KOMPAS.com - Hari ini 42 tahun lalu, tepatnya 9 Juli 1976, satelit pertama Indonesia, Satelit Palapa, diluncurkan.
Peluncuran Satelit Palapa untuk mempermudah sistem komunikasi yang mendukung kepentingan dalam dan luar negeri.
Pada Februari 1975, Indonesia mengadakan kerja sama dengan pihak terkait untuk rencana peluncuran sebuah satelit.
Rencana awal
Perkembangan sistem komunikasi di luar negeri menjadi pertimbangan Pemerintah Indonesia untuk meningkatkan sistem komunikasinya.
Langkah pertama, merencanakan peluncuran sebuah satelit.
Pada Februari 1975, Indonesia menandatangani kontrak perjanjian dengan Hughes Space and Communication (kini Boeing Satellite System) untuk program peluncuran satelit.
Penandatanganan tersebut berkaitan dengan perencanaan 9 stasiun bumi, 1 stasiun kontrol utama, dan pengadaan 2 satelit (Palapa A1 dan A2).
Selain mengadakan kerja sama dengan pihak luar, pemerintah juga mengumpulkan pakar teknologi untuk bekerja sama mengoperasikan teknologi komunikasi sebagai tindak lanjut peluncuran satelit.
Presiden Soeharto memberikan nama proyek tersebut adalah "Palapa" yang diambil dari sumpah Patih Gadjah Mada pada zaman Majapahit.
Satelit Palapa dirancang khusus untuk memaksimalkan pancaran sinyal di wilayah Indonesia dengan jangkauan luar negara tetangga seperti Malaysia, Philipina, Singapura, dan Thailand.
Satelit Palapa generasi A memiliki 12 transporder dengan kapasitas 6000 sambungan pembicaraan atau 12 kanal televisi.
Palapa memiliki tinggi 3,7 meter (termasuk bagian antena) serta berdiameter 1,9 meter. Antenanya berupa piringan parabola berdiameter 1,5 meter.
Tahap Peluncuran
Pada 8 Juli 1976 pukul 19.31 waktu Florida, Amerika Serikat, atau 9 Juli 1976 pukul 06.31 WIB, satelit komunikasi pertama Indonesia diluncurkan.
Peluncuran Satelit Palapa generasi pertama tersebut di Cape Kennnedy, Florida, Amerika Serikat.
Saat peluncuran, Satelit Palapa memiliki bobot 574 kilogram dan bobotnya di orbit sekitar 135 kilogram.
Roket peluncur yang digunakan adalah Delta 2914 buatan McDonnal Douglas dan ditempatkan pada orbit geostationer di posisi 83 derajat bujur timur (BT).
Dikutip dari Harian Kompas, 8 Juli 1976, Lembaga Penerbangan dan Antariknasa Nasional (NASA) bertanggung jawab dalam peluncuran itu.
Setelah itu, NASA akan menyerahkan pengawasan ke stasiun pengendali di Glenwood, New York.
Hasil dari peluncuran akan dapat ditangkap oleh stasiun pengendali di Cibinong setelah 45 menit peluncuran.
Selama 3,5 hari setelah peluncuran, bergantian mengawasi peredaran perkembangannya. Pengawasan sepenuhnya dilakukan oleh Stasiun Cibinong, Jawa Barat.
Dengan peluncuran Palapa ke angkasa, Indonesia merupakan negara ketiga di dunia yang mengoperasikan satelit domestik.