JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristek Dikti) Mohamad Nasir ingin para diaspora yang punya potensi untuk pulang ke Indonesia dan membangun negeri.
"Selama ini masalahnya adalah keberpihakan, kita tidak pernah berpihak kepada diaspora, padahal mereka punya prestasi yang gemilang di dunia. Kita ingin mereka bisa jadi pegawai di sini," kata Nasir pada acara Simposium Cendekia Kelas Dunia (SCKD) 2018 di Jakarta, Senin (13/8/2018).
Oleh sebab itu, kata Nasir, pemerintah akan membuat beberapa kebijakan agar para diaspora bisa berkarier di Indonesia.
Menristek Dikti mengaku telah bertemu dengan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Asman Abnur untuk dapat mengangkat para diaspora sebagai aparatur sipil negara (ASN) yang jabatannya disesuaikan dengan pengalaman mereka bekerja.
"Jadi tidak dari nol lagi, pengalaman mereka bekerja di luar dapat dihitung sebagai lamanya bekerja sebagai pegawai. Usia mereka juga tidak dibatasi," kata Nasir.
Baca juga: Kementerian PAN RB Siapkan Aturan untuk Jaring Diaspora Jadi ASN
Nasir mengatakan, pengalaman kerja mereka dapat dibuktikan dengan surat pernyataan saat dia menjadi diaspora.
Menurut Nasir, potensi manusia Indonesia yang jadi diaspora sangat unggul di berbagai bidang seperti di bidang biosains, biomaterial dan lainnya. Sementara, Indonesia kekurangan para ahli ini.
Oleh sebab itu, dia ingin merangkul diaspora untuk kembali ke Indonesia.
Dia juga mendorong perguruan tinggi untuk bekerja sama dengan para diaspora, agar kualitas pendidikan tingkat tinggi dapat meningkat.
Acara Simposium Cendikia Kelas Dunia (SCKD) 2018 tersebut mengundang 49 ilmuwan diaspora Indonesia dari 12 negara. Para Ilmuwan diaspora ini hadir untuk berbagi ilmu, menjalin relasi, bersirnegi, dan berkolaborasi dengan para akdemisi serta peneliti dalam negeri.
Pertemuan itu diharapkan dapat menghasilkan inovasi, penelitian bersama, publikasi bersama dan membuka kesempatan mengikuti kursus singkat di luar negeri.
(Antara)