KOMPAS.com - Pada 11 Juli 1405, Laksamana Cheng Ho bersama 27.000 tentaranya melakukan ekspedisi ke Samudra Hindia
Perjalanan tersebut dimulai pada 1405 hingga 1433.
Kaisar Yongle memerintahkan kepada Laksamana Ceng Ho untuk melakukan ekpedisi pelayaran.
Ekspedisi ini berlangsung tujuh kali hingga berakhir masa kepemimpinan Kaisar Yangle dan digantikan Kaisar Xuande.
Awal
Pada masa kepemimpinannya, Kaisar Yongle memerintahkan pembangunan armada untuk Tiongkok.
Kaisar menginginkan Dinasti Ming menerapkan kebijakan ekspansi ke beberapa wilayah.
Rencana itu terwujud pada 1403 dan digunakan untuk sarana melakukan penjelajahan.
Armada yang dibuat itu dikenal dengan 'Xiafan Guanjun' yang terdiri atas kapal dagang, kapal perang, dan kapal penunjang untuk membentuk kapal lainnya.
Longjiang ditunjuk sebagai lokasi tempat pembuatan mega proyek armada tersebut.
Bahan kayu pembuatan kapal didapatkan dari pohon sekitar Sungai Min. Setelah melakukan persiapan matang, ekspedisi dimulai.
Pelayaran perdana
Kaisar Yongle menunjuk Laksamana Cheng Ho untuk memimpin ekspansi ini. Ia menerbitkan kertas bersegel kekaisaran untuk melegitimasi Cheng Ho sebagai utusannya.
Laksamana Cheng Ho mendapatkan wewenang penuh untuk melakukan ekspansi.
Pada 11 Juli 1405, Cheng Ho memimpin pasukannya berbekal surat kekaisaran tersebut. Ibu Kota Nanking sebagai saksi awal berkumpulnya seluruh anggota pasukan.
Perjalanan dilanjutkan dengan melewati muara Sungai Min menuju ke Champa Vietnam, kemudian dilanjutkan ke Nusantara yang meliputi Jawa, Malaka, Aru, dan Samudra Pasai.
Ketika berada di Nusantara, Cheng Ho mengunjungi Sriwijaya di Sumatera.
Selain itu, pasukan Cheng Ho juga mengunjungi Majapahit yang ketika itu terjadi perang saudara antara Wikramawardana dan Bhre Wirabumi.
Kala itu, sekitar 170 pasukan rombongan Cheng Ho ikut terbunuh.
Ketika mendatangi berbagai daerah di Indonesia, Cheng Ho dan pasukannya memberikan beberapa upeti kepada raja-raja sebagai penghormatan karena telah diperbolehkan melakukan kunjungan.
Daerah yang disinggahi armada Cheng Ho juga mendapatkan kemajuan dalam hal bercocok tanam, beternak, berdagang, seni ukir, dan seni lainnya.
Setelah meninggalkan Nusantara pada sesi pertama pelayarannya, Cheng Ho dan pasukannya berlayar menyeberangi Samudra Hindia.
Sri Lanka juga tak turut dikunjungi. Namun ketika berada di sana, pasukan Cheng Ho mendapatkan perlawanan dari Raja Alagakkonara.
Akhirnya, pada 1407, Laksamana Cheng Ho kembali ke Tiongkok setelah sebelumnya mengunjungi Malaka.
Di Malaka, Cheng Ho dan pasukannya mendapatkan serangan dari bajak laut Chen Zuyi di Palembang. Namun, kekuatan armada Cheng Ho bisa memberikan perlawanan terhadap aksi para perompak.
Sekitar 5.000 bajak laut tewas dan 10 kapal perompak dibakar, sementara 7 kapal lainnya ditangkap. Chen Zuyi mendapatkan hukuman mati.
Setelah berhasil memukul mundur perompak, mereka kembali ke Tiongkok pada 2 Oktober 1407.
Setelah perjalanan perdana
Berkat keberhasilan dalam pelayaran ini, Cheng Ho mendapat penghargaan dari Kaisar Yongle. Selanjutnya, dilakukan ekspedisi pelayaran kedua dan ketiga yang menjangkau Jazirah Arab dan Afrika Timur.
Armada ekpedisi ini dipersenjatai secara militer dan membawa harta dalam jumlah yang besar untuk menampilkan kekuasaan dan kekayaan Tiongkok kepada dunia.
Hingga perjalanan ke tujuhnya, Tiongkok menjadi pelopor angkatan laut pada awal abad ke 15.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan