Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 28/06/2018, 08:45 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — General Manager Penelitian dan Pengembangan (Litbang Kompas) Toto Suryaningtyas mengungkapkan, hasil hitung cepat atau quick count Litbang Kompas dan lembaga survei lainnya pada Pilkada Jawa Tengah dan Jawa Barat menunjukkan sisi lain yang tersembunyi.

Pada hitung cepat Litbang Kompas di Jawa Barat, pasangan Ridwan Kamil-UU Ruzhanul Ulum menang dengan 32,54 persen suara. Pasangan Sudrajat-Ahmad Syaikhu memperoleh 29,53 persen suara.

Pasangan Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi menempati posisi ketiga dengan perolehan 25,72 persen. Tubagus Hasanudin-Anton Charliyan berada di urutan terakhir dengan perolehan 12,2 persen.

Di Jawa Tengah, pasangan Ganjar Pranowo- Taj Yasin memperoleh 58, 34 persen. Kemudian pasangan Sudirman Said-Ida Fauziyah memperoleh 41,66 persen suara.

Baca juga: Ganjar Akan Peluk Sudirman Said

Dari angka tersebut, ia menyoroti pasangan Sudrajat-Akhmad Syaikhu dan Sudirman-Ida yang mampu mengimbangi kekuatan pasangan pemenang hitung cepat.

"Kalau di wilayah ideologis misal di Jateng yang kandang banteng (PDI-P) itu, dia pertarungannya dengan Islam nasionalis. Di wilayah Jabar ada nuansa itu juga, tapi juga ada nuansa ketokohan," kata Toto kepada Kompas.com di Kantor Kompas Gramedia, Jakarta, Rabu (27/6/2018).

Di Jawa Barat, Ridwan Kamil dengan Deddy Mizwar mencerminkan kaum nasionalis abangan. Namun demikian, unsur nasionalis agama juga cenderung menguat dan terwakili oleh pasangan Sudrajat-Syaikhu. Hal itu dibuktikan dengan kemampuan Sidrajat-Syaikhu mengungguli Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi pada hitung cepat.

"Itu sudah menjelaskan bahwa narasi pertarungan ideologis di Jabar itu masih ada. Bukan hanya pertarungan tokoh," ujarnya.

Baca juga: SBY Duga Faktor Asal Bukan Pendukung Jokowi Angkat Suara Sudrajat-Syaikhu

Toto melihat sejumlah wilayah perkotaan di Jawa Barat cenderung modernis sekaligus religius dibandingkan perkotaan di Jakarta yang cenderung metropolis. Kondisi itu juga berpengaruh pada dukungan masyarakat Jabar terhadap Sudrajat-Syaikhu.

Ia juga melihat kuatnya pasangan Sudrajat-Syaikhu atau Sudirman-Ida juga disebabkan oleh pergerakan massa dukungan yang cukup besar sejak dua hingga satu bulan jelang pilkada. Toto memprediksi pergerakan massa itu dibangun atas modal yang besar dan narasi tertentu yang menguat di masyarakat.

"Dan saya curiga, sebetulnya modal elektabilitas Sudrajat-Syaikhu atau Sudirman Said-Ida itu besar. Cuma tidak terdeteksi oleh lembaga survei, entah dengan satu atau hal lain itu tidak terdeteksi. Kita enggak tahu sebabnya," ujarnya.

Pengaruh identitas

Menurut Toto, kekuatan signifikan dalam kontestasi politik juga disebabkan oleh pengaruh keluarga, kelompok keagamaan, kesukuan, hingga kelompok marga terhadap anggotanya dalam menentukan preferensi politik. Pengaruh yang besar bisa memengaruhi perubahan pilihan politik seseorang.

"Itu kan enggak terdeteksi. Itu yang membuat situasi berbalik. Karena atas otoritas keagamaan, bisa saja pilihan itu berubah total," ujarnya.

"Pilihan bisa diarahkan oleh pimpinan komunal-komunal seperti itu. Jadi ada pergerakan suara yang masif didorong oleh satu isu besar, kemudian gerakan yang tidak terdeteksi, jadi ada sebab besar," ujarnya.

Toto menuturkan, isu-isu yang menyerang pemerintah maupun isu yang disebarkan di media sosial, kegiatan ibadah, dan lainnya berpengaruh signifikan pula terhadap preferensi politik seseorang.

Berbagai isu yang dimainkan berupa fakta negatif, hoaks, hingga ujaran kebencian akan berpengaruh jika seseorang tak memiliki literasi yang baik dan hal negatif itu diamini oleh lingkungan terdekatnya.

Baca juga: Ini Peta Kemenangan Parpol dalam Pilkada 2018 di 15 Provinsi

"Terutama bagi masyarakat yang tidak memiliki kemampian memverifikasi ya. Dia akan mudah memakan isu-isu, apalagi kalau dilegitimasi oleh otoritas sosialnya, misalnya dilegitimasi orangtua, oleh patron, gurunya, atau pemipin agamanya. Karena itu, kombinasi antara hal yang laten dengan hal yang sifatnya sporadik itu menciptakan kondisi lebih dinamis daripada perkiraan kita," katanya.

Dalam hitung cepat di Jawa Barat dan Jawa Tengah, Litbang Kompas mengambil 400 sampel TPS dengan metode pemilih sampel stratified sistematic sampling yang tersebar di seluruh daerah.

Adapun simpangan kesalahan (margin of error) 1 persen. Artinya, hasil survei bisa bertambah atau berkurang sekitar 1 persen. Survei ini memiliki tingkat kepercayaan 99 persen.

Angka ini bukan hasil penghitungan resmi. KPU akan melakukan rekapitulasi hasil suara hingga 9 Juli 2018.

Hasil penghitungan resmi akan diumumkan KPU setelah rekapitulasi selesai.

Kompas TV Berikut keterangan pers dari Ridwan Kamil – Uu Ruzhanul Ulum.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+


Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Gus Imin Usulkan Dana Desa Ditambah Jadi Rp 5 Miliar per Tahun

Gus Imin Usulkan Dana Desa Ditambah Jadi Rp 5 Miliar per Tahun

Nasional
RUU Kesehatan Jadi Langkah komprehensif Pemerintah Mereformasi Sektor Kesehatan

RUU Kesehatan Jadi Langkah komprehensif Pemerintah Mereformasi Sektor Kesehatan

Nasional
Mayjen Deddy Suryadi, Danjen Kopassus yang Sandang Pangkat Perwira Tinggi Pertama di Angkatannya

Mayjen Deddy Suryadi, Danjen Kopassus yang Sandang Pangkat Perwira Tinggi Pertama di Angkatannya

Nasional
Kementerian KP dan Case Western Reverse University Sepakati Kerja Sama Pengembangan SDM

Kementerian KP dan Case Western Reverse University Sepakati Kerja Sama Pengembangan SDM

Nasional
Bertemu Pasukan Perdamaian di Lebanon, Panglima TNI Upayakan Masa Dinas Tak Lebih 1 Tahun

Bertemu Pasukan Perdamaian di Lebanon, Panglima TNI Upayakan Masa Dinas Tak Lebih 1 Tahun

Nasional
Tim Percepatan Reformasi Hukum Akan Rumuskan Naskah Akademik dan Rancangan Kebijakan untuk Pemerintah Baru

Tim Percepatan Reformasi Hukum Akan Rumuskan Naskah Akademik dan Rancangan Kebijakan untuk Pemerintah Baru

Nasional
Dibentuk Mahfud MD, Ini Susunan Tim Percepatan Reformasi Hukum

Dibentuk Mahfud MD, Ini Susunan Tim Percepatan Reformasi Hukum

Nasional
Usulkan Isu Critical Minerals Dibahas di IPEF, Indonesia Dapat Dukungan Banyak Negara

Usulkan Isu Critical Minerals Dibahas di IPEF, Indonesia Dapat Dukungan Banyak Negara

Nasional
Kesejahteraan Bersama, Titik Temu Kekatolikan dan Keindonesiaan

Kesejahteraan Bersama, Titik Temu Kekatolikan dan Keindonesiaan

Nasional
Tolak Uji Materi Batas Usia Pensiun Jaksa, MK: UU Kejaksaan Tak Berlaku Surut

Tolak Uji Materi Batas Usia Pensiun Jaksa, MK: UU Kejaksaan Tak Berlaku Surut

Nasional
Ganjar Sowan ke Tokoh Agama Banten Embay Mulya Syarief

Ganjar Sowan ke Tokoh Agama Banten Embay Mulya Syarief

Nasional
Saat Ganjar Pranowo Bertemu Polisi Bernama Ganjar...

Saat Ganjar Pranowo Bertemu Polisi Bernama Ganjar...

Nasional
Pilpres Sistem 'Popular Vote' Suburkan Politik Identitas

Pilpres Sistem "Popular Vote" Suburkan Politik Identitas

Nasional
Gugatan Sekretaris MA Hasbi Hasan Lawan KPK Diadili Hakim Kasus Ferdy Sambo

Gugatan Sekretaris MA Hasbi Hasan Lawan KPK Diadili Hakim Kasus Ferdy Sambo

Nasional
Stafsus Mensesneg: Ada Polemik dan Banyak Pendapat soal Putusan Perpanjangan Masa Jabatan KPK

Stafsus Mensesneg: Ada Polemik dan Banyak Pendapat soal Putusan Perpanjangan Masa Jabatan KPK

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com