggapan terkait beredarnya informasi yang dilengkapi dengan foto prediksi gempa di beberapa negara, salah satunya Indonesia, yang disertai peringatan aktivitas seismik yang tinggi.
Informasi tersebut menyebar melalui pesan berantai di grup-grup percakapan WhatsApp.
Kepala Humas BMKG Hary Tirto Djatmiko mengatakan, informasi ini sudah beredar sejak beberapa hari yang lalu.
Pada foto yang beredar terdapat tabel yang di sisi kiri nama-nama negara, dan di sisi paling kanan berupa prediksi gempa.
Penjelasan BMKG
Hary menjelaskan, kotak merah pada foto itu merupakan informasi aktivitas kegempaan di wilayah Indonesia.
"Baik yang kecil-kecil, menengah, maupun yang besar," kata Hary saat dihubungi Kompas.com, Jumat (24/8/2018).
Dalam foto tersebut terdapat tulisan dan anak panah yang menunjukkan Indonesia dengan keterangan sudah bertanda merah untuk seluruh pantauan dunia secara real time.
Negara Indonesia berada dalam kotak merah, disertai keterangan peringatan maksimum.
Kalimat yang ada dalam tabel tersebut:
"Indonesia
MAXIMUM ATTENTION - VERY HIGH SEISMIC RISK:
Very high seismic activity!!! Strong to Very Strong or swarms of earthquakes may occur in the next 48 hours."
Hary mengatakan, hingga saat ini tidak ada satu pun lembaga resmi dan pakar yang kredibel dan diakui mampu memprediksi gempa.
Ia menceritakan, gempa di Haicheng, China, berkekuatan 7,5 magnitudo pada 4 Februari 1975 merupakan satu-satunya peristiwa gempa di dunia yang sukses diprediksi.
Beberapa negara lain seperti Amerika Serikat dan Jepang juga memprediksi gempa yang akan terjadi, tetapi hasilnya belum akurat.
Hary menegaskan, gempa belum dapat diprediksi dengan akurat, baik di mana, waktu, dan besaran magnitudonya.
Pastikan informasi berasal dari sumber resmi
Hary mengimbau masyarakat agar memastikan bahwa informasi terkait gempa yang diterimanya berasal dari sumber-sumber yang kredibel dan resmi.
"Jika mereka tidak menyebutkan lembaga, alamat, nomor kontak lembaga, dan nama petugas yang dapat dihubungi, bahkan tidak menjelaskan metode ilmiah ataupun data yang digunakan untuk memprediksi, sebenarnya mereka tidak bertanggung jawab," ujar Hary.
Hal tersebut penting agar informasi yang disebarkan dapat direspons balik oleh masyarakat sehingga lembaga yang mengeluarkan informasi dapat dihubungi untuk diminta penjelasan lebih lanjut.
"Saat ini banyak lembaga resmi penyedia informasi gempa, antara lain BMKG, USGS (Amerika Serikat), JMA (Jepang), GFZ (Jerman), EMSC (Mediterania), Geoscope, CEA (China), dan lain-lain," papar dia.
Masyarakat juga diingatkan tidak terpancing terhadap informasi-informasi seperti ini.