Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cikal Bakal Paskibraka, dari 5 Menjadi 45...

Kompas.com - 17/08/2018, 07:58 WIB
Fabian Januarius Kuwado,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Suatu siang pada awal bulan Agustus 1946, Presiden Soekarno dari ruangannya memanggil ajudannya, Mayor Laut Hussein Mutahar. Demikian dikutip dari buku "Paskibraka, Tradisi Pengibaran Bendera Pusaka."

Bung Karno meminta Mutahar mempersiapkan sekaligus memimpin upacara bendera peringatan Hari Kemerdekaan pertama Republik Indonesia 17 Agustus 1946 di halaman Istana Presiden, Gedung Agung, Yogyakarta. Saat itu, ibu kota Republik Indonesia sedang dipindahkan ke Yogyakarta.

Mutahar lantas mencari lima pemuda/pemudi yang bermukim di Yogyakarta. Mereka terdiri dari tiga orang laki-laki dan dua orang perempuan. Angka lima merujuk ke lima sila pada Pancasila. Merekalah lima orang pertama yang mengibarkan bendera pusaka pascakemerdekaan RI.

Upacara bendera di halaman Gedung Agung itu dilaksanakan lagi pada 17 Agustus tahun 1947, 1948 dan 1949. Pemuda/pemudi dipilih dari penjuru Indonesia.

Baca juga: Kisah Imam, Anak Tukang Kebun yang Masuk Paskibraka di Istana Negara

Tidak diketahui pasti bagaimana upacara pengibaran bendera pusaka dilaksanakan antara tahun 1950 hingga 1966 lantaran kelangkaan narasumber. Namun yang pasti, pengibaran bendera pusaka ditangani oleh Rumah Tangga Kepresidenan.

Pada 17 Agustus 1950, seiring pemindahan ibu kota RI kembali ke Jakarta, untuk pertama kalinya bendera pusaka dikibarkan di “tiang 17” Istana Merdeka, Jakarta.

Tahun 1967, Mutahar yang menjabat Direktur Jenderal Urusan Pemuda dan Pramuka pada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan kembali dipanggil Presiden.

Saat itu Presiden adalah Soeharto. Ia meminta Mutahar menangani kembali Pasukan Pengerek Bendera Pusaka. Pak Harto ingin meneruskan tradisi pada awal kemerdekaan.

Baca juga: Di Canberra, Paskibraka Ditempa di Suhu Minus 7 Derajat

Meski masih di luar cita-cita Mutahar, tradisi awal Paskibraka terbentuk dari sini.

Mutahar kembali berpikir keras. Akhirnya, jadilah formasi pengibar bendera yang hingga detik ini digunakan.

Formasi terdiri dari tiga kelompok, yakni Kelompok 17 sebagai pengiring atau pemandu bendera, Kelompok 8 sebagai pembawa bendera, dan Kelompok 45 sebagai pengawal bendera. Angka kelompok itu merupakan simbol dari tanggal Hari Kemerdekaan RI, tanggal 17, bulan 8, tahun ’45.

Semula, direncanakan agar khusus kelompok 45 terdiri atas Taruna Akabri. Namun karena ketika itu mereka sedang dalam masa liburan. Apalagi, transportasi Magelang- Jakarta saat itu masih sulit sehingga rencana itu diurungkan.

Baca juga: Paskibraka di Kapuas Hulu Upacara Bendera di Tengah Banjir

Kelompok 45 juga sempat diusulkan diambil dari pasukan elite setiap matra TNI. Tapi ternyata rencana itu sulit pula terwujud.

Tahun 1969 cita-cita Mutahar akhirnya tercapai. 17 Agustus 1969, seluruh Pasukan Pengerek Bendera Pusaka adalah pemuda tingkat SLTA utusan dari seluruh provinsi yang ada di Indonesia. Utusan terdiri dari seorang laki-laki dan seorang perempuan.

Tahun 1973, istilah Pasukan Pengerek Bendera Pusaka lalu berubah menjadi Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka). Akronim itu dicetuskan seorang sarjana seni rupa bernama Idik Sulaeman, adik pandu Mutahar.

Halaman:
Baca tentang


Terkini Lainnya

Beda Sikap PSI: Dulu Tolak Proporsional Tertutup, Kini Harap Berlaku di Pemilu 2029

Beda Sikap PSI: Dulu Tolak Proporsional Tertutup, Kini Harap Berlaku di Pemilu 2029

Nasional
Banjir “Amicus Curiae”, Akankah Lahir “Pahlawan” Pengadilan?

Banjir “Amicus Curiae”, Akankah Lahir “Pahlawan” Pengadilan?

Nasional
Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

Nasional
Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Nasional
Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Nasional
Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Nasional
Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited  Capai Rp 17,43 Miliar

Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited Capai Rp 17,43 Miliar

Nasional
KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

Nasional
Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

Nasional
Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

Nasional
Pemerintahan Baru Indonesia dan Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

Pemerintahan Baru Indonesia dan Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

Nasional
Prabowo Terima Kunjungan Eks PM Inggris Tony Blair di Kemenhan, Ini yang Dibahas

Prabowo Terima Kunjungan Eks PM Inggris Tony Blair di Kemenhan, Ini yang Dibahas

Nasional
KPK Sebut Surat Sakit Gus Muhdlor Ganjil: Agak Lain Suratnya, Sembuhnya Kapan Kita Enggak Tahu

KPK Sebut Surat Sakit Gus Muhdlor Ganjil: Agak Lain Suratnya, Sembuhnya Kapan Kita Enggak Tahu

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com