Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Aiman Witjaksono
Jurnalis

Jurnalis

SBY dan Dugaan Operasi Intelijen Jelang Pilkada

Kompas.com - 25/06/2018, 08:11 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini


"MUNGKIN rakyat tidak berani menyampaikan hal-hal yang menurut mereka kok begini, kasar sekali, kok terang-terangan....Biarlah saya SBY, warga negara biasa, penduduk Cikeas, Kecamatan Gunungputri, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, yang bicara. Kalau pernyataan saya ini membuat intelijen dan kepolisian kita tidak nyaman dan ingin menciduk saya, silakan!"

Pernyataan Presiden keenam Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono ini disampaikan pada keterangan pers di Hotel Santika, Bogor. Baca juga: SBY Ungkap Ketidaknetralan TNI, Polri, dan BIN dalam Pilkada

Konferensi pers digelar sebelum berkampanye untuk pasangan yang diusung Partai Demokrat, Deddy Mizwar dan Dedi Mulyadi.

Pernyataan yang mencengangkan. Bukan hanya soal tudingan ketidaknetralan aparat yang disebutnya sebagai oknum pada tiga lembaga negara yaitu Badan Intelijen Negara (BIN), TNI, dan Polri, tapi ada embel-embel yang tidak biasa di belakang pernyataannya.

Mantan Presiden ini siap ditangkap!

Tak terbayang, jika kejadian tersebut benar-benar terjadi. Belum pernah ada sejarah sepanjang Republik Indonesia, ada presiden maupun mantan presiden yang pernah ditangkap, atas kasus apa pun.

Sebegitu seriuskah apa yang terjadi, sehingga keluar pernyataan yang mencengangkan dari Presiden keenam RI ini?

Blak-blakan SBY 4 hari jelang pemilihan

Setidaknya ada sejumlah kasus yang disampaikan SBY dalam konferensi Pers. Ia bahkan menyebut sejumlah tokoh dalam pernyataannya.

Ia membuka pernyataannya dengan informasi kekalahan putra sulungnya, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), dalam Pilkada DKI Jakarta. Ia menengarai ada kecurangan yang  melibatkan aparat negara.

Ia menyinggung perihal pemanggilan Cawagub DKI Jakarta, wakil AHY kala itu, Sylviana Murni. Sylvi beberapa kali dipanggil polisi selama masa kampanye Pilkada DKI Jakarta terkait kasus korupsi dana bansos saat menjabat sebagai Wali Kota Jakarta Pusat.

Kasus itu kini tak jelas kelanjutannya.

SBY juga menyebutkan, beberapa jam sebelum pemungutan suara Pilkada DKI Jakarta, Mantan Ketua KPK Antasari Azhar mengeluarkan pernyataan yang dianggap merusak kredibilitasnya.

SBY mengaku sudah melaporkan Antasari ke Polisi. Namun, sampai sekarang, menurutnya, tidak ada tindak lanjut atas laporan itu.

SBY juga menyebut sejumlah kasus yang merugikan, sebagian berbentuk intimidasi hingga dugaan kriminalisasi, atas calon yang diusung Partai Demokrat. Di antaranya yang terjadi di Papua, Kalimantan Timur,  Jawa Timur, hingga Riau.

Tanggapan istana

Atas tudingan yang disampaikan SBY, pihak Istana yang diwakilkan Tenaga Ahli Kedeputian IV Kantor Staf Presiden (KSP), Ali Mochtar Ngabalin, membantahnya.

Ngabalin meminta agar tokoh bangsa bersabar dan menjaga suasana jelang Pilkada 2018 tetap teduh.

“Terkait dengan bapak Susilo Bambang Yudhoyono, dalam rangka menjaga situasi lebih baik dalam rangka menghadapi Pilkada ini, teman-teman yang memberikan feeding informasi, agar memberikan informasi yang validitasnya tidak diragukan,” kata Ngabalin kepada sejumlah wartawan, Minggu (24/6/2018).

Penelusuran Aiman

Saya mencari tahu, adakah operasi Intelijen yang sempat disiratkan SBY bisa dilakukan jelang Pilkada.

Direktur Komunikasi dan Informasi Badan Intelijen Negara (BIN) Wawan Purwanto dengan lugas mengatakan, tidak ada satu pun perintah yang dialamatkan kepada anggota BIN di mana pun untuk berpihak pada calon tertentu di ajang Pilkada.

Menurut Wawan, saat ini adalah era yang penuh keterbukaan. Bila ada kejanggalan dan bukti tentang anggotanya yang berpihak pada salah satu pasangan tertentu pada Pilkada 2018, maka dengan terbuka BIN akan menerima pelaporan itu, dan segera memproses sanksi serta hukum bagi anggotanya.

Saya, dalam program AIMAN yang tayang Senin (25/6/2018) pukul 8 malam di Kompas TV, menanyakan kepadanya, pernahkah dalam sejarah BIN yang diketahui Wawan, ada oknumnya yang terbukti “bermain” dalam kontestasi pemilihan, baik pemilu maupun pilkada?

Wawan menjawab, “Tidak boleh dan tidak pernah!”

Operasi dalam senyap

Operasi Intelijen di mana pun, di negara apa pun, dan sampai kapan pun, akan selalu dilakukan dengan senyap.

Operasi Intelijen dalam perhelatan demokrasi selalu ada, meski tidak melulu bermakna negatif.

Dosen Sekolah Tinggi Manajemen Analisa Intelijen (STINDUK) Bogor, Stepi Anriani, dalam bedah buku terbitan Gramedia yang berjudul "Intelijen dan Pilkada" menjelaskan, pendekatan Intelijen bisa digunakan bijak.

Pendekatan intelijen ampuh melawan politik uang (money politics) yang kerap mewarnai pesta demokrasi di daerah.

Bahkan, data intelijen yang mumpuni bisa dipakai untuk menyusun strategi pemenangan dan meningkatkan elektabilitas pasangan calon kepala daerah. Apa pun operasinya, sifat dari operasi intelijen adalah senyap.

Mantan Perwira Tinggi TNI yang sejak awal karier berada di lingkup Intelijen TNI dan menjadi Kepala Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI hingga 2014, Laksamana Muda (Purn) Soleman Ponto sempat mengungkapkan kepada saya,

“Tidak perlu ditanya adakah aksi intelijen jelang pemilu? Jawabannya pasti ada! Malah operasi itu harus dilakukan jauh sebelum pemilihan berlangsung, apakah itu Pilkada atau Pemilu.”

Menurut Soleman, operasi intelijen tidak akan pernah kelihatan. Tetapi, untuk mencirikannya mudah, tinggal dilihat, siapa yang diuntungkan dari gejala-gejala yang bisa dirasakan jelang pemilihan.

“Jika ada operasi Intelijen, ketahuan…, maka orang itu, waktu sekolah (intelijen), tidur!” tutup Jenderal bintang dua ini.

Saya Aiman Witjaksono.
Salam.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dewas Sudah Teruskan Aduan Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar ke Deputi Pimpinan

Dewas Sudah Teruskan Aduan Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar ke Deputi Pimpinan

Nasional
Rekening Jaksa KPK yang Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar Diperiksa

Rekening Jaksa KPK yang Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar Diperiksa

Nasional
Kasus Kredit Ekspor LPEI, KPK Buka Peluang Tetapkan Tersangka Korporasi

Kasus Kredit Ekspor LPEI, KPK Buka Peluang Tetapkan Tersangka Korporasi

Nasional
Pakar Hukum Dorong Percepatan 'Recovery Asset' dalam Kasus Korupsi Timah yang Libatkan Harvey Moeis

Pakar Hukum Dorong Percepatan "Recovery Asset" dalam Kasus Korupsi Timah yang Libatkan Harvey Moeis

Nasional
Sidak ke Kalteng, Satgas Pangan Polri Minta Pasar Murah Diintensifkan Jelang Lebaran

Sidak ke Kalteng, Satgas Pangan Polri Minta Pasar Murah Diintensifkan Jelang Lebaran

Nasional
Puspen TNI Sebut Denpom Jaya Dalami Dugaan Prajurit Aniaya Warga di Jakpus

Puspen TNI Sebut Denpom Jaya Dalami Dugaan Prajurit Aniaya Warga di Jakpus

Nasional
Bea Cukai dan Ditresnarkoba Polda Metro Jaya Gagalkan Peredaran Serbuk MDMA dan Kokain Cair

Bea Cukai dan Ditresnarkoba Polda Metro Jaya Gagalkan Peredaran Serbuk MDMA dan Kokain Cair

Nasional
TNI Kirim Payung Udara, Bisa Angkut 14 Ton Bantuan untuk Warga Gaza Via Udara

TNI Kirim Payung Udara, Bisa Angkut 14 Ton Bantuan untuk Warga Gaza Via Udara

Nasional
Tersangka Kasus Korupsi Timah Diyakini Bisa Bertambah 2-3 Kali Lipat jika Diusut Lewat TPPU

Tersangka Kasus Korupsi Timah Diyakini Bisa Bertambah 2-3 Kali Lipat jika Diusut Lewat TPPU

Nasional
Pakar Hukum Duga Ada 'Orang Kuat' Lindungi Kasus Korupsi Timah yang Jerat Harvey Moeis

Pakar Hukum Duga Ada "Orang Kuat" Lindungi Kasus Korupsi Timah yang Jerat Harvey Moeis

Nasional
Gerindra: Prabowo Tidak Cuma Janji Kata-kata, Dia 'The New Soekarno'

Gerindra: Prabowo Tidak Cuma Janji Kata-kata, Dia "The New Soekarno"

Nasional
TNI Kirim 900 Payung Udara untuk Salurkan Bantuan ke Warga Palestina

TNI Kirim 900 Payung Udara untuk Salurkan Bantuan ke Warga Palestina

Nasional
Terseretnya Nama Jokowi dalam Pusaran Sengketa Pilpres 2024 di MK...

Terseretnya Nama Jokowi dalam Pusaran Sengketa Pilpres 2024 di MK...

Nasional
Serangan Balik KPU dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK...

Serangan Balik KPU dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK...

Nasional
Soal Flu Singapura, Menkes: Ada Varian Baru Tapi Tidak Mematikan Seperti Flu Burung

Soal Flu Singapura, Menkes: Ada Varian Baru Tapi Tidak Mematikan Seperti Flu Burung

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com