JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Saut Situmorang mengatakan pemilih sekarang telah rasional dan memiliki kemandirian dalam memilih kandidat dalam Pilkada 2018.
Hal itu menanggapi kemenangan Bupati Tulungagung Syahri Mulyo meski terjerat kasus korupsi.
"Yang namanya suara rakyat, suara Tuhan itu dalam politik begitu. Mungkin bisa dipilih karena wakilnya bagus, mungkin karena kemarin kerjanya bagus, makanya rakyat senang," ujar Saut di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta, Kamis (28/6/2018).
Pasangan calon petahana Syahri Mulyo-Maryoto Bhirowo (Sahto) unggul atas pesaingnya, Margiono-Eko Prisdianto (Mardiko) dalam real count KPU Tulungagung.
Baca juga: Tersangka Syahri Mulyo Kontestan Pilkada Tulungagung
Berdasarkan data masuk dari 80,82 persen tempat pemungutan suara (TPS) di Kabupaten Tulungagung, Syahri-Maryoto unggul dengan persentase 59,8 persen atas lawannya, Margiono dan Eko yang meraih 40,2 persen.
Hasil tersebut, kata Saut, tak bisa menebak apa yang menjadi pilihan rakyat.
Lebih lanjut, Saut menuturkan, kriteria seorang pemimpin tak bisa dinilai dari kinerja semata. Menurut Saut, seorang pemimpin perlu memiliki integritas.
Baca juga: Selama Jadi Bupati Tulungagung, Syahri Mulyo Belum Laporkan Harta Kekayaan
"Kinerjanya bagus, belakangan goyah, terlibat (kasus korupsi) terkait sama kita ada dua bukti, ya kita lakukan itu (operasi tangkap tangan)," kata Saut.
Selain itu, Saut menegaskan penangkapan yang dilakukan oleh KPK kepada Syahri Mulyo tidak ada kaitannya dengan unsur politis.
"Itu satu bukti bahwa yang dilakukan KPK tidak ada kaitannya dengan politik, ternyata dia terpilih tuh," tambahnya kemudian.