Banyak pemilih yang disuap bukanlah pemilih yang loyal terhadap kandidat. Pemilih ini mungkin menerima duitnya, tetapi mereka memilih calon yang lain.
Selain itu, banyak tim sukses yang bahkan bekerja untuk beberapa kandidat, termasuk yang berasal dari partai politik berbeda, yang kemudian memungkinkan terjadinya pembelotan besar-besaran.
Namun, jika praktik jual beli suara terbukti tidak efektif, mengapa masih banyak ditemui?
Dalam studi ini, saya telah menghitung bahwa rata-rata margin kemenangan yang membedakan seorang kandidat yang lolos dengan yang tidak hanya 1,65 persen.
Jadi, jika praktik jual beli suara ternyata bisa memengaruhi hingga 11 persen, tidak heran jika banyak kandidat politik masih menggunakan strategi ini karena praktik ini mungkin saja memberi mereka kemenangan.
Burhanuddin Muhtadi
Lecturer, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Catatan redaksi:
Artikel ini ditayangkan di Kompas.com atas kerja sama dengan The Conversation Indonesia. Isi artikel dikutip dari artikel berjudul "Riset tunjukkan sepertiga pemilih Indonesia terima suap saat pemilu". Isi di luar tanggung jawab redaksi Kompas.com.