Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita di Balik Pidato Jokowi yang Minta Relawan Berani Diajak Berantem

Kompas.com - 06/08/2018, 11:01 WIB
Ihsanuddin,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pidato Presiden Joko Widodo dalam rapat umum relawan di Sentul International Convention Center (SICC), Bogor, Sabtu (4/8/2018) lalu menimbulkan pro kontra. Penyebabnya, Jokowi yang akan mencalonkan diri kembali dalam pilpres 2019 meminta relawannya untuk berani jika diajak berantem.

"Jangan bangun permusuhan, jangan membangun ujaran kebencian, jangan membangun fitnah fitnah, tidak usah suka mencela, tidak usah suka menjelekkan orang. Tapi, kalau diajak berantem juga berani," kata Jokowi.

Pernyataan Jokowi itu langsung membuat para relawan yang memadati ruangan acara bersorak dan berteriak heboh. Jokowi membiarkan kehebohan berlangsung sekitar 15 detik sebelum ia kembali melanjutkan arahannya.

"Tapi jangan ngajak (berantem) loh. Saya bilang tadi, tolong digarisbawahi. Jangan ngajak. Kalau diajak (berantem), tidak boleh takut," kata Jokowi lagi-lagi disambut antusias oleh para relawan.

Baca juga: Jokowi: Relawan Kalau Diajak Berantem Jangan Takut

Namun, sebelum Kepala Negara mengeluarkan kata-kata kontroversial tersebut, wartawan yang meliput sudah buru-buru diminta untuk meninggalkan ruangan acara. Sejak awal, wartawan memang sudah diwanti-wanti oleh pihak Istana hanya diberi waktu lima menit untuk bisa meliput pidato Jokowi lima menit pertama.

"Ini berlaku untuk semuanya, baik wartawan tulis, kameraman dan fotografer," kata petugas Istana itu mewanti-wanti.

Hal ini berbeda dari kebiasaan. Biasanya, apabila memang acara Jokowi berlangsung tertutup, maka wartawan tidak diizinkan meliput dan hanya diberi kesempatan mengambil gambar sebelum dimulainya acara. Sementara, apabila acara berjalan terbuka, maka wartawan biasanya bisa meliput hingga pidato selesai.

Tepat setelah lima menit pidato Jokowi berjalan, petugas Istana dibantu oleh panitia acara pun langsung meminta wartawan keluar ruangan. Sementara, kata-kata "berani diajak berantem" itu keluar dari mulut Jokowi di menit ke-8 detik ke-50.

Baca juga: Sekjen PSI: Jokowi Tak Provokasi Relawannya untuk Berantem

Saat itu, kebanyakan wartawan yang meliput sudah keluar meninggalkan ruangan acara. Namun, sebagian wartawan termasuk kompas.com masih berada di dalam ruangan karena tidak terpantau oleh petugas Istana.

Alhasil, bagian pidato Jokowi yang kontroversial itu juga tetap tersiar ke publik. Belakangan, potongan video pidato Jokowi yang direkam oleh relawan juga viral di media sosial.

Pidato Jokowi tersebut langsung direspon negatif khususnya oleh para lawan politik dan kelompok oposisi. Mereka menilai Jokowi telah memprovokasi rakyatnya untuk berkelahi secara fisik.

Namun, mereka yang ada di kubu Jokowi justru memberikan pembelaan. Menurut mereka, yang dimaksud Jokowi bukan lah berkelahi secara fisik, namun beradu argumentasi.


Kompas TV Kedua calon presiden 2019 hingga kini belum menngumumkan nama cawapres di tengah pendaftaran capres yang telah dibuka.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Airlangga Klaim Pasar Respons Positif Putusan MK, Investor Dapat Kepastian

Airlangga Klaim Pasar Respons Positif Putusan MK, Investor Dapat Kepastian

Nasional
PDI-P Sebut Proses di PTUN Berjalan, Airlangga Ingatkan Putusan MK Final dan Mengikat

PDI-P Sebut Proses di PTUN Berjalan, Airlangga Ingatkan Putusan MK Final dan Mengikat

Nasional
Golkar Belum Mau Bahas Jatah Menteri, Airlangga: Tunggu Penetapan KPU

Golkar Belum Mau Bahas Jatah Menteri, Airlangga: Tunggu Penetapan KPU

Nasional
Prabowo: Kami Berhasil di MK, Sekarang Saatnya Kita Bersatu Kembali

Prabowo: Kami Berhasil di MK, Sekarang Saatnya Kita Bersatu Kembali

Nasional
Kepala BNPT: Waspada Perkembangan Ideologi di Bawah Permukaan

Kepala BNPT: Waspada Perkembangan Ideologi di Bawah Permukaan

Nasional
KPK Dalami 2 LHKPN yang Laporkan Kepemilikan Aset Kripto, Nilainya Miliaran Rupiah

KPK Dalami 2 LHKPN yang Laporkan Kepemilikan Aset Kripto, Nilainya Miliaran Rupiah

Nasional
Pertamina dan Polri Jalin Kerja Sama dalam Publikasi untuk Edukasi Masyarakat

Pertamina dan Polri Jalin Kerja Sama dalam Publikasi untuk Edukasi Masyarakat

Nasional
Satkar Ulama Dukung Airlangga Jadi Ketum Golkar Lagi, Doakan Menang Aklamasi

Satkar Ulama Dukung Airlangga Jadi Ketum Golkar Lagi, Doakan Menang Aklamasi

Nasional
Gibran Temui Prabowo di Kertanegara Jelang Penetapan Presiden-Wapres Terpilih

Gibran Temui Prabowo di Kertanegara Jelang Penetapan Presiden-Wapres Terpilih

Nasional
KPU Batasi 600 Pemilih Tiap TPS untuk Pilkada 2024

KPU Batasi 600 Pemilih Tiap TPS untuk Pilkada 2024

Nasional
Dianggap Sudah Bukan Kader PDI-P, Jokowi Disebut Dekat dengan Golkar

Dianggap Sudah Bukan Kader PDI-P, Jokowi Disebut Dekat dengan Golkar

Nasional
PDI-P Tak Pecat Jokowi, Komarudin Watubun: Kader yang Jadi Presiden, Kita Jaga Etika dan Kehormatannya

PDI-P Tak Pecat Jokowi, Komarudin Watubun: Kader yang Jadi Presiden, Kita Jaga Etika dan Kehormatannya

Nasional
Menko Polhukam: 5.000 Rekening Diblokir Terkait Judi Online, Perputaran Uang Capai Rp 327 Triliun

Menko Polhukam: 5.000 Rekening Diblokir Terkait Judi Online, Perputaran Uang Capai Rp 327 Triliun

Nasional
Golkar Sebut Pembicaraan Komposisi Menteri Akan Kian Intensif Pasca-putusan MK

Golkar Sebut Pembicaraan Komposisi Menteri Akan Kian Intensif Pasca-putusan MK

Nasional
KPU: Sirekap Dipakai Lagi di Pilkada Serentak 2024

KPU: Sirekap Dipakai Lagi di Pilkada Serentak 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com