Berdasarkan verifikasi Kompas.com sejauh ini, informasi ini tidak benar.
JAKARTA, KOMPAS.com - Informasi yang disebarkan melalui media sosial, khususnya Twitter, yang menyebutkan bahwa akan ada gempa besar melanda Lombok disertai dengan mega tsunami adalah hoaks.
Konfirmasi soal tidak benarnya informasi ini disampaikan oleh Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika ( BMKG) Daryono.
Narasi yang beredar
Sebuah akun Twitter, @DetektifUpin, mengunggah status yang menyebutkan bahwa bahwa ada ilmuwan dan ahli klimatologi dan Vulkanologi dari India yang memperhatikan dasar laut Mandalika, Nusa Tenggara Barat.
Menurut akun tersebut, tanah di dasar laut Mandalika telah terbelah cukup besar hingga ribuan meter ke arah Pulau Jawa akan menimbulkan gempa bumi dengan berkekuatan 8,0 SR yang dapat menyebabkan mega tsunami.
Tadi pagi jam 06.15 tim dari kawan kami juga dibantu ilmuwan dan ahli klimatologi dan Vulkanologi dari India menurunkan robot ke dasar laut di Mandalika (NTB) | Hasil nya tanah di dasar laut NTB terbelah cukup besar hingga ribuan meter ke arah Pulau Jawa | *infovalid
— Detektif Upin (@DetektifUpin) August 20, 2018
Tolong kepada @Puspen_TNI dan @infoBMKG agar ungsikan seluruh masyarakat yang ada di Lombok dan sekitarnya karena jika terjadi gempa susulan diatas 8.0 SR akan terjadi Mega-tsunami | karena tanah di dasar laut Mandalika sudah terbelah cukup besar ke arah lautan Jawa | *infovalid
— Detektif Upin (@DetektifUpin) August 20, 2018
Konfirmasi BMKG
Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika ( BMKG) Daryono menegaskan bahwa informasi yang disebarkan di media sosial itu hoaks.
"Itu semua adalah hoax. Pokoknya apapun yang terkait gempa, kita tidak memprediksi, kita hanya bisa memantau saja. Terkait ilmuwan dari India yang terjun ke Mandalika juga hoaks,” jelas Daryono saat dihubungi Selasa (21/08/2018).
Ia mengatakan, hal itu bukan tidak mungkin, tetapi yang bisa dilakukan hanya memantau.
"Bukannya kita tidak bisa memprediksi atau meramalkan gempa. Kita bisa saja memprediksi tentang gempa namun harus memerlukan data yang khusus," kata dia.
"Sebenarnya bukan tidak bisa memprediksi, terkait gempa yang terjadi saat ini sebenarnya kita bisa memprediksi kapan gempa tersebut akan berhenti atau hilang. Tapi kita perlu data yang representatif. Permasalahannya, sampai saat ini, data yang tercatat masih fluktuatif jadi sulit untuk diperkirakan,” papar Daryono.
Mengenai kemungkinan terjadinya mega tsunami, Daryono mengatakan, hal itu tidak mungkin terjadi.
“Sumber untuk terjadinya mega tsunami itu harus memiliki sumber gempa yang magnitudonya memungkinkan untuk terjadi gempa maha dahsyat dengan kekuatan sampai 9,2 lebih Skala Richter, sementara di sumber gempa saat ini, Sesar Naik Flores itu tidak akan sampai segitu,” kata Daryono.
Ia menyebutkan, mega tsunami hanya bisa terjadi di zona megathrust dengan kedalaman yang dangkal dan pusat gempa harus berada di laut.
BMKG juga berulang kali mengimbau agar masyarakat tak mudah percaya dengan berbagai informasi yang beredar tanpa memastikan kebenarannya.
Selengkapnya, baca:
Isu Lombok Akan Terkena Mega Tsunami, BMKG Sebut Ini Hoaks
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.